1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Provokasi Berkesinambungan Korea Utara Pojokkan AS

27 Mei 2009

AS tetap mengupayakan dialog dengan Korea Utara, walaupun negara itu melakukan ujicoba atom dan roket. Tapi tanpa perubahan kebijakan, Korea Utara akan merasakan dampak dari langkah mereka.

Korea Utara mengkui telah melakukan ujicoba atomFoto: picture-alliance/ dpa

Beberapa jam sebelum Korea Utara meluncurkan roket jarak pendeknya, jurubicara Kementrian Luar Negeri AS, Ian Kelly masih bersikap optimis. Dikatakannya: "Pintu perundingan masih tetap terbuka."

Tetapi peluncuran roket yang ketiga setelah ujicoba nuklir hari Senin lalu, menunjukkan bahwa rejim penguasa di Pyongyang menutup semua pintu perundingan.

"Korea Utara semakin mengucilkan diri dari masyarakat internasional." Demikian tandas jurubicara Obama, Robert Gibbs. Tetapi nampaknya rejim di Pyongyang tidak peduli. Walaupun begitu Kementrian Luar Negeri AS mengemukakan akan tetap mempertahankan perundingan internasional dengan rejim Kim Jong Il. Pemerintah AS juga menyadari, bahwa baik perundingan enam pihak maupun sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB selama ini tidak berdampak pada keputusan yang diambil Pyongyang. Kini Presiden Obama memusatkan harapannya pada Cina dan Rusia. Dikatakannya: "Kita akan bekerja sama dengan semua sahabat dan sekutu untuk menghadapi sikap Korea Utara. Selain itu saya mengimbau bagi diperkuatnya tekanan internasional."

Tetapi yang dapat melakukan sedikit tekanan hanyalah Beijing dan Moskow. Kepala staf militer Obama, Rahm Emanuel dengan perasaan lega melihat bahwa Cina dan Rusia kali ini pun mengecam ujicoba nuklir Korea Utara. Berbeda dengan di masa lampau kedua negara itu tidak lagi hanya sekedar berbasa-basi secara diplomatis.

"Masyarakat internasional mengecam tindakan Korea Utara." Demikian dikemukakan pula oleh dutabesar AS pada PBB, Susan Rice. Tetapi yang meresahkan para penasehat Obama adalah semakin berkurangnya pengaruh Beijing pada Pyongyang. Diktator Korea Utara Kim Jong Il memang menerima kredit bernilai jutaan dari Cina, kiriman pupuk dan minyak, tetapi menunjukkan sikap kebal terhadap anjuran-anjuran Beijing di bidang politik.

"Kami tidak mengakui Korea Utara sebagai negara nuklir." Begitu ditegaskan oleh jurubicara kementrian luar negeri AS, Ian Kelly. Saat ini dari pangkalan militer di Jepang pesawat-pesawat pengintai AS mengukur kadar gas radioaktif di udara. AS ingin mengetahui berapa kekuatan bom Korea Utara itu sebenarnya. Menurut sepengetahuan AS, Iran, Suriah dan Libya sudah lama menjadi penerima teknik roket Korea Utara. Washington kuatir, diktator Pyongyang, Kim Jong Il dapat pula menyalurkan bahan-bahan nuklir kepada jaringan teror Al Qaida. Menurut harian New York Times, para penasehat Obama hanya melihat satu cara untuk mencegahnya. Yaitu, semua kapal dari dan menuju Korea Utara harus diperiksa. Untuk itu, AS memiliki wewenang berdasarkan resolusi PBB. Tetapi Korea Utara mengancam akan melakukan aksi militer terhadap Korea Selatan, seandainya kapal-kapal Korea Utara diperiksa dalam kerangka "Prakarsa Keamanan Proliferasi" (PSI) yang dipimpin AS.

Ralph Sina / Dewi Gunawan-Ladener
Editor: Hendra Pasuhuk