1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Proyek Bantuan Palang Merah Jerman di Aceh

Ziphora Robina17 Oktober 2008

Pasca tsunami tahun 2004, Aceh dibanjiri bantuan internasional. Sejumlah organisasi dan lembaga aktif dalam pembangunan kembali Aceh. Di antaranya Deutsches Rotes Kreuz, Palang Merah Jerman.

Pembangunan kembali di Aceh pasca tsunamiFoto: dpa

Oktober 2008, Palang Merah Jerman mengakhiri proyek pembangunan kembali terbesarnya setelah suatu bencana alam. Bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), Palang Jerman Merah membangun hampir 1.500 unit rumah, 32 sekolah dan tujuh Puskesmas di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam.

Dari Banda Aceh, Pulau Weh, yang terletak di barat laut Sumatra, hanya bisa dicapai dengan menumpang feri. Pulau kecil seluas 156 kilometer ini terkenal karena kota terbesarnya, yaitu Sabang, merupakan titik paling barat Indonesia. Pasca tsunami, Palang Merah Jerman membangun 185 unit rumah di Pulau Weh sebagai bagian upaya pembangunan kembali Provinsi Aceh. Georg Wiesner, ketua tim konstruksi Palang Merah Jerman di Aceh menuturkan, proyek pembangunan yang melibatkan masyarakat lokal tergolong sukses. Pasalnya, proyek ini tak hanya mencakup pembangunan gedung atau sarana semata, tapi juga memadukan sejumlah aspek lainnya:

O-ton Wiesner: “Mata pencaharian, perlindungan lingkungan, pemberdayaan perempuan dan dukungan bagi usaha kecil. Proyek yang melilbatkan masyarakat lokal berhasil kami selesaikan sebelum tenggat waktu yang ditetapkan dan dana yang dihabiskan pun tak melebihi anggaran yang ditetapkan. Kami dapat menarik pelajaran dan pengalaman positif ini.“

Tak semua proyek pembangunan kembali di Aceh mencatat keberhasilan. Masalah transportasi, terbatasnya bahan bangunan dan kontraktor pasca tsunami menghambat upaya pemulihan provinsi paling barat Indonesia ini. Terkadang, kata Georg Wiesner, Palang Merah Jerman merangkap sebagai penyedia dana sekaligus koordinator proyek dan kontraktor bangunan. Keberhasilan upaya ini tentu tak lepas dari kinerja mitra Palang Merah Jerman, baik selama proses pembangunan, maupun setelah infrastruktur seperti unit rumah, sekolah atau puskemas selesai dibangun.

Wiesner: “Proyek-proyek ini diserahkan kepada mitra kami, misalnya Dinas Kesehatan atau penanggung jawab sekolah, kami punya perjanjian dengan pihak-pihak itu yang menjamin bahwa mereka mengurus pengoperasian selanjutnya gedung atau sarana yang dibangun. Proyek itu berada di tangan yang tepat sehingga kami bisa menarik diri karena tidak dibutuhkan lagi.“

Palang Merah Jerman menetapkan akhir 2008 sebagai batas waktu penuntasan proyek pembangunan kembalinya di Aceh. Namun, bukan berarti Palang Merah Jerman akan menarik diri dari Indonesia. Organisasi ini masih memiliki sejumlah proyek di Semarang, Yogyakarta dan Medan. Kembali ketua delegasi konstruksi Palang Merah Jerman di Aceh, Georg Wiesner:

“Sebuah tim yang berfungsi sebagai konsultan tetap berada di Aceh, selain itu, tim inti melakukan pelatihan mitigasi bencana, misalnya dengan bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang kami bangun dan Palang Merah setempat yang memiliki kapasitas dalam bidang ini.“