Merujuk data dari Kemensos RI di akhir bulan September 2021 terdapat sebanyak 30.766 anak menjadi yatim, piatu dan yatim piatu akibat COVID-19.
Iklan
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Muhamad Mardiono menyebutkan, data Pemerintah melalui covid19.go.id, per tanggal 6 Januari 2022 tercatat 144.116 orang meninggal dunia akibat COVID-19. Ada pula data dari Kemensos RI di akhir bulan September 2021 terdapat sebanyak 30.766 anak menjadi yatim, piatu dan yatim piatu akibat COVID-19.
"Korban musibah COVID-19 yang jumlahnya 140 ribu lebih menyisakan duka terhadap adik-adik kita yang kehilangan ayah ibunya atau menjadi yatim piatu. Ada 30 ribu lebih adik-adik yang kehilangan orang tuanya atau menjadi anak yatim, piatu hingga yatim piatu," ucap Mardiono saat berkunjung ke Pedukuhan Paker RT.04, Kalurahan Mulyodadi, Bambanglipuro, Bantul, Sabtu (8/1/2022).
Membantu anak yatim piatu
Dalam kunjungan tersebut Mardiono mengangkat 9 anak yatim piatu akibat COVID-19 di Bantul. Pemilihan 9 anak ini untuk memberikan kesempatan dalam menempuh pendidikan hingga jenjang SMA.
Sementara itu, Kepala Dinsos Bantul Gunawan Budi Santoso mengatakan, bahwa di Bantul ada ratusan anak yang kehilangan orang tuanya akibat COVID-19. Data tersebut merupakan data sejak tahun 2021.
Kisah Perempuan Tangguh Relawan Pengurus Jenazah Korban Covid-19
Liezha Yuvita Sikku adalah salah satu dari sedikit perempuan relawan yang mengurus dan memakamkan korban COVID-19. Ia ingin membayar nikmat kehidupan yang masih dimiliki.
Foto: Privat
Selalu siap sepanjang waktu
Liezha Yuvita Sikku (32) di Klaten, Jawa Tengah, terjun sebagai salah satu relawan pemusalaraan jenazah dan pemakaman korban COVID-19. Perempuan yang dipanggil Vita ini mengatakan tugasnya tidaklah mudah. Memakai APD saja menurutnya bisa memakan waktu 30 menit sampai 1 jam. Dalam foto, Vita (kiri) baru saja selesai memakai perlengkapan APD sambil bercakap dengan rekannya.
Foto: Privat
Membayar nikmat kehidupan dari Tuhan
Vita menjadi satu dari sedikit relawan pemulasaran Jenazah Covid-19 di Kabupaten Klaten. Dalam sebuah status di instagramnya, ia mengatakan bahwa menjadi relawan dan mengurus jenazah terpapar COVID-19 adalah cara membayar nikmat kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya yang masih bernyawa.
Foto: Privat
Tidak pilih-pilih penugasan
Vita melakukan semua penugasan, termasuk selalu siap ketiga dipanggil di tengah malam atau bahkan dini hari. Dia tidak hanya mengurus jenazah sebelum dimasukkan ke dalam peti, tetapi juga ikut memakamkan dan mendoakan jenazah tersebut.
Foto: Privat
Tetap bekerja mengelola website
Menjadi relawan dengan jam tugas yang tidak menentu, tidak hanya tengah malam tetapi juga sampai dini hari, tidak menjadikan Vita melupakan tugasnya sebagai pengelola website di Balai Desa Nglinggi, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten. Di siang hari, dia tetap berkantor sesuai jam kerja.
Foto: Privat
Satu dari sedikit relawan perempuan
Vita adalah satu dari sedikit relawan perempuan untuk mengurus jenazah korban pandemi di desanya, bahkan di tingkat kabupaten. Meski begitu, dia mengaku diperlakukan sama dengan relawan lainnya dan tidak ada diskriminasi. Di foto, Vita (kanan tengah) sedang berkoordinasi dengan sesama rekan yang kebanyakan adalah laki-laki.
Foto: Privat
Bertugas di dapur umum
Tidak hanya bertugas di pemulasaraan jenazah. Ibu dua orang anak ini juga berperan di dapur umum seperti berbelanja dan memasak untuk rekan-rekan relawan di Forum Relawan Klaten Selatan (Forkles). Ia bergabung di Forkles sejak Juni 2021 saat jumlah korban wabah corona COVID-19 sedang berada di puncaknya di Klaten.
Foto: Privat
Sering pulang malam dan pernah dicurigai tetangga
“Dulu pernah saya dicurigai, sudah jauh dari suami, pulangnya malam, dini hari, bahkan tidak pulang. Tetangga mempertanyakan apa yang saya lakukan,” tutur Vita sambil tersenyum. Menurut Vita, kecurigaan seperti itu sudah lumrah dan biasa dia hadapi. “Saya tetap aktif ikut PKK juga, menjaga hubungan dengan tetangga, menjadi relawan, dan bekerja,” ujarnya. (ae)
Foto: Privat
7 foto1 | 7
"Ada 400 anak yang jadi yatim, piatu dan yatim piatu di Bantul, itu hanya selama tahun 2021 saja," katanya.
Pendidikan yang terpenting
Gunawan menyebut, 9 anak tersebut diangkat menjadi anak asuh karena mereka rawan terputus pendidikannya. Namun, pihaknya juga memberikan bantuan kepada semua anak-anak yang kehilangan orang tua akibat COVID-19.
"Yang 9 itu yang transisi sekolah jadi diutamakan. Usia SMP mau ke SMA jadi jangan sampai terputus," kata dia. (Ed: yp)