1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Proyek 100 Juta Pohon untuk Kalimantan

Nicole Ris | Rodhial Falah
23 Juni 2023

Perkebunan sawit dan pertambangan di Kalimantan membabat lahan hutan sangat luas. Dampaknya bisa fatal bagi alam. Tapi sekarang sudah ada upaya mengembalikan hutan ke Kalimantan. Misalnya lewat proyek 100 Million Trees.

Seorang pekerja proyek membawa bibit pohon sengon
Seorang pekerja proyek membawa bibit pohon sengonFoto: Nicole Ris/DW

Linga Kasan seorang petani di Kalimantan, dalam beberapa tahun terakhir sudah menanam sekitar seribu pohon di lahan miliknya, yang luasnya tujuh hektar. Dulu, di sini hanya tanah kosong. Dia melihat pekerjaan itu sebagai penanaman modal untuk masa depannya.

Linga mengatakan, nantinya ia juga akan menebang sejumlah pohon. Tapi menunggu sampai diameter batangnya 30 cm terlebih dahulu, supaya dia juga bisa menjualnya dengan harga maksimal.

Linga Kasan juga punya pohon kelapa sawit dan pohon karet. Tapi hasilnya tidak banyak. Pada tahun 2016, dia salah seorang yang mendaftarkan diri untuk ikut proyek penghutanan kembali. Tujuannya adalah menciptakan hutan yang berkelanjutan, dan mendatangkan pemasukan bagi warga lokal.

Proyek itu mencakup penambahan jenis pohon untuk mencegah terbentuknya monokultur. Para petani boleh menebang beberapa pohon yang paling besar untuk dijual. Sekarang lebih dari 1.000 petani sudah terlibat dalam proyek yang diberi nama "100 Million Trees" atau seratus juta pohon.

Petani Linga KasanFoto: Nicole Ris/DW

Indonesia sudah kehilangan hampir seperlima luasan hutannya dalam waktu hanya 20 tahun. Sebagian ditebang akibat galian tambang emas. Kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan penambangan emas sangat besar, demikian dijelaskan manajer proyek, Monalisa Putri Kaharap.

"Dulu di sini ada hutan. Tapi setelah setahun, tidak ada yang tersisa," katanya. Monalisa menjelaskan, untuk menambang, mereka pada dasarnya menumpahkan pasir. Kemudian mereka membalikkan tanah, sehingga bagian atas ada di bagian dalam tanah. Oleh sebab itu, menanami kembali hutan hampir tidak mungkin dilakukan di sini.

"Dan ini pekerjaan itu berrisiko tinggi," begitu ditegaskan Monalisa Putri Kaharap. Karena dalam prosesnya mereka menggunakan bahan kimia berbahaya, misalnya merkuri. Dan tentu saja, ini sangat buruk bagi lingkungan hidup dan warga. "Tapi sayangnya, ini salah satu dari sedikit sumber mata pencaharian penduduk lokal."

100 Juta Pohon bagi Kalimantan

05:50

This browser does not support the video element.

Berusaha merangkul penambang emas

Jadi penciptaan sumber pendapatan alternatif sangat diperlukan. Monalisa Putri Kaharap, kini berusaha menjangkau para penambang emas tradisional, dengan harapan bisa mengajak mereka ikut dalam proyek penanaman kembali hutan.

Sebenarnya para penambang itu sangat terbuka dengan ide baru, selama itu tidak ilegal, dan tidak berrisiko tinggi bagi nyawa mereka, demikian dijelaskan lagi. "Itulah yang ingin kami capai lewat Fairventures, dan lewat proyek 100 Million Trees", tegas Monalisa.

Bekas lahan hutan ini dibakar untuk membuat jalan bagi perkebunan kelapa sawit. Sekarang sebuah hutan baru sudah mulai ditanam. Banyak penduduk lokal ikut serta. Dari situ mereka bisa memperoleh pendapatan tambahan. Proyek ini dibiayai investor swasta dan pemerintah Jerman, di bawah payung International Climate Intiative.

Para petani mendapat bibit pohon langsung dari Fairventures, setelah mereka mendapat pelatihan tentang bagaimana dan di mana sebaiknya menanam pohon.

Pemimpin proyek 100 Million Trees, Monalisa Putri Kaharap dari Fairventures  mengunjungi Pak Pasihan, yang baru ikut proyek selama setahun, tetapi ia sudah menanam beberapa ratus pohon sengon. Dan pohon sengon tumbuh sangat cepat, yaitu sekitar lima sampai enam meter dalam 11 bulan.

Oleh karena itu mereka suka pohon tipe ini, kata Monalisa Kaharap. Karena makin lama pohon tumbuh, semakin banyak pula nutrisi yang mereka imbuhkan di tanah, dan membuat tanah tambah subur. Dan itu memungkinkan petani menanam pohon lain di ladangnya. "Secepat inilah pertumbuhannya, dan sekarang coba bayangkan jutaan pohon di Kalimantan Tengah yang ditanam oleh petani di sini untuk menyerap karbon."

Masalah banjir di Kalimantan

Bagi petani, ini bukan hanya soal penyediaan pemasukan yang stabil, dan bagi masdepan anak-anak mereka, melainkan juga karena adanya masalah banjir, yang di Kalimantan semakin parah.

Pak Pasihan menjelaskan, dulu desanya hanya mengalami banjir sekali setahun. Tapi sekarang bisa terjadi tiga atau empat kali setahun. "Saya pikir itu dampak pertambangan," ungkap Pak Pasihan. Hutan sudah dibabat habis, jadi tanahnya tidak menyerap air lagi. Jika hujan deras turun, di mana-mana banjir.

Menanam lebih banyak pohon, bisa membantu mencegah banjir seperti itu di masa depan. Sejauh ini, lebih dari sejuta pohon baru sudah ditanam di kawasan. Sebagian sekarang akan ditebang dan dijual kayunya, dan yang baru akan ditanam lagi di sini. Idenya adalah menarik lebih banyak bisnis ke Borneo untuk membantu petani. 

Pekerja sukarela tanam pohon di KalimantanFoto: Nicole Ris/DW

Monalisa Putri Kaharap dari Fairventures mengatakan, industri kayu gelondongan di Indonesia sekarang masih sangat terpusat di pulau Jawa. Jadi pihaknya berusaha meyakinkan industri untuk juga berinvestasi di Kalimantan. "Atau kami berusaha menghubungkan petani secara langsung dengan industri. Supaya perantara tidak diperlukan lagi. Kami berusaha mendatangkan keuntungan terbesar bagi petani lewat sistem ini."

Petani Linga Kasan, yang sudah terlibat sejak awal sangat optimis. Dia berharap, inisiatif 100 juta pohon bisa memperbaiki hidupnya untuk jangka panjang, sekaligus menguntungkan lingkungan hidup. (ml/as)