Demonstran di kota Najaf, Irak merangsek masuk ke dalam konsulat Iran, lalu membakar seluruh gedungnya. Polisi dilaporkan telah menembakkan peluru ke arah kerumunan namun gagal mencegah demonstran masuk ke konsulat.
Iklan
Otoritas di Najaf, Iran Selatan, menetapkan jam malam setelah sekelompok demonstran merangsek masuk dan membakar konsulat Iran pada Rabu (27/11) malam. Para demonstran itu meneriakkan “kemenangan bagi Irak” dan “usir Iran”.
Menurut sumber dari kepolisian dan pertahanan sipil, para staf konsulat telah dievakuasi sebelum para demonstran berhasil masuk. Namun, kantor berita AP mengutip seorang pejabat kepolisian yang mengatakan bahwa satu orang terbunuh dan 35 lainnya luka-luka ketika polisi menembakkan peluru ke arah kerumunan.
Para demonstran berhasil masuk ke dalam konsulat dan mengganti bendera Iran dengan bendera Irak.
Para demonstran frustrasi karena sejumlah masalah, termasuk korupsi yang semakin meluas dan kurangnya lapangan pekerjaan. Mereka juga menuduh pemerintah berada di bawah pengaruh kekuatan asing, secara khusus Iran. Partai yang didukung oleh Iran adalah kekuatan politik paling dominan di parlemen Irak.
Pada awal bulan ini, konsulat Iran di kota suci Syiah Karbala menjadi sasaran para demonstran. Pasukan keamanan yang menjaga lokasi itu, menembak mati empat demonstran pada saat itu.
Di Baghdad, para demonstran menduduki tiga jembatan pusat, Jumhuriya, Ahrar, dan Sinar. Jalan-jalan utama juga telah diblokir di berbagai bagian negara itu. Mereka juga menutup pintu masuk ke ladang minyak di Nasiriyah, yang merupakan kontributor ekspor Irak sebesar 3,6 juta barel per hari. Minyak yang diekspor melalui terminal lepas pantai di Basra itu diketahui mendanai lebih dari 90% anggaran pemerintah.
“Sudah 16 tahun kita hidup dalam kekacauan dan korupsi,” kata seorang pengunjuk rasa kepada kantor berita AFP, Rabu (27/11). “Basra seharusnya menjadi kota yang kaya, namun malah sebaliknya seperti tempat sampah”, ujarnya.
Sementara itu, kelompok militan ISIS mengklaim berada di balik tiga ledakan mematikan di Baghdad yang terjadi pada Selasa (26/11). Setidaknya enam orang tewas dalam serangan itu.
Irak menyatakan kemenangan atas ISIS pada tahun 2017, tetapi mereka masih tetap aktif di beberapa bagian negara itu.
Melansir kantor berita resmi INA, bulan lalu sebuah badan anti korupsi pemerintah yaitu Dewan Tinggi untuk Memerangi Korupsi, memerintahkan pemecatan terhadap 1.000 karyawan di lembaga-lembaga negara yang telah dinyatakan bersalah menghamburkan atau menggelapkan uang publik.
Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi juga berjanji akan mencoba mengesahkan undang-undang yang menjamin penghasilan pokok bagi keluarga miskin, sembari mengakui bahwa tidak ada ‘solusi ajaib’ atas korupsi dan buruknya pemerintahan yang merajalela di negara itu.
Menurut Bank Dunia, negara ini memiliki tingkat pengangguran kaum muda sekitar 25 persen. Irak menduduki peringkat ke-12 sebagai negara paling korup di dunia oleh Transparency International.
Pemerintahan Abdul-Mahdi, yang telah berkuasa selama satu tahun, telah gagal membawa stabilitas dan ketertiban di negara itu. Sebuah negara yang telah dirusak oleh perang, dan selalu bergulat dengan masalah yang timbul akibat kampanye teroris oleh kelompok ekstremis ISIS.
“Pemerintah telah kehilangan legitimasinya. Kami tidak menginginkan mereka,” kata seorang demonstran di Basra.
gtp/rap (AP, AFP, Reuters)
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.