Proyeksi Ekonomi Global Anjlok IMF Peringatkan Risiko Resesi
27 Juli 2022
Dana Moneter Internasional (IMF) pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2% akibat inflasi yang tetap tinggi dan perang di Ukraina, serta memperingatkan kemungkinan resesi jika tak ditangani dengan tepat.
Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan, "dunia kemungkinan akan segera terseret ke pinggiran resesi, hanya dua tahun setelah resesi global yang terakhir."
Gourinchas menambahkan, "kondisi saat ini menunjukkan, sangat kecil kemungkinan ekonomi Amerika Serikat dapat menghindari resesi."
Iklan
Apa prognosis IMF?
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di seluruh dunia akan melambat menjadi hanya sekitar 3,2% dari perkiraan pertumbuhan ekonomi global sebelumnya sebesar 3,6%.
"Prospek secara signifikan makin gelap sejak April," kata Gourinchas. "Tiga ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat, Cina, dan kawasan euro alami stagnasi, dengan konsekuensi berat bagi prospek global."
Laporan terbaru IMF menyebutkan, PDB global mengalami kontraksi pada kuartal kedua karena perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina dan Rusia.
Ekonomi Cina, yang terpukul oleh penguncian COVID-19 dan krisis utang yang didorong masalah di sektor real estat, diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,3%, atau mengalami penurunan 1,1 poin dari perkiraan sebelumnya.
IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan tahun 2023 menjadi 2,9 persen, turun dari perkiraan April lalu sebesar 3,6 persen. Pada 2021, pertumbuhan dunia telah pulih dari pandemi COVID-19 dan mencapai kisaran 6,1 persen. Setahun sebelumnya ekonomi global hanya tumbuh 3,1 persen.
Bagaimana Perang Putin Mempengaruhi Ekonomi Dunia
Efek perang Rusia terhadap Ukraina dirasakan di seluruh dunia. Harga makanan dan bahan bakar meningkat di mana-mana. Di beberapa negara kerusuhan pecah akibat naiknya harga barang kebutuhan utama.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Belanja Semakin Mahal di Jerman
Konsumen di Jerman merasakan kenaikan biaya hidup. Konsekuensi dari perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia mulai terasa. Pada bulan Maret, tingkat inflasi Jerman mencapai level tertinggi sejak 1981. Pemerintah Jerman ingin segera mengembargo batubara Rusia, tetapi masih memperdebatkan pelarangan impor gas dan minyak dari Rusia.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa/picture alliance
Antrian Mengisi Bahan Bakar di Kenya
Antrian panjang mobil di SPBU Nairobi. Di Kenya, warga juga merasakan dampak perang di Ukraina. Bahan bakar kian mahal, dan pasokannya terbatas, belum lagi krisis pangan. Duta Besar Kenya untuk PBB Martin Kimani dalam sidang Dewan Keamanan menyatakan keprihatinannya, dan membandingkan situasi di Ukraina timur dengan perubahan yang terjadi di Afrika setelah berakhirnya era kolonial.
Foto: SIMON MAINA/AFP via Getty Images
Siapa Amankan Suplai Gandum ke Turki?
Rusia adalah produsen gandum terbesar di dunia. Karena larangan ekspor dari Rusia, harga roti sekarang naik di banyak tempat, termasuk di Turki. Sanksi internasional telah mengganggu rantai pasokan. Ukraina juga merupakan salah satu dari lima pengekspor gandum terbesar di dunia, tetapi perang dengan Rusia membuat mereka tidak dapat mengirimkan barang dari pelabuhannya di Laut Hitam.
Foto: Burak Kara/Getty Images
Harga Gandum Melonjak di Irak
Seorang pekerja tengah menumpuk karung-karung tepung tergu di pasar Jamila, pasar grosir terpopuler di Baghdad. Harga gandum telah meroket di Irak sejak Rusia menginvasi Ukraina, karena kedua negara tersebut menyumbang setidaknya 30% dari perdagangan gandum dunia. Irak tetap netral sejauh ini, tetapi poster-poster pro-Putin sekarang telah dilarang di negara itu.
Foto: Ameer Al Mohammedaw/dpa/picture alliance
Unjuk Rasa di Peru
Para demonstran bentrok dengan polisi di ibukota Peru, Lima. Mereka memprotes kenaikan harga pangan, satu di antara rangkaian kenaikan harga. Krisis semakin diperburuk dengan adanya perang di Ukraina. Presiden Peru, Pedro Castillo memberlakukan jam malam dan keadaan darurat untuk sementara. Tapi jika peraturan tersebut dicabut, protes akan terus berlanjut.
Foto: ERNESTO BENAVIDES/AFP via Getty Images
Keadaan Darurat di Sri Lanka
Di Sri Lanka, warga turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Beberapa hari lalu, ada yang mencoba menyerbu kediaman pribadi Presiden Gotabaya Rajapaksa. Memuncaknya protes terhadap kenaikan biaya hidup, kekurangan bahan bakar, dan pemadaman listrik, mendorong presiden mengumumkan keadaan darurat nasional, sekaligus meminta bantuan pengadaan sumber daya dari India dan Cina.
Warga di Skotlandia juga memprotes kenaikan harga makanan dan energi. Di seluruh Inggris, serikat pekerja telah mengorganisir demonstrasi untuk memprotes kenaikan biaya hidup. Brexit telah mengakibatkan kenaikan harga di banyak area kehidupan, dan perang di Ukraina makin memperburuk keadaan.
Foto: Jeff J Mitchell/Getty Images
Harga Ikan Goreng di Inggris Melonjak
Warga Inggris punya alasan untuk khawatir terkait hidangan nasional tercinta mereka "fish and chips". Sekitar 380 juta porsi goreng ikan dan kentang dikonsumsi di Inggris setiap tahun. Tetapi sanksi keras saat ini, berarti harga ikan putih dari Rusia, minyak goreng dan energi, semuanya melonjak naik. Pada Februari 2022, tingkat inflasi Inggris mencapai 6,2%.
Foto: ADRIAN DENNIS/AFP via Getty Images
Peluang Ekonomi bagi Nigeria?
Seorang pedagang di Ibafo, Nigeria, tengah mengemas tepung untuk dijual kembali. Nigeria telah lama ingin mengurangi ketergantungannya pada makanan impor, dan membuat ekonominya lebih tangguh lagi. Orang terkaya di Nigeria Aliko Dangot, baru-baru ini membuka pabrik pupuk terbesar di negara itu, dan berharap memiliki banyak pembeli. Apakah itu sebuah peluang? (kp/as)
Foto: PIUS UTOMI EKPEI/AFP via Getty Images
9 foto1 | 9
Perkiraan IMF 'ketidak pastian luar biasa'
IMF mengatakan perkiraan terbarunya "sangat tidak pasti" dan menyebut masih ada risiko penurunan ekonomi akibat perang Rusia di Ukraina yang meningkatkan harga energi dan pangan. Kenaikan harga-harga akibat perang memperburuk inflasi dan makin memperkuat ekspektasi inflasi jangka panjang yang akan mendorong pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.
Di negara-negara maju, inflasi diperkirakan akan berada pada level 6,6%, meskipun AS dan Jerman telah mencatat tingkat inflasi bulanan yang lebih tinggi.
Dalam skenario alternatif "lebih logis" yang mencakup penghentian total pasokan gas Rusia ke Eropa pada akhir tahun dan penurunan 30% lebih lanjut dalam ekspor minyak Rusia, IMF memprediksi pertumbuhan global akan melambat menjadi 2,6% pada 2022 dan 2% pada 2023. Sementara, pertumbuhan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat tahun depan akan mandeg jika mengacu pada skenario yang sama.
"Pertumbuhan global di bawah 2% hanya terjadi lima kali sejak 1970, termasuk resesi saat pandemi COVID-19 2020," kata IMF.
Inflasi di negara berkembang dapat mencapai lebih dari 9%, meskipun banyak di antara negara berkembang telah sangat jauh melewati angka prediksi infasi ini.
Sebaliknya, ekonomi Rusia mengalami kontraksi 6% pada tahun ini karena sanksi Barat yang sangat merugikan, sementara kontraksi tahun 2023 diprediksi akan mencapai 3,5%.