Generasi Milenial dan Generasi Z Indonesia mungkin aktif di media sosial, tapi tak banyak dari mereka yang benar-benar mau berkecimpung di ranah politik. Kenapa demikian? Simak opini Uly Siregar.
Iklan
Jangankan merepotkan diri bergabung dengan partai politik, yang enggan menggunakan hak pilih pun masih gampang ditemui. Tapi jangan tanya berapa banyak anak muda yang bawel di Twitter mulai dari soal politik hingga isu-isu feminisme. Saking bawelnya, mereka bahkan seringkali dicap sebagai pasukan SJW (social justice warrior) yang hanya jago berkicau di medsos.
Keengganan anak muda berpartisipasi secara aktif di ranah politik,atau menggunakan hak pilih mereka tak hanya terjadi di Indonesia. Di Amerika Serikat, sebuah survei nasional dengan responden usia 18-29 tahun yang diselenggarakan oleh Harvard's Institute of Politics (IOP) menyebutkan terdapat ekspektasi yang sangat rendah untuk berpartisipasi dalam pemilu paruh waktu. Hanya kurang dari 23 persen anak muda Amerika Serikat yang menyatakan pasti mencoblos di bulan November. Di antara mereka yang paling mungkin mencoblos, survei juga menemukan bahwa konstituen partai Republik (yang cenderung konservatif) memperlihatkan antusiasme yang lebih tinggi dibandingkan dengan partai Demokrat (yang cenderung liberal).
Siapa Calon Pemimpin Indonesia?
Hasil survey Saiful Mujani Research Centre belum banyak mengubah peta elektabilitas tokoh politik di Indonesia. Siapa saja yang berpeluang maju ke pemilu kepresidenan 2019.
Foto: Imago/Zumapress
1. Joko Widodo
Presiden Joko Widodo kokoh bertengger di puncak elektabilitas dengan 38,9% suara. Popularitas presiden saat ini "cendrung meningkat," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan.
Foto: Reuters/Beawiharta
2. Prabowo Subianto
Untuk sosok yang sering absen dari kancah politik praktis pasca pemilu, nama Prabowo masih mampu menarik minat pemilih. Sebanyak 12% responden mengaku akan memilih mantan Pangkostrad itu sebagai presiden RI.
Foto: Reuters
3. Anies Baswedan
Selain Jokowi dan Prabowo, nama-nama lain yang muncul dalam survey belum mendapat banyak dukungan. Gubernur terpilih DKI Jakarta, Anies Baswedan, misalnya hanya mendapat 0,9%.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Agung Rajasa
4. Basuki Tjahaja Purnama
Nasib serupa dialami bekas Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama. Sosok yang kini mendekam di penjara lantaran kasus penistaan agama itu memperoleh 0,8% suara. Jumlah yang sama juga didapat Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Foto: Getty Images/T. Syuflana
5. Hary Tanoesoedibjo
Pemilik grup MNC ini mengubah haluan politiknya setelah terbelit kasus hukum berupa dugaan ancaman terhadap Kepala Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto. Hary yang tadinya beroposisi, tiba-tiba merapat ke kubu Presiden Joko Widodo. Saat inielektabilitasnya bertengger di kisaran 0,6%
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Ibrahim
6. Agus Yudhoyono
Meski diusung sebagai calon pemimpin Indonesia masa depan, saat ini popularitas Agus Yudhoyono masih kalah dibanding ayahnya Soesilo Bambang Yudhoyono yang memperpoleh 1,9% suara. Agus yang mengorbankan karir di TNI demi berpolitik hanya mendapat 0,3% dukungan.
Foto: Getty Images/AFP/M. Naamani
7. Gatot Nurmantyo
Jumlah serupa didapat Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang belakangan terkesan berusaha membangun basis dukungan. Nurmantyo hanya mendapat 0,3%. Meski begitu tingkat elektabilitas tokoh-tokoh ini akan banyak berubah jika bursa pencalonan sudah mulai dibuka, klaim SMRC.
Foto: Imago/Zumapress
7 foto1 | 7
Bagi anak muda Indonesia, berurusan dengan politik sering membuat gentar
Apalagi perilaku politisi Indonesia sering tak terpuji. Wakil rakyat yang harusnya mengurusi nasib rakyat justru terlibat dengan beragam skandal yang melibatkan jumlah uang yang tak sedikit.
Petinggi-petinggi partai tersangkut beragam kasus korupsi, hingga membuat KPK kewalahan. Pejabat daerah mengumbar kekayaan yang jumlahnya menjadi berlipat ganda hanya sesaat setelah menjabat. Singkat kata, politisi Indonesia membawa citra negatif. Akibatnya, buat anak muda Indonesia, politik itu nyaris identik dengan perebutan kekuasaan agar bisa memperkaya diri, bukan memperbaiki nasib rakyat. Politik itu busuk, tak seindah seperti memajang foto terbaik di Instagram, atau segampang menyinyiri kepemimpinan Presiden Jokowi di status Facebook, atau seasyik berperang kata-kata di Twitter.
Bergabung dengan partai politik bukan ide yang akrab bagi anak muda Indonesia. "Rendahnya minat anak muda terjun politik bisa dimaklumi karena sebagian besar partai yang ada selama ini didominasi ide-ide yang bagi anak muda dianggap usang, klise, dan tidak menawarkan sesuatu yang segar. Praktik korupsi dan tindak tanduk politik lama membuat publik apalagi anak muda apatis. Tingkat kepercayaan publik terhadap DPR dan parpol kini mencapai titik terendah,” jelas Andy Budiman, Ketua Tim Kampanye Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Padahal parpol seharusnya berlomba-lomba menarik simpati kaum muda untuk bergabung. Pasalnya, berdasarkan survei SMRC, ‘party ID' di Indonesia sangatlah lemah. Tak seperti di Amerika Serikat yang masyarakatnya fanatik dalam berpartai, hanya sekitar 20 persen rakyat Indonesia yang mengasosiasikan diri dengan parpol. Sisanya bisa disebut mengambang, berpotensi untuk berpindah dari satu partai ke partai lainnya.
Muramnya dunia politik Indonesia dari sentuhan tangan anak muda generasi Milenial dan generasi Z jelas tak boleh dibiarkan berlarut-larut. Tantangan dan juga kesempatan bagi partai politik adalah meyakinkan mereka untuk mengisi panggung politik Indonesia dengan sosok-sosok baru yang tergolong muda, bertenaga, pandai, berprestasi, dan mau bekerja keras. Juga jauh dari urusan korupsi.
Menemani Ahok
Tanpa latar belakang politik, anak-anak muda ini nekad menemani Ahok maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta, demi mewujudkan Jakarta baru yang lebih bersih, maju dan, manusiawi.
Foto: TemanAhok/Singgih Widiyastono
Masih sangat muda
Pendiri perkumpulan ini berjumlah lima orang, berusia 23-25 tahun, yaitu Amalia Ayuningtyas, Singgih Widiyastono, Aditya Yogi Prabowo, Muhammad Fathony, dan Richard Haris Purwasaputra.
Foto: Singgih Widiyastono
Mulanya jadi relawan Jakarta Baru
Pendiri Teman Ahok merupakan sekumpulan anak muda yang bertekad mengusung dan memenangkan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta periode kedua. Mereka saling berkenalan sejak tahun 2012 saat menjadi relawan Jakarta Baru.
Foto: Singgih Widiyastono
Mulanya jadi relawan Jakarta Baru
Pendiri Teman Ahok merupakan sekumpulan anak muda yang bertekad mengusung dan memenangkan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta periode kedua. Mereka saling berkenalan sejak tahun 2012 saat menjadi relawan Jakarta Baru.
Foto: Singgih Widiyastono
Baru lulus kuliah
Seorang perempuan pendiri Teman Ahok, bernama Amalia. Ia baru saja lulus S-1 di Universitas Indonesia jurusan Fakultas Ilmu Komunikasi. Sedangkan Richard baru saja lulus dari Universitas Negeri Jakarta.
Foto: Singgih Widiyastono
Menemani Ahok
Ahok sempat pesimistis dapat maju melalui jalur independen. Ahok menyebut, dirinya bisa saja tidak ikut bertarung di Pilkada, jika tidak dilirik oleh parpol. Namun anak-anak muda ini menyemangatinya tanpa lelah
Foto: Singgih Widiyastono
Gerilya
Gerilya mengumpuulkan KTP demi KTP sebagai persyaratan pengajuan calon gubernur, anak-anak muda ini bekerja tanpa lelah, demi mencapai tujuan awal mereka mewujudkan Jakarta baru yang lebih bersih, maju dan, manusiawi.
Foto: Singgih Widiyastono
6 foto1 | 6
Ide dan gagasan baru
Adalah PSI yang mengklaim diri sebagai mesin politik baru yang mengusung identitas kebajikan dan keberagaman, termasuk ide dan gagasan baru. Ia mencoba meyakinkan rakyat Indonesia—terutama kaum muda—bahwa partai ini tak terperangkap dalam kepentingan politik lama, klientalisme, rekam jejak yang buruk, beban sejarah dan citra yang buruk. PSI juga mengusung semangat feminisme dengan memberi porsi yang besar pada perempuan. Tak hanya dalam jumlah 30 persen perempuan, tapi juga berjanji selalu melibatkan perempuan secara aktif dalam pengambilan keputusan politik.
Selintas, PSI seperti ‘dream party' di tengah kemuakan rakyat Indonesia akan parpol-parpol besar yang tak putus-putusnya mengecewakan. Dan respon yang muncul pun tak buruk. Sejak berdiri 16 November 2014, terdapat 400 ribu pemegang kartu anggota di seluruh Indonesia. Ditambah dengan jumlah pengurus sekitar 30 ribu, dengan komposisi gender relatif seimbang antara perempuan dan laki-laki.
Tapi perjalanan PSI mengambil hati anak muda Indonesia untuk mau aktif berpolitik jelas tak gampang. Kehadiran PSI tak hanya menuai sikap optimistik, tapi juga skeptis di kalangan anak muda. Beberapa pihak dengan sinis memberi label ‘partai medsos', partai yang hanya memimpin di kampanye medsos. Eksistensi PSI di medsos diwarnai oleh keriuhan atas pernyataan-pernyataan kontroversial yang muncul dari juru bicara PSI Tsamara Amany Alatas, misalnya. Meskipun, menurut Andy Budiman, kuat dalam kampanye medsos justru memperlihatkan kualitas partai dalam memanfaatkan kemajuan digital yang merupakan dunia masa depan. Menurut Andy Budiman yang juga caleg DPR RI PSI untuk Dapil Jatim I Surabaya-Sidoarjo ini PSI adalah partai yang mempunyai konsep paling jelas mengenai strategi pengembangan digital dan isu perlindungan data konsumen digital. Baiklah.
Tapi realitanya, politik adalah dunia yang tak menarik bagi kaum muda. Sumber daya manusia terbaik, mereka yang muda, cerdas, dan berprestasi lebih bersemangat menapaki dunia profesional daripada menceburkan diri dalam keruwetan dunia politik Indonesia. Akibatnya partai dan jabatan politik justru diisi oleh orang-orang dengan kualitas nomor dua. Mungkin termasuk juga di PSI.
Jokowi di Tengah Pemimpin Dunia
Pertemuan APEC di Beijing menjadi kesempatan pertama Joko Widodo berkiprah di panggung internasional. Di tengah konflik antara Vladimir Putin dan Barack Obama, Shinjo Abe dan Xi Jinping, ia masih mampu mencuri perhatian
Foto: picture-alliance/dpa/Sergei Ilnitsky
Penampilan Perdana di Panggung Internasional
Kehadiran Presiden RI Joko Widodo di pertemuan puncak Asian Pacific Economic Cooperation di Beijing, Cina, termasuk yang paling ditunggu. Untuk pertama kalinya kecakapan diplomasi Jokowi diuji di panggung internasional. Selain kepala negara dan pemerintahan, ia juga bertemu dengan nama-nama tersohor dari dunia bisnis.
Foto: Reuters/K. Lamarque
Antara Obama dan Putin...
Padahal pertemuan APEC kali ini penuh bumbu konflik. Presiden AS, Barack Obama misalnya untuk pertama kali bertatap muka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sejak konflik meletus di Ukraina Timur.
Foto: Reuters
Atau Shinzo Abe dan Xi Jinping
Sumber prahara lain adalah pertemuan PM Jepang Abe dan tuan rumah Xi Jinping. Ketegangan antara Jepang dan Cina terkait kepulauan Diaoyu alias Senkaku terasa pada pertemuan kedua kepala pemerintahan tersebut. Di antara dua konflik besar itulah Joko Widodo mencari tempat di atas panggung internasional pertamanya sejak terpilih.
Foto: Reuters
Mencuri Perhatian
Kendati dirundung konflik yang mengintai, pemimpin dunia tetap menyempatkan diri bertemu dengan presiden baru Indonesia itu. Bersama Cina, Rusia, Vietnam dan beberapa negara lain, Jokowi berbicara mengenai investasi di bidang kelautan. Sementara Barack Obama lebih banyak mengangkat isu keamanan dan terorisme.
Foto: Reuters/Kevin Lamarque
"Ini kesempatan buat kalian"
Tanpa basa basi Jokowi mengundang dunia bisnis agar berinvestasi di Indonesia. Pidatonya yang dalam bahasa Inggris sederhana tanpa naskah itu mendapat pujian dari berbagai pihak. Antara lain karena ia berjanji mengentaskan masalah terbesar yang dihadapi para investor asing di Indonesia. "Ini kesempatan buat kalian," ujarnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Selanjutnya di Brisbane
Setelah melawat ke Cina, Jokowi dijadwalkan akan menapaki panggung diplomasi lain di Australia, yakni pada pertemuan negara-negara G20 di Brisbane. Serupa dengan APEC 2014, agenda utama pertemuan G20 yang melibatkan AS, Rusia, Jerman dan Jepang itu akan lebih banyak membahas program pemulihan ekonomi, investasi di bidang infrastruktur dan masalah keamanan regional.
Foto: picture-alliance/dpa/Sergei Ilnitsky
6 foto1 | 6
Namun tentu tak adil untuk mengarahkan sinisme pada partai baru seperti PSI yang belum memiliki dosa politik seperti partai-partai pendahulunya. Apalagi ia mengusung semangat anti korupsi. Seharusnya kita mendukung semakin banyak lahirnya partai baru yang bisa menjadi wadah bagi kaum muda untuk berpolitik. Dalam rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, 17 Februari lalu, PSI dinyatakan resmi sebagai peserta Pemilu 2019. Artinya, satu partai baru menjadi alternatif bagi kaum muda Indonesia untuk dipertimbangkan dan dipilih pada pemilu yang sudah semakin dekat.
Sudah waktunya kaum muda Indonesia mengambil alih kendali politik di tanah air dengan aktif berpolitik dan bergabung bersama parpol. Bila memang muak pada parpol-parpol lama yang sarat dosa, mengapa tak memberi kesempatan pada parpol baru yang belum terbukti ngawur? Tak harus dengan PSI, tentunya. Mungkin pada pemilu berikutnya, kaum muda Indonesia semakin mempertimbangkan untuk bergabung dengan parpol yang ada dan menjadi pembawa perubahan dalam parpol tersebut. Atau, untuk mereka yang lebih progresif, membentuk parpol baru.
Karena ada perbedaan yang sangat antara nyinyir bahkan kritis di Twitter, dengan mereka yang ikut terlibat dalam rapat partai dan turut andil dalam memberikan arahan pada pengambilan keputusan. Dan bila keputusan yang diambil bisa memberikan perubahan yang berarti bagi kesejahteraan rakyat Indonesia, adilkah bila kita sinis pada mereka yang memilih berjuang dengan cara bergabung dalam parpol atau membentuk partai baru?
Penulis: Uly Siregar (ap/vlz)
Bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia.
@sheknowshoney
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Indonesia Memilih
Sekitar 190 juta pemegang hak pilih menyalurkan suara mereka. Dua kandidat, tapi hanya ada satu pemenang. Siapa yang berhak memimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan?
Foto: Reuters
Saling klaim menang
Hasil perhitungan cepat menunjukkan Joko Widodo unggul, namun kubu Prabowo Subianto menyatakan masih yakin memenangkan pemilu. “Terima kasih kepada semua pihak, yang sejak awal hingga titik akhir bekerja keras“, ujar Jokowi di Jakarta. Pemilu kali ini merupakan persaingan paling tipis yang pernah berlangsung sejak reformasi.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Dari provinsi ke tingkat nasional
Joko Widodo, tahun 2012, pengusaha mebel itu menang dalam pemilihan gubernur Jakarta. Popularitasnya sejak itu makin meroket, dan dikenal dengan semangat “blusukan”-nya, yang ia lakukan hampir setiap hari ke kawasan miskin ibukota, untuk melihat langsung kondisi rakyat.
Foto: Reuters
... mantan jenderal
Ia lahir dari keluarga elit, bapak Prabowo adalah begawan ekonomi, sementara adiknya Hashim Djojohadikusumo adalah pengusaha – yang juga membiayai kegiatan politik Prabowo. Mantan jendral berlatarbelakang pendidikan Amerika ini, diduga terlibat dalam sejumlah kasus pelanggaran HAM, mulai dari penculikan aktivis hingga Timor timur.
Foto: Ed Wray/Getty Images
Mereka memilih
Sekitar 190 juta orang – dari Aceh hingga Papua --memiliki hak pilih. Jumlah pemilih terbanyak terutama dari Pulau Jawa. Pemilu ini merupakan pemilihan presiden langsung ketiga di Indonesia, yang diwarnai ketegangan antar para pendukung kedua capres. Di media sosial, pertarungan sangat terasa.
Foto: Reuters
Tanda dua jari
Di media sosial, banyak warga Indonesia menunjukan dukungan terang-terangan. Mereka menggunakan berbagai tagar atau hashtag, yang bahkan sempat menjadi trending topik dunia. Misalnya: #SalamDuaJari , #AkhirnyaMilihJokowi atau #IndonesiaBangkit . Berbagai kreativitas juga terpampang di media sosial.
Foto: Twitter
Damai dan demokratis
Pasukan dikerahkan, guna mengawal jalannya pemilu di tempat-tempat pemungutan suara. Hasilnya: sejauh ini pemilu berlangsung damai dan teratur. Organisasi non pemerintah turut mengawasi jalannya pesta demokrasi. Mereka mengingatkan masyarakat untuk mendokumentasikan kasus, jika terjadi penyimpangan.