Putin: Delapan Tahun Masa Tugasnya
26 Februari 2008Dalam konferensi persnya yang terakhir sebagai presiden, pertengahan Januari, Putin mengatakan:
“Delapan tahun saya bekerja keras siang dan malam seperti seorang budak, saya bangga akan hasil pekerjaan saya.“
Vladimir Putin secara mengejutkan mengisi kursi kepresidenan yang kosong, menyusul pengunduran diri pendahulunya, Boris Yeltsin. Maret 2000 ia kemudian terpilih dengan 52,9% suara. Setelah bertahun-tahun Rusia dilanda skandal dan kemerosotan ekonomi, masa pemerintahan Putin menunjukkan tanda-tanda akan datangnya era baru dan harapan akan kondisi stabil.
Masa lima tahun pertama ditempa lewat reformasi politik dalam negeri yang dipandang dengan skeptis oleh dunia Barat. Selang tak berapa lama, sang presiden baru menghadapi kejutan pertama. Bulan August 2000 kapal selam bertenaga atom “Kursk“ dengan 23 awal kapalnya tenggelam di dasar laut Barents dan tak bisa bergerak selama berhari-hari. Tak ada yang selamat dalam kecelakaan itu. Angkatan laut menutup-nutupi peristiwa itu, sementara Putin berlibur di Soschi. Ia terlambat, sangat terlambat, datang ke lokasi kejadian dimana ia dihujani kecaman dari keluarga korban.
Peristiwa berat lainnya adalah konflik Chechnya yang selalu menelan korban luka dan tewas dari pihak tentara Rusia. Putin menggunakan tangan besi dengan alasan memberantas terorisme. Sementara itu, rasa letih akan perang saudara tumbuh di kalangan rakyat Rusia, bersamaan dengan itu semakin banyak pemberitaan tentang kekejaman tentara Rusia.
Perubahan situasi secara total terjadi pada Oktober 2002, ketika teroris Chechnya bersenjata lengkap menyerbu sebuah gedung teater di Moskow dan menyandera ratusan pengunjung. Putin kembali menunjukkan sikap keras. Tentara dikerahkan menyerang gedung teater tersebut. Sejumlah besar sandera tewas, semua teroris dibunuh. Putin kemudian berhasil mendudukkan orang yang setia kepada Moskow di puncak pemerintahan di ibukota Grosny.
Maret 2004 Putin memasuki masa jabatan kedua, dengan kepercayaan besar dari rakyat, lebih dari 70% suara. Ini kemudian diikuti dengan upaya politik luar negeri untuk kembali menjadikan Rusia sebagai negara adikuasa. Dengan itu Rusia memposisikan dirinya pada tempat yang semakin kritis, berhadap-hadapan dengan Amerika Serikat dan Barat.
Rasa tidak senang senantiasa tumbuh, menyangkut perlakuan keras terhadap oposisi Rusia dan jurnalis yang kritis. September 2004 merebak diskusi sengit di Jerman mengenai penganugerahan gelar doktor kehormatan dari Universitas Hamburg kepada Presiden Putin. Setelah protes besar-besaran, gelar itu akhirnya dibatalkan.
Pada bulan yang sama, terjadilah drama penyanderaan anak-anak sekolah di Beslan oleh separatis Chechnya. Mimpi buruk bagi mereka yang selamat. Bagi Putin, catatan hitam luar biasa pekat. Ia dianggap bertanggungjawab atas penyerbuan aparat keamanan yang mengakibatkan ratusan orang, sebagian besar anak-anak, tewas.
Sementara itu, pembatasan kebebasan pers meningkat. Pembunuhan terhadap jurnalis Anna Politkovskaya yang kritis terhadap Kremlin, Oktober 2006, tak terungkap hingga kini. Kepada dunia luar Putin menekankan, Rusia berada di jalur demokrasi, di dalam negeri ia berupaya agar semua wewenang kekuasaan terpusat di Kremlin. Demokrasi terpimpin adalah kebijakannya.
Mayoritas rakyat Rusia melihat dalam diri Putin jaminan bagi stabilitas dan patriotisme yang baru bangkit. Bayang-bayang gelapnya, haluan keras nasionalis, sikap memusuhi orang asing yang berkembang, anti semitisme, hanya mengusik sedikit orang.
Vladimir Putin menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, kondisi bagi investasi lebih baik, Rusia diminati sebagai mitra dagang dan terutama penyuplai energi. Pada gilirannya, pengiriman gas dan minyak menjadi sarana untuk menekan secara politik. Di bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur hanya tampak sedikit kemajuan. Korupsi yang meluas diperangi setengah hati. Jurang antara yang kaya dan miskin semakin lebar. Namun Putin mengatakan:
“Saya sangat yakin, Rusia kini mamasuki tahap perkembangan yang sama sekali baru. Ini adalah tahap pertumbuhan ekonomi yang stabil, dimana masalah-masalah sosial dipecahkan. Tugas terpenting adalah melenyapkan ketidakseimbangan antara mereka yang berpenghasilan tinggi, hidup dengan sangat nyaman di Rusia, dan mereka yang sangat miskin. Perbedaan penghasilan ini bisa, harus dan akan kita atasi.”
Putin kemudian membagi tanggung-jawab dengan Dimitri Medvedev yang diangkat sebagai perdana menteri. Orang semestinya tak menangis saat masa jabatannya habis, melainkan gembira jika bisa terus bekerja dengan fungsi lain, begitu kata Vladimir Vladimirovitsh Putin yang akan meninggalkan kursi kepresidenan Rusia Maret ini. (rp)