Proyek Green Infrastructure Initiative (GII) diperkirakan akan mulai dijalankan pada tahun 2023. Pada tahap awal, empat provinsi telah dipilih untuk selanjutnya dilakukan pengembangan studi persiapan.
Dari Indonesia diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Sementara dari pihak Jerman diwakili oleh Kementerian Federal Urusan Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Jerman (BMZ), Kfw Entwicklungsbank (KfW) – Bank Nasional Jerman, dan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ).
Berdasarkan sesi pertama rapat komite pengarah, empat provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali telah dipilih untuk selanjutnya diidentifikasi potensi proyek investasi dan pengembangan studi persiapan.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti mengatakan dasar pemilihan empat provinsi tersebut berasal dari Bappenas. "Mereka merekomendasikan provinsi-provinsi yang memang sudah punya program-program terkait isu tersebut,” kata Nani saat dihubungi DW.
Gubernur di keempat provinsi juga telah mengkonfirmasi kesiapan kerja sama dan akan menjamin koordinasi semua kegiatan terkait di wilayah masing-masing. Ke depannya, pihak Jerman membuka kemungkinan untuk melakukan proyek serupa di wilayah-wilayah lain di Indonesia. "Nanti kita sosialisasikan lagi ke provinsi lain yang mempunyai program berkaitan dengan infrastruktur hijau,” tambahnya.
Konsep Bangunan Berkelanjutan yang Terinspirasi dari Alam
Dikenal sebagai biomimikri, para arsitek dan desainer mengintegrasikan pengembangan sebuah bangunan berkelanjutan dengan mengadopsi inovasi yang telah lama ada di alam.
Foto: Frank Rumpenhorst/dpa/picture alliance
La Sagrada Familia, Barcelona, Spain
Katedral Katolik Roma karya arsitek Antoni Gaudi telah dikerjakan sejak 1882. Gaudi, terkenal dengan desain yang terinspirasi dari alam. Struktur bangunan buatannya menampilkan tiang pancang yang luar biasa dan dihiasi kaca patri sehingga mampu menerangi ruang ibadah sakral tersebut dengan cahaya berwarna emas dan hijau.
Foto: Frank Rumpenhorst/dpa/picture alliance
Kanopi hutan
Karya Gaudi lainnya terinspirasi oleh sinar matahari yang menembus kanopi hutan. Pengunjung "nave", area pusat gereja, mungkin merasa seperti sedang berjalan di rawa hutan. Area yang bercabang untuk menopang kubah dan atap, meniru cara pohon mendistribusikan bobot dan mampu menahan beban yang lebih besar.
Foto: Halil Sagirkaya/AA/picture alliance
Eastgate Centre, Harare, Zimbabwe
Area perkantoran dan kompleks perbelanjaan ini adalah bangunan pertama di Afrika yang menggunakan ventilasi pasif. Dibangun pada pertengahan 1990-an, bangunan-bangunan ini memanfaatkan perubahan suhu harian yang konsisten mendinginkan dan memanaskan secara alami. Kipas menarik udara segar dan mendorongnya ke atas melalui lantai berlubang, tempat udara hangat keluar.
Foto: Mick Pearce
Gundukan rayap
Pearce terinspirasi dari sarang rayap yang tersebar di sabana Zimbabwe. Bangunan besar ini memiliki tinggi 9 meter dan dibentuk untuk terciptanya sirkulasi angin dan udara panas. Salah satu kebiasaan rayap adalah menjaga suhu tubuhnya sekitar 30 derajat celcius. Dari inspirasi tersebut, tercipta terowongan yang mampu mengatur panas dan kelembapan.
Foto: Julian Peters/Zoonar/picture alliance
30 St Mary Axe, London, Inggris
Gedung pencakar langit ikonik ini telah menjadi bagian dari kota London sejak tahun 2003. Dirancang oleh Norman Foster yang lebih dikenal sebagai The Gherkin, ia mendapat manfaat dari sirkulasi pemanasan dan pendinginan pasif, bersama dengan fasad kaca yang membantu melindungi kantor dan memaksimalkan cahaya alami.
Foto: Martin Sasse/DUMONT/picture-alliance
Keranjang bunga Venus
Interior bangunan terbuka dan luas berkat struktur kisi eksterior. Kawat diagonal berkontribusi pada menara setinggi 180 meter, sama seperti kerangka silika yang membantu spons kaca bertahan di kedalaman laut di Samudra Pasifik dan Hindia. Sistem ventilasi Gherkin juga terinspirasi dari cara spons menyaring air laut untuk mencari kandungan nutrisi.
Foto: Wikipedia/Public Domain
BIQ Algae House, Hamburg, Jerman
Kompleks apartemen lima lantai di Jerman utara ini dibangun pada tahun 2013 dan telah mengintegrasikan "benda hidup" ke dalam desainnya. Sebuah fasad bio-adaptif membantu memberikan keteduhan dan energi terbarukan pada bangunan. Dua sisi bangunan yang menghadap ke selatan ditopang oleh 129 bio-adaptif, panel kaca yang membentuk pertanian alga vertikal.
Tumbuhan alga yang membutuhkan proses fotosintesis untuk tumbuh ini dipanen dan disimpan ke dalam tangki di sebuah gedung, kemudian difermentasi dan digunakan untuk menghasilkan listrik. Selama musim panas, tumbuhan ini membantu menaungi jendela; pertumbuhan yang lebih lambat di musim dingin memberikan lebih banyak cahaya.
Foto: ChinaFotoPress/Getty Images
Museum Seni Milwaukee, Wisconsin, AS
Hasil karya arsitek Spanyol, Santiago Calatrava di galeri seni utama Milwaukee, selesai pada tahun 2001, bangunan dengan bentuk seperti haluan kapal sesuai dengan lokasinya yang berada di tepi danau. Atap bangunan ini terdiri dari 72 sirip baja yang dapat dibuka tutup. Ketika terpasang penuh, sirip tersebut memiliki lebar 66 meter.
Foto: Shawn Thew/dpa/picture-alliance
Burung yang sedang terbang
Calatrava ingin menggabungkan fitur perkotaan dan alam, seperti perahu dan layar yang sedang berkembang. Atap gedung yang tampilannya seperti sayap memiliki berat 90 ton dan membutuhkan waktu tiga setengah menit untuk buka tutup. Gerakan anggun buka tutup atap itu terinspirasi dari burung yang sedang terbang.
Foto: M. Varesvuo/WILDLIFE/picture alliance
Jendela kaca ramah burung
Ratusan juta burung mati setiap tahun saat menabrak jendela transparan. Perusahaan Jerman, Arnold Glas mengembangkan lembaran kaca isolasi dengan lapisan reflektif ultraviolet khusus yang hampir tidak terlihat oleh manusia, namun dapat membantu menjauhkan burung dari bahaya tabrakan dengan kaca.
Foto: Michael Probst/AP Photo/picture alliance
Jaring laba-laba
Kebanyakan burung dapat melihat cahaya dalam spektrum ultraviolet karena memiliki lebih banyak batang dan kerucut di matanya dibanding manusia. Kemampuan ini membantu mereka untuk membedakan dan menghindari daun saat terbang melintasi puncak pohon. Jaring laba-laba yang memantulkan sinar UV mampu membuat burung terbang ke arah yang lain.
Foto: picture-alliance/ZB
Keramik dinding eksterior
Pada awal 1990-an, para peneliti di perusahaan produsen keramik Jepang Inax mengembangkan lapisan silika yang dapat diwarnai dengan cat pada dinding eksterior untuk membantu menjaganya tetap bersih. Silika, sebuah unsur alami yang ditemukan di tanah, membentuk tonjolan mikroskopis pada permukaan ubin.
Foto: The Yomiuri Shimbun/AP Images/picture alliance
Cangkang siput
Para peneliti mendapatkan ide dari hasil mengamati cangkang siput, yang memiliki pola tonjolan kecil. Permukaan yang tidak rata menciptakan genangan air kecil di cangkang siput yang pada akhirnya terbuang saat "mandi" berikutnya. (ha/vlz)
Foto: picture-alliance/chromorange/C. Eder
14 foto1 | 14
Contoh proyek infrastruktur hijau
Salah satu contoh konkret proyek infrastruktur hijau ini adalah rencana untuk menangani air limbah di sungai Citarum. "Dari Jawa Barat misalnya, program Citarum Harum baru menangani solid waste-nya padahal permasalahan di sana adalah air limbahnya. Dari provinsi lain juga sudah ada beberapa proposal yang diidentifikasi terkait potensi green infrastructure initiative ini,” papar Nani. Selain Jawa Barat, Bali juga sudah mengusulkan proposal terkait percepatan penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai.
Saat ini kerja sama dengan GIZ dan KfW telah mengerucut pada proyek energi limbah di Cirebon, Bekasi, dan Bogor bernama Emission Reduction in Cities (EriC). Adapun proyek lain yang juga berpeluang masuk skema GII yakni transportasi Bandung Raya, perpaduan transportasi dalam kota dengan KA Cepat Bandung – Jakarta di Kecamatan Gedebage, Kota Bandung.
Nani menyebut pihaknya telah menerima puluhan proposal potensial dari keempat provinsi yang terpilih, namun tidak semua proyek akan dijalankan melalui program ini. "Dibatasi ya. Ada puluhan proposal yang nantinya akan di-reviewsteering commitee, di mana Bappenas juga harus melihat apakah potensi yang dimiliki daerah in line dengan program mereka (Jerman),” jelas Nani.
Iklan
Proyek GII mulai berjalan tahun 2023
Inisitiatif proyek infrastruktur hijau Indonesia-Jerman merupakan bentuk sinkronisasi antara tantangan pengembangan wilayah perkotaaan dan komitmen untuk mengatasi masalah lingkungan.
"Dalam kapasitas sebagai Menko Maritim dan Investasi, saya ingin meyakinkan semua pihak yang hadir saat ini, inisiatif ini akan mencapai sasarannya. Keinginan kita untuk melakukan perbaikan lingkungan, pengurangan emisi karbon, dan peyediaan fasilitas layanan yang lebih baik bagi masyarakat sudah tampak titik terangnya. Dalam waktu ke depan kita akan bisa saksikan bersama sungai-sungai yang lebih bersih, sampah laut berkurang, akses air bersih yang lebih luas bagi masyarakat, serta sarana transportasi publik yang lebih efektif dan lebih baik”, tegas Menko Luhut pada saat acara kick off steering committee yang dilakukan secara virtual pada Kamis (04/03).
Sejumlah tahapan harus dilalui sebelum proyek GII dilakukan. Nani menyebut pada dasarnya Kemenko Marves ingin kerja sama ini segera diimplementasikan namun kendali ada di tangan pihak Jerman.
"Biasanya proses seperti ini memakan waktu hingga dua tahun, jadi diperkirakan 2023 proyek ini bisa dijalankan,” ujar Nani.
Selain dukungan pendanaan, proyek infrastruktur hijau ini juga diwujudkan melalui kerja sama alih teknologi, kampanye penyadaran publik, serta dialog pada tataran kebijakan antara kedua pemerintah.
Menteri BMZ Jerman, Gerd Muller menegaskan Jerman terkesan dengan strategi dan target yang ditetapkan Indonesia untuk mengurangi sampah laut sebesar 70% di tahun 2025. Begitupun program pengelolaan sanitasi, penyediaan air bersih, dan pembenahan sistem transportasi publik yang lebih efektif dan ramah lingkungan.
"Untuk negara yang memiliki jumlah pulau lebih dari 17 ribu, target-target tersebut sangat luar biasa dan perlu didukung. Indonesia memiliki peran penting dalam penanggulangan perubahan iklim. Indonesia memiliki 93 juta hektar hutan. Saya berkesempatan meninjau hutan-hutan Indonesia yang bagi saya sangat menakjubkan. Untuk itu kita perlu bekerja sama. Let's work together closely and act quickly. Indonesia terbukti sebagai mitra handal dalam menyelesaikan berbagai permasalahan global,” tambah Muller. (ha/hp)