Areal tambang yang terpencil dan curam di Desa Bakan, Bolaang Mongondow, Sulut, membuat tim SAR gabungan ekstra hati-hati dalam melakukan evakuasi korban. Alat berat tidak dapat digunakan.
Tim penyelamat gabungan bergegas untuk menemukan puluhan penambang yang masih terkubur. Upaya penyelamatan terhambat oleh medan yang curam dan kondisi tanah yang tidak stabil.
"Pada saat puluhan orang sedang menambang emas di lokasi tersebut tiba-tiba tiang dan papan penyanggah lubang galian patah akibat kondisi tanah yang labil dan banyaknya lubang galian tambang”, kata juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Hingga pukul 14:30 WITA korban yang telah dievakuasi menjadi 17 orang, dengan tiga korban tewas dan 14 selamat. Diperkirakan 43 orang masih tertimbun longsor.
Evakuasi dilakukan ekstra hati-hati
Beberapa korban yang masih tertimbun menanggapi panggilan tim SAR tetapi tidak jelas berapa banyak yang masih hidup.
"Kami masih memiliki harapan. Ketika kami memanggil mereka, mereka masih merespons dari sana, meminta bantuan," kata Kasi Tanggap Darurat BPBD Bolaang Mongondow, Abdul Muin Paputungan.
Tim SAR gabungan melakukan tindakan penyelamatan dengan cara manual, menggali tanah dengan tangan dan alat pertanian. "Kami tidak bisa menggunakan alat berat karena lokasinya sangat curam, bisa membahayakan para korban," kata Paputungan.
Api dan Peluru: Kiat Brazil Perangi Tambang Ilegal
Ratusan tambang ilegal menyemuti hutan Amazon. Di Brazil saja tercatat 450 tambang gelap yang sudah beroperasi. Pemerintah mengirimkan pasukan bersenjata dan alat perang buat memberantas aktivitas ilegal tersebut.
Foto: Reuters/R. Moraes
Demam Emas Ancam Amazon
Di jantung hutan Amazon bersemut tambang-tambang ilegal seperti yang tampak pada gambar di atas. Tambang emas seperti ini terutama merusak, lantaran menggunakan senyawa kimia beracun yang mengendap lama di dalam tanah dan mencemari perairan sekitar.
Foto: Reuters/R. Moraes
Vonis Mati Masyarakat Adat
Tambang emas biasanya menggunakan air raksa untuk mengeluarkan logam berharga itu dari perut Bumi. Penggunaan logam berat tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga memusnahkan populasi ikan. Situasi ini menjadi bencana buat banyak suku asli yang mendiami Amazona dan hidup dari hasil tangkapan nelayan.
Foto: Reuters/R. Moraes
Operasi Berbahaya
Namun memberantas tambang emas ilegal bukan perkara sepele. Aparat yang dikirimkan Institut Lingkungan dan Energi Terbarukan (Ibama), lembaga pemerintah yang bertugas mengawasi kerusakan lingkungan, harus bersenjata lengkap. Mereka setiap saat bisa mendapat serangan tak terduga dari pemilik tambang.
Foto: Reuters/R. Moraes
Petak Umpet di Tengah Amazon
Pertempuran bersenjata antara aparat Ibama dan buruh tambang sudah menjadi keseharian di Brazil. Dalam gambar terlihat seorang buruh berusaha melarikan diri saat penggerebekan oleh aparat.
Foto: Reuters/R. Moraes
Bekerja Menuju Ajal
Padahal buruh tambang bukan sasaran lembaga pengawas lingkungan pemerintah. Mereka hanya diinterogasi, tapi tidak ditangkap. Para buruh adalah korban pertama tambang emas ilegal. Mereka harus bekerja keras dan menghirup uap raksa yang perlahan menggerogoti kesehatan mereka.
Foto: Reuters/R. Moraes
Misi Pengrusakan
Cara lain yang diambil aparat adalah merusak alat-alat berat yang digunakan untuk kegiatan tambang. Lantaran harga yang mahal dan lokasi yang sangat terpencil, aksi pengrusakan ini diharapkan bisa mengakhiri aktivitas bisnis pengelola tambang.
Foto: Reuters/R. Moraes
Asap Hitam Bisnis Gelap
Aparat Ibama biasanya membakar alat-alat berat tersebut. Pasalnya jika disita pun, mereka tidak memiliki kapasitas untuk memindahkan traktor dll. ke lokasi lain. Sebab itu pembakaran dianggap solusi paling cepat, meski bukan yang paling ramah lingkungan.
Foto: Reuters/R. Moraes
7 foto1 | 7
Tim penyelamat berusaha untuk memberi air untuk para penambang yang tertimbun tetapi tindakan itu dikhawatirkan dapat memperburuk situasi.
"Ada banyak tantangan karena batu yang jatuh berada dalam posisi yang sangat berbahaya," kata Paputungan. "Kami berusaha ekstra hati-hati,” tambahnya. Tambang dan desa yang terhubung dengannya berada di daerah terjal yang hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki. Kendaraan pengeruk tanah dan mobil ambulans tidak dapat mencapai lokasi.
Sementara itu, kepala rumah sakit setempat Wahdiana Mantang mengatakan sembilan korban selamat telah diperbolehkan pulang dan sisanya sedang dirawat karena cedera.
"Mereka menderita laserasi, luka-luka dan beberapa menderita patah tulang," katanya pada kantor berita AFP.
na/hp (afp, ap)
Terjebak Dalam Gua dan Diselamatkan
Mereka yang terjebak dalam gua bawah tanah, sering harus menunggu berhari-hari sampai tim penyelamat datang. Berikut lima misi penyelamatan yang berhasil.
Foto: picture-alliance/dpa
"Keajaiban Lengede"
Tahun 1963 air berlumpur masuk ke terowongan tambang di Lengede, Jerman. 129 pekerja tambang terjebak di terowongan. Banyak yang berhasil menyelamatkan diri sehari kemudian. Tapi 11 pekerja tambang terjebak di kedalaman 62 meter. Mereka akhirnya berhasil diselamatkan dengan peralatan khusus. 29 pekerja tambang meninggal dalam insiden itu, yang sudah difilmkan beberapa kali.
Foto: picture-alliance/dpa
Ratusan penolong dari berbagai negara
Johann Westhauser, peneliti gua yang berpengalaman, tahun 2014 sedang meneliti jaringan gua Riesending di pegunungan Bayern, Jerman. Dia bersama dua rekannya sedang berada di kedalaman 1000 meter, ketika cidera karena batu yang jatuh. Setelah 12 hari, dia berhasil diselamatkan dengan misi yang rumit. Westhauser menderita trauma otak. Untuk membawanya keluar dari gua dibutuhkan waktu satu minggu.
Foto: picture-alliance/dpa
Dua bulan di bawah tanah
Kecelakaan di tambang emas dan perunggu di gurun Atacama Cile tahun 2010 menjadi perhatian dunia. 33 pekerja tambang terjebak pada kedalaman 700 meter karena reruntuhan batu. Mereka harus bertahan selama dua minggu tanpa kontak dengan dunia luar. Setelah ditemukan, mereka mendapat asupan makanan dan vitamin lewat pipa. Setelah 689 hari, mereka diselamatkan dengan kapsul penyelamat.
Foto: picture-alliance/dpa
Logistik mengandalkan lubang pengeboran
Empat pekerja tambang di Pingyi, Cina, harus bertahan selama 36 hari setelah terowongan tambang runtuh. Tim penolong harus melakukan pengeboran di empat titik untuk mengirim makanan dan minuman kepada para pekerja, yang terjebak pada kedalaman 220 meter. Awal 2006 mereka berhasil diselamatkan melalui sebuah terowongan dengan menggunakan kapsul penyelamat.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Xinhua/G. Xulei
Bersejarah
1906, seorang pekerja tambang diselamatkan setelah 26 hari. Beberapa hari sebelumnya, 13 pekerja tambang diselamatkan. Mereka terjebak dalam terowongan dan bertahan makan daging kuda dan minum air resapan. Kecelakaan di Courrieres, Perancis Utara ini tercatat sebagai kecelakaan tambang terbesar Eropa. 1099 orang tewas dalam insiden itu, termasuk banyak anak-anak. (Teks: Beate Hingrichs/hp/yf).