1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Putin Sangat Prihatin Atas Status Darurat Militer di Ukraina

27 November 2018

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan "keprihatinan serius" atas keputusan Ukraina yang memberlakukan darurat militer.  Pernyataan itu  disampaikan setelah konfrontasi di laut antara kedua negara.


101/5000
Der russische Präsident Wladimir Putin spricht vor dem Weltkongress der im Ausland lebenden Landsleute in Moskau
Foto: picture-alliance/dpa/M.Blinov

Presiden  Rusia, Vladimir Putin "menyatakan keprihatinan serius atas keputusan pemerintahan di Kiev untuk menempatkan pasukan bersenjatanya dalam posisi siaga dan untuk memperkenalkan darurat militer," kata pemeritahan di Kremlin dalam sebuah pernyataan.

Dalam percakapan telepon dengan Kanselir Jerman  Angela Merkel, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengatakan dia berharap pemimpin Jerman dapat campur tangan untuk mengendalikan situasi.

Dia juga mengatakan dia berharap "Berlin dapat mempengaruhi pihak berwenang Ukraina untuk mencegah mereka melakukan tindakan yang lebih sembrono," tambahnya.

Sebuah krisis baru terjadi pada hari Minggu (25/11) ketika pasukan Rusia naik ke atas kapal Ukrania dan menahannya. Pemerintah  Moskow menuduh kapal-kapal itu memasuki perairan Rusia secara ilegal di lepas pantai Krimea di Laut Azov.

Insiden berawal  ketika dua kapal artileri Ukraina, Berdyansk dan Nikopol dan kapal tunda Yana Kapa berlayar dari Pelabuhan Odessa di Laut Hitam menuju ke Mariupol di Laut Azov.

Ukraina menuduh Rusia mencoba menghalangi pelayaran tiga kapal itu. Ketiga kapal itu melanjutkan pelayaran ke arah Selat Kerch, namun dihadang kapal tanker. Beberapa awak kapal dilaporkan mengalami luka-luka.

Lonjakan ketegangan mendorong parlemen Ukrania memberikan suara pada hari Senin (26/11) untuk mendukung pemberlakukan darurat militer di daerah perbatasan selama 30 hari.

Status darurat militer memberikan otoritas bagi Ukraina untuk memobilisasi warga yang berpengalaman militer untuk bekerja di fasilitas pertahanan, mengatur media dan membatasi unjuk rasa.

Bentrokan yang terjadi di laut Azov itu merupakan kali pertama Rusia dan Ukraina terlibat dalam konflik terbuka dalam beberapa tahun terakhir, meski pasukan Ukraina memerangi kelompok separatis yang pro Rusia dan di wilayah timur sejak tahun  2014.

ap/yf/rtr/afp)