1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIndia

Konflik Antaretnis di India: 60 Tewas, Ribuan Mengungsi

9 Mei 2023

Kerusuhan antaretnis di Manipur, India, tewaskan sedikitknya 60 orang dan memaksa sekitar 35.000 warga mengungsi. Minoritas memprotes permintaan kelompok mayoritas yang menuntut hak istimewa.

Tentara dikerahkan di Negara Bagian Manipur, India,
Tentara dikerahkan di Negara Bagian Manipur, India, menyusul konflik antaretnis yang dimulai dari protes atas tuntutan hak istimewaFoto: ARUN SANKAR/AFP

Pihak berwenang dan pasukan militer masih terus berjaga di negara bagian Manipur di timur laut India menyusul kerusuhan antaretnis yang menewaskan 60 orang dan membuat sekitar 35.000 warga mengungsi pekan lalu.

Kepala Menteri Negara Bagian Manipur, N Biren Singh, mengatakan kepada wartawan pada Senin (08/05) malam bahwa sekitar 230 orang terluka dan sekitar 1.700 rumah dibakar oleh pengunjuk rasa setelah bentrokan antara minoritas Kukis dan suku asli Meitei yang menuntut hak istimewa dari negara.

Singh mengatakan ribuan warga sipil, dikawal oleh personel keamanan, kini telah kembali ke rumah setelah situasi dikendalikan oleh patroli polisi dan tentara dan pemberlakuan jam malam yang masih berlaku hingga berita ini diturunkan.

Pada hari Senin, Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, mengatakan kepada media India Today bahwa situasi di Manipur kini terkendali dan mengimbau masyarakat untuk menjaga perdamaian.

Negara bagian yang terletak di antara Bangladesh, Cina, dan Myanmar ini telah lama menjadi tempat terjadinya ketegangan antara berbagai kelompok etnis serta sarang separatisme. Bentrokan terbaru meletus minggu lalu antara mayoritas suku Meitei, sebagian besar beragama Hindu, yang tinggal di dalam dan sekitar ibu kota Manipur, Imphal, dan suku Kuki di perbukitan yang sebagian besar beragama Kristen.

Tuntutan hak istimewa berujung kerusuhan antaretnis

Kerusuhan antaretnis di Manipur pecah menyusul aksi protes oleh lebih dari 50.000 orang dari kelompok minoritas Kuki dan anggota komunitas suku mayoritas Kristen lainnya di Churachandpur, serta distrik-distrik sekitarnya.

Mereka memprotes permintaan komunitas mayoritas Hindu Meitei yang menuntut status khusus seperti hak untuk bertani di lahan hutan, pinjaman bank dengan bunga murah, serta akses lebih luas ke fasilitas kesehatan dan pendidikan. Pemimpin kelompok minoritas mengatakan bahwa komunitas Meitei sudah relatif lebih sejahtera dan pemberian lebih banyak hak istimewa tidaklah adil. 

Salah seorang warga yang juga ayah dari lima anak, S. Mamang Vaiphei, bersembunyi di hutan selama tiga malam setelah massa menyerang desanya di Manipur pada hari Senin.

"Orang-orang Meitei pertama-tama membakar 26 atau 27 rumah," kata Mamang, yang saat itu terpaksa tidur di tempat terbuka di sebuah kamp tentara bersama sekitar 900 orang lainnya kepada AFP.

"Kemudian mereka datang lagi dan menghancurkan semua 92 rumah (di desa), menggeledah gereja, sekolah dan apa pun yang tersisa," kata pria berusia 54 tahun itu.

Saat kerusuhan terjadi, sebagian besar warga mengungsi dan hanya membawa tas kecil berisi beberapa barang pribadi, sepasang pakaian ekstra, atau smartphone mereka. Tentara setempat mengatakan bahwa mengungsikan warga ke tempat yang aman tidaklah mudah mengingat polarisasi dan putusnya dialog antarkomunitas di sana.

"Kami tidak dapat memindahkan mereka di tempat terbuka karena ada kemungkinan jika anggota komunitas lain melihat mereka, ketika kami melintasi desa mereka di sepanjang jalan raya, mereka mungkin menjadi agresif," kata seorang perwira militer India kepada AFP.

ae/hp (AP, AFP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait