1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiInggris

Puluhan Ribu Pekerja Kesehatan di Inggris Mogok Massal

7 Februari 2023

Tenaga kesehatan di Inggris sejak dua tahun lalu sudah beberapa kali mogok, tapi belum mendapat bayaran memadai. Sekarang mereka menuntut kenaikan gaji yang seimbang dengan inflasi dua digit.

Pekerja kesehatan gelar aksi mogok di London
Pekerja kesehatan gelar aksi mogok di LondonFoto: Dan Kitwood/Getty Images

Puluhan ribu perawat dan pekerja kesehatan Inggris menggelar aksi mogok besar-besaran sejak hari Senin (6/2) menuntut gaji yang lebih baik. Pemogokan itu adalah yang terbaru dalam gelombang aksi mogok di berbagai sektor yang mengganggu kegiatan publik warga Inggris selama berbulan-bulan. Terutama pekerja di sektor publik menuntut kenaikan gaji untuk mengimbangi inflasi dua digit.

Guru, masinis kereta api, pekerja bandara, pekerja transportasi umum dan pekerja pos dalam beberapa bulan terakhir sudah menggelar aksi mogok menuntut kenaikan gaji yang layak. Kali ini, tenaga kesehatan siap menggelar aksi mogok massal, sampai tuntutannya dipenuhi.

Tingkat inflasi tahunan Inggris di Inggris pada Desember tahun lalu mencapai 10,5%, tingkat tertinggi selama lebih 40 tahun. Tetapi pemerintah Inggris yang dikuasai kubu Konservatif berpendapat, menaikkan gaji di sektor publik sampai 10% justru akan mendorong inflasi lebih tinggi lagi. Serikat pekerja kesehatan bersikeras gaji harus naik, dan menyebut aksi mereka sebagai "mogok terbesar sepanjang sejarah NHS".

Aksi mogok sektor kesehatan menambah tekanan pada Layanan Kesehatan Nasional NHS, yang sudah dililit berbagai kesulitan karena pandemi COVID-19 dan kekurangan staf maupun dana.

Gaji minim, banyak pekerja kesehatan alih profesi

Para juru rawat berpendapat, kenaikan gaji justru harus dilakukan untuk mempertahankan atraktivitas di bidang kesehatan, yang menurut mereka sekarang banyak ditinggalkan demi pekerjaan yang lebih menguntungkan.

"Kami sudah menyerah. Situasi ini hanya akan menjadi lebih buruk karena semakin banyak orang akan meninggalkan profesi ini," kata asisten perawat Victoria Busk, yang bekerja di bangsal trauma di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham. Dia menambahkan bahwa seorang perawat sekarang melakukan pekerjaan tiga orang.

Yang lain berpendapat bahwa masalah kekurangan staf justru menimbulkan risiko bagi pasien. "Setiap kali melakukan shift, itu berbahaya karena kekurangan staf," kata Angela Unufe di Queen's Medical Center di Nottingham, yang ikut aksi mogok.

Aksi mogok massal para juru rawat kali ini dijadwalkan berlangsung selama 48 jam. Staf ambulans diperkirakan akan mogok lagi pada hari Jumat, sedangkan para fisioterapis akan mogok pada hari Kamis. Ini adalah minggu yang paling berat dalam sejarah NHS, kata Direktur Medis NHS Stephen Powis.

Serikat pekerja kesehatan mengatakan, perawatan darurat dan pengobatan kanker tidak akan terganggu meskipun ada pemogokan. Layanan ambulans juga berjanji untuk menanggapi panggilan paling mendesak selama pemogokan mereka.

Pemerintah Inggris kecam aksi mogok

Menteri Ekonomi Grant Shapps mengatakan, pemogokan paramedis dapat membahayakan nyawa, dengan menciptakan apa yang dia gambarkan sebagai "undian kode pos untuk serangan jantung atau stroke."

Sepanjang tahun lalu, aksi mogok terus berlanjut dan meluas di berbagai sektor publik Inggris, mulai dari guru hingga supir bus dan kereta api, pekerja bandara, staf perbatasan, dan pekerja pos.

Bulan lalu, pemerintahan Perdana Menteri Rishi Sunak mengusulkan rancangan undang-undang kontroversial, yang kemudian oleh media dijuluki "RUU antipemogokan". RUU tersebut mempersulit proses pemogokan dengan menetapkan "tingkat keamanan minimum" yang harus dipertahankan selama pemogokan dalam profesi tertentu.

hp/yf (rtr, ap, afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait