Puluhan Orang Tewas dalam Festival Keagamaan di Israel
30 April 2021
Insiden desak-desakan di festival Yahudi Lag B'Omer di Gunung Meron di Israel utara yang dihadiri oleh puluhan ribu peziarah telah menyebabkan puluhan orang tewas dan ratusan orang lainnya terluka.
Iklan
Puluhan orang tewas di Kota Meron di Israel utara pada Kamis (29/04) malam akibat berdesa-desakan dalam perayaan festival keagamaan Yahudi Lag B'Omer. Layanan penyelamat mengatakan sedikitnya 44 orang tewas dalam insiden itu.
Dilaporkan ratusan orang lainnya mengalami luka-luka dan telah mendapat perawatan dari tim medis, termasuk "20 pasien yang dalam keadaan kritis," kata Zaki Heller, juru bicara Magen David Adom, layanan darurat Israel, dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan insiden itu sebagai "musibah besar" dan menambahkan: "Kami semua berdoa untuk kesejahteraan para korban."
Presiden Reuven Rivlin melalui Twitter mengatakan bahwa dia terus mengikuti perkembangan terbaru dari Meron dan berdoa untuk kesembuhan orang-orang yang terluka.
Masih belum jelas apa yang menyebabkan terjadinya insiden ini. Namun, laporan media lokal awalnya mengatakan tribun tempat penyelenggaraan festival roboh dan menyebabkan kepanikan. Akibatnya massa berdesak-desakan dan terinjak-injak.
"Kami berdiri dan menunggu teman-teman kami, kami masuk ke dalam untuk menari dan sebagainya dan tiba-tiba kami melihat paramedis dari MDA berlari, melakukan CPR pada anak-anak, "ujar salah seorang saksi mata, Shlomo Katz (36) kepada kantor berita Reuters.
Otoritas setempat mengatakan bahwa korban mengalami kondisi mati lemas atau diinjak-injak.
Pascainsiden tampak orang-orang mengalami trauma dan kebingungan, dengan sisa-sia reruntuhan tribun berserakan di tanah. Beberapa orang yang selamat menyalakan lilin untuk para korban sementara yang lain berdoa. Media lokal telah mempublikasikan gambar sederet jenazah yang ditutupi kantong plastik di tanah.
Bangunan Kota yang Dirampok dari Yahudi
Distrik Mitte di pusat kota Berlin merupakan lokasi pembangunan yang masif. Tak banyak yang tahu, kebanyakan bangunan di pusat ibukota Jerman ini dirampas dari keluarga-keluarga Yahudi, pemilik aslinya.
Foto: Stadtmuseum Berlin/Oliver Ziebe
Ibukota tanpa pusat sejarah
Distrik Mitte di ibukota Jerman identik dengan pembangunan besar-besaran. Dekat menara TV dan Balai Kota Merah, Rotes Rathaus, berdiri berdekatan. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa sebagian besar properti di daerah ini dulunya dimiliki orang Yahudi. Keuntungan kini diraup dibuat tanpa melibatkan orang-orang yang dulunya pernah memiliki lahan tersebut.
Foto: Getty Images
Perencanaan sistematis
Dari 1.200 bangunan di pusat kota Berlin itu, setidaknya 225 di antaranya milik orang Yahudi-Jerman, sebelum tahun 1933. Setelah Hitler menjadi pemimpin Jerman, orang-orang Yahudi secara sistematis dikeluarkan dari "komunitas nasional". Undang-undang yang diskriminatif mengharuskan orang Yahudi mendaftarkan harta benda mereka, yang kemudian disita.
Foto: Sammlung Düwel Hamburg
Dilucuti kewarganegaraannya dan dirampok
Salah satu tindakan yang digunakan untuk mendapatkan akses terhadap kepemilikan properti keturunan Yahudi adalah menyangkal kewarganegaraan mereka: mencap mereka sebagai musuh negara, memaksa mereka berimigrasi dan kemudian menyita aset mereka. Mereka yang tidak meninggalkan Jerman pada tahun 1938 menderita saat pogrom Kristallnacht, malam penghancuran bisnis dan rumah Yahudi.
Foto: gemeinfrei
Rasisme terbuka
Setelah tahun 1938, pengambilalihan aset Yahudi di Berlin dibicarakan secara terbuka. Tak seperti kota-kota lain di seluruh Jerman, barang curian tersebut tak jatuh ke tangan swasta, melainkan negaralah yang menjadi penerima manfaat langsung. Fakta ini pernah dipamerkan dalam pameran foto "Robbed Centre" beberapa tahun lalu di Berlin's Ephriam Palace. Bahkan lokasi pameran ini pun hasil jarahan.
Foto: Stadtmuseum Berlin/Oliver Ziebe
Mimpi atas Germania
Apa alasan di balik nasionalisasi bangunan? Arsitek favorit Hitler, Albert Speer, diperintahkan membangun sebuah ibukota kekaisaran baru - Germania. Pusat kota bersejarah itu akan digantikan oleh gedung administrasi yang monumental. Titik pusat Germania akan dijadikan bangunan aula akbar, yang ditunjukkan di sini dalam foto untuk menggambarkan perbandingannya dengan Gerbang Brandenburg.
Foto: picture alliance / dpa
Sumbu Timur-Barat
Untuk mencapai tujuan ini, Hitler mengangkat arsitek Speer sebagai Inspektur Jenderal Bangunan di Berlin. Semua rumah keturunan Yahudi di ibukota didata dan dilaporkan ke Speer untuk dipertimbangkan apakah negara ingin menggunakan haknya untuk membeli bangunan ini. Jika rumah-rumah itu terletak di poros Timur-Barat yang direncanakan, yang melintasi pusat kota, maka harus diledakkan.
Foto: npb
Wertheim department store
Bahkan "Aryanisasi" pribadi terjadi di pusat kota. Satu kasus penting termasuk pusat perbelanjaan Wertheim. Saat pergantian abad, department store ini terkenal seperti Lafayette di Paris. Inilah wajah mal Yahudi itu di tengah lautan swastika selama Olimpiade 1936. Pada tanggal 1 Januari 1937, perusahaan tersebut dinyatakan milik "Jerman".
Foto: Stadtmuseum Berlin
Temuan seni berharga
Selama penggalian Balai Kota Merah pada tahun 2010, 11 patung yang telah dijelak-jelekkan Nazi sebagai "kemerosotan seni ", ditemukan lagi. Patung-patung itu telah disita pada tahun 1937 dari museum dan koleksi pribadi Jerman dan dilaporkan hilang atau hancur. Sebuah rumah Yahudi pernah berdiri di lokasi penemuan dan keluarga pemiliknya diasingkan.
Foto: Berlin-Mitte-Archiv
Celah lubang
Tidak hanya namanya berubah, tapi bekas jalan Königstrasse, di dekat balai Kota merah hampir tak bisa lagi dikenali. Di sebuah lahan kosong ini, rumah No. 50 pernah berdiri( ditandai warna merah di foto). Inilah wajah Berlin saat ‘Arya-nisasi‘ dimulai.
Foto: Stadtmuseum Berlin
Sebuah kota yang hancur
Banyak kosong telah lama ternganga di mana rumah Yahudi pernah berdiri. Entah rencana untuk Germania telah menyebabkan kehancuran mereka, mereka dibom dalam perang, atau pemerintah komunis Jerman Timur telah menghapus reruntuhan setelah perang.
Foto: AP
Ganti rugi minimal
Jerman Timur tidak membayar restitusi setelah Holocaust. Alasannya? Di negara komunis, seharusnya tidak ada properti pribadi. Lebih baik lagi jika negara sudah jadi pemiliknya. Setelah reunifikasi Jerman pada tahun 1990, saat ahli waris pemilik properti asli sekali lagi mencari kompensasi, mereka hanya menerima ganti rugi minimal, itupun jika dibayar.
Foto: picture-alliance/dpa
Ganti rugi yang jatuh nilainya
Mereka yang berhak atas properti ini dibayar berdasarkan estimasi dari penilaian tahun 1990. Akibatnya, ahli waris keluarga Yahudi seringkali hanya dibayari 10 persen dari nilai aslinya. Jika lahannya kosong, nilai restitusinya sama rendahnya. Dalam gambar tertera toko furnitur Gerson yang dulu terkenal di tahun 1890-an.
Foto: Stadtmuseum Berlin
Jadi 'tambang emas'
Namun, sekarang, bekas rumah kosong tersebut menjadi bangunan baru di Berlin Mitte. Apakah restitusi ahli waris harus dinegosiasikan ulang, atau jika penjualan tanah tersebut harus disalurkan ke yayasan? (Ed: Sarah Judith Hofmann/ap/hp)
Foto: Stadtmuseum Berlin
13 foto1 | 13
Festival dirayakan di tengah pandemi
Festival tahunan Lag B'Omer diadakan di kota Meron di sekitar makam terkenal Rabbi Shimon Bar Yochai, seorang bijak Talmud abad kedua.
Iklan
Tahun lalu, perayaan itu dibatalkan karena kebijakan pembatasan untuk mengekang penyebaran virus corona.
Pihak berwenang telah mengizinkan 10.000 peziarah untuk berkumpul di lokasi makam itu, tetapi penyelenggara mengatakan lebih dari 650 bus telah disewa dari seluruh negeri, membawa 30.000 orang Yahudi ultra-ortodoks ke Meron.
Sekitar 5.000 polisi dikerahkan untuk mengamankan festival tersebut untuk mencegah adanya insiden selama perayaan api unggun.