1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Proyeksi 3-D Dalam Perkuliahan

25 Agustus 2011

Sama seperti di bioskop kacamata 3D dibagikan di awal mata kuliah, lalu sebelum keluar dikumpulkan lagi dan dicuci.

Foto: AP

Mahasiswa kedokteran gigi Universitas Münster mendapat keistimewaan untuk pertama kalinya di Jerman, mengikuti kuliah dengan proyeksi tiga dimensi. Model gigi, rahang, atau wajah diproyeksikan dalam gambar tiga dimensi. Pihak universitas menjanjikan efek belajar yang lebih efektif dan pemahaman lebih cepat materi-materi kuliah.

Benjamin yang baru saja mengikuti kuliah dengan gambar tiga dimensi bercerita, "Pada awalnya saya sangat skeptis. Saya pikir, ini memang mainan, mainan yang mahal. Tapi saya jadi bersemangat.“ Benjamin terkesan. Mahasiswa kedokteran gigi semester sembilan ini hampir menyelesaikan studinya. Sebelumnya ia tidak pernah melihat hal semacam itu.

Rontgen GigiFoto: Fotolia/Denis

Juga Jan mengomentari teknologi tiga dimensi yang baru saja dilihatnya, "Saya punya juga kamera tiga dimensi, yang sederhana. Untuk dilihat, misalnya untuk jadi alat peraga di kuliah, saya pikir bagus sekali. Karena sulit dibayangkan, jika melihat hanya gambar dua dimensi.“ Christoph Runte senang mendengarnya. Dokter gigi inilah yang punya ide kuliah dengan gambar tiga dimensi.

Sebelum kuliah dimulai, Christoph Runte membagikan kacamata khusus tiga dimensi. Tuturnya, "Kacamatanya harus dibagikan terlebih dulu, lalu dikumpulkan lagi dan dicuci. Jadi bukan sekali pakai, sama seperti di bioskop.“ Spesialisasi Runte adalah prostodonsi atau ilmu  kedokteran  gigi  yang mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan. Hobinya adalah fotografi tiga dimensi. Mengapa tidak dipadukan saja, ungkapnya suatu hari.

Gambar gigi tiruan dalam 3D

Dieter Dirksen, pakar di bidang optik dan kepala bagian fasilitas kedokteran gigi di Universitas Münster membantu Runte. Lanjut Runte, "Tentunya salah satu tugas utamanya adalah kami bekerja dengan sedikit uang, dibiayai seluruhnya dari uang kuliah. Bukan dana yang besar, bernilai 7200 Euro, tapi merupakan layar perak khusus termahal.“ Setelah dua tahun masa persiapan, keduanya bisa mewujudkan kuliah tiga dimensi dalam mata kuliah „Prostodonsi“. Hambatannya juga  tidak begitu besar.


Jelas Runte lebih jauh, "Kami perlu satu proyektor untuk mata kanan, dan satu lagi untuk mata kiri. Dengan begitu, penontonnya melihat gambar ini secara terpisah dengan mata kanan dan kiri. Di setiap proyektor dipasang filter polarisasi. Penonton juga memakai kacamata khusus. Lalu kami perlu layar yang dilapisi. Jadi informasi polarisasi dari cahaya bisa dipantulkan dan diterima kacamata khusus, untuk mata kanan dan mata kiri.“

3D CamcorderFoto: AP

Kedengarannya sederhana dan memang sederhana. Gambar tiga dimensi yang ditunjukkan Runte pada mahasiswanya, menampilkan model dengan cara yang lebih mudah dipahami. Para mahasiswa cepat memahami apa yang dijelaskan dosennya. Sambil menunjuk Runte mengatakan, "Di sini Anda lihat hidung, yang sebelumnya tidak pernah diberikan dalam informasi seperti ini. Sekarang dengan gambar tiga dimensi. Anda juga bisa melihatnya! Dulu saya pernah membuatnya dengan kamera film yang dilengkapi lensa tiga dimensi. Sekarang Anda lihat akar gigi tiruan yang ditanam, belum ada gigi palsunya. Yang ini prosesnya sudah selesai.“

Tanpa penampilan tiga dimensi, para mahasiswa tidak akan melihat gigi dari berbagai sisi. Informasi lebih dalam, menurut Runte, akan hilang di tengah jalan. Informasi itu diperlukan terutama menyangkut implan gigi atau gigi tiruan. Hal itu juga dipelajari Peter dalam kuliah yang diberikan Runte. Komentarnya, "Topiknya adalah pencitraan wajah. Pasien dibaringkan di bawah alatnya, lalu gambar rahang diproyeksikan, bagaimana kecocokannya dengan tengkorak. Dengan begitu, manfaat alat ini besar sekali. Proyeksi tiga dimensi memudahkan pekerjaan.“

Universitas MünsterFoto: picture-alliance/dpa

Menurut Inka, kuliah yang diberikan sangat berbeda dari kuliah biasanya. Ia merincikan, "Sedikit menyulitkan mata. Saya rasa berganti jarak pandang dari saat menulis, kemudian melihat ke depan sewaktu kuliah, itu lebih sulit untuk mata. Ketika mengikuti kuliah, saya akan melihat ke depan saja dan mengkonsentrasikan mata. Tidak berganti-ganti melihat yang dekat dan jauh. Namun menurut saya, proyeksi anatomi tiga dimensi ini sangat menarik.“

Kuliah tiga dimensi ini sedang banyak dibicarakan di universitas. Bidang studi Ilmu Anatomi juga berminat menggunakan teknologi ini dan teknik mesin juga sedang mempertimbangkannya. Yang paling dinantikan Runte adalah bagaimana mahasiswa menilai kuliah tiga dimensi.

Runte mengatakan, "Di sini, setiap kuliah ada evaluasi anonimnya di intranet. Kami sudah memasukkan pertanyaan mengenai sistem tiga dimensi ini dalam survei evaluasi itu. Misalnya pertanyaan bagaimana materi kuliah lain juga diproyeksikan dalam tiga dimensi. Setelah semester berakhir, mahasiswa memberikan penilaiannya dan kita lihat nanti.“

Marco Poltronieri / Luky Setyarini
Editor: Edith Koesoemawiria