1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiGlobal

Proyeksi Ekonomi Global Anjlok IMF Peringatkan Risiko Resesi

27 Juli 2022

Dana Moneter Internasional (IMF) pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2% akibat inflasi yang tetap tinggi dan perang di Ukraina, serta memperingatkan kemungkinan resesi jika tak ditangani dengan tepat.

Logo Dana Moneter Internasional (IMF)
IMF memperingatkan risiko resesiFoto: Yuri Gripas/REUTERS

Dalam laporan World Economic Outlook terbaru yang dirilis Selasa (26/07), Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan risiko terhadap ekonomi global, yang jika dibiarkan, dapat mendorong dunia ke dalam resesi.

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan, "dunia kemungkinan akan segera terseret ke pinggiran resesi, hanya dua tahun setelah resesi global yang terakhir."

Gourinchas menambahkan, "kondisi saat ini menunjukkan, sangat kecil kemungkinan ekonomi Amerika Serikat dapat menghindari resesi."

Apa prognosis IMF?

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di seluruh dunia akan melambat menjadi hanya sekitar 3,2% dari perkiraan pertumbuhan ekonomi global sebelumnya sebesar 3,6%.

"Prospek secara signifikan makin gelap sejak April," kata Gourinchas. "Tiga ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat, Cina, dan kawasan euro alami stagnasi, dengan konsekuensi berat bagi prospek global."

Laporan terbaru IMF menyebutkan, PDB global mengalami kontraksi pada kuartal kedua karena perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina dan Rusia.

Ekonomi Cina, yang terpukul oleh penguncian COVID-19 dan krisis utang yang didorong masalah di sektor real estat, diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,3%, atau mengalami penurunan 1,1 poin dari perkiraan sebelumnya.

IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan tahun 2023 menjadi 2,9 persen, turun dari perkiraan April lalu sebesar 3,6 persen. Pada 2021, pertumbuhan dunia telah pulih dari pandemi COVID-19 dan mencapai kisaran 6,1 persen. Setahun sebelumnya ekonomi global hanya tumbuh 3,1 persen.

Perkiraan IMF 'ketidak pastian luar biasa'

IMF mengatakan perkiraan terbarunya "sangat tidak pasti" dan menyebut masih ada risiko penurunan ekonomi akibat perang Rusia di Ukraina yang meningkatkan harga energi dan pangan. Kenaikan harga-harga akibat perang memperburuk inflasi dan makin memperkuat ekspektasi inflasi jangka panjang yang akan mendorong pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.

Di negara-negara maju, inflasi diperkirakan akan berada pada level 6,6%, meskipun AS dan Jerman telah mencatat tingkat inflasi bulanan yang lebih tinggi.

Dalam skenario alternatif "lebih logis" yang mencakup penghentian total pasokan gas Rusia ke Eropa pada akhir tahun dan penurunan 30% lebih lanjut dalam ekspor minyak Rusia, IMF memprediksi pertumbuhan global akan melambat menjadi 2,6% pada 2022 dan 2% pada 2023. Sementara, pertumbuhan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat tahun depan akan mandeg jika mengacu pada skenario yang sama.

"Pertumbuhan global di bawah 2% hanya terjadi lima kali sejak 1970, termasuk resesi saat pandemi COVID-19 2020," kata IMF.

Inflasi di negara berkembang dapat mencapai lebih dari 9%, meskipun banyak di antara negara berkembang telah sangat jauh melewati angka prediksi infasi ini.

Sebaliknya, ekonomi Rusia mengalami kontraksi 6% pada tahun ini karena sanksi Barat yang sangat merugikan, sementara kontraksi tahun 2023 diprediksi akan mencapai 3,5%.

ha/ass (AFP, AP, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait