Putin Sangat Prihatin Atas Status Darurat Militer di Ukraina
27 November 2018
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan "keprihatinan serius" atas keputusan Ukraina yang memberlakukan darurat militer. Pernyataan itu disampaikan setelah konfrontasi di laut antara kedua negara.
Iklan
Presiden Rusia, Vladimir Putin "menyatakan keprihatinan serius atas keputusan pemerintahan di Kiev untuk menempatkan pasukan bersenjatanya dalam posisi siaga dan untuk memperkenalkan darurat militer," kata pemeritahan di Kremlin dalam sebuah pernyataan.
Dalam percakapan telepon dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengatakan dia berharap pemimpin Jerman dapat campur tangan untuk mengendalikan situasi.
Dia juga mengatakan dia berharap "Berlin dapat mempengaruhi pihak berwenang Ukraina untuk mencegah mereka melakukan tindakan yang lebih sembrono," tambahnya.
NATO Bersiap Perang Hadapi Rusia
Ketegangan di Ukraina ikut menyeret NATO. Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu pun bersiap menghadapi skenario terburuk, yakni perang dengan Rusia, dengan membentuk satuan cepat dan menggelar latihan militer di Polandia
Perang Gerilya Melawan Rusia
Skenario perang yang dipilih NATO tidak jauh dari konflik Ukraina. Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu mempersiapkan pasukannya untuk terlibat dalam perang geriliya, melawan pasukan pemberontak yang disokong jiran Rusia.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Unjuk Gigi di Polandia
Untuk itu NATO memilih Polandia, negara anggotanya yang berada paling dekat dengan Rusia. Di Zagan, NATO menurunkan helikopter tempur, kendaraan lapis baja dan pasukan elit dari berbagai negara. Salah satu yang dilibatkan adalah tank Leopard 2 teranyar milik militer Polandia.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Manuver Terbesar
Manuver di Zagan, Polandia, adalah latihan militer terbesar yang pernah digelar NATO. Untuk memindahkan 2100 serdadu dari sembilan negara beserta puluhan alat tempur dan amunisi, NATO membutuhkan 17 pesawat kargo, sembilan kereta barang dan sebuah konvoi berisikan 30 truk.
Foto: DW/B. Wesel
Speerspitze buat Eropa Timur
Buat menangkal ancaman Rusia, NATO membentuk satuan elit gabungan bernama "Speerspitze" alias ujung tombak, yang berisikan 5000 serdadu dengan berbagai alat tempur termutakhir. Pasukan gerak cepat ini khusus dilatih untuk melindungi negara-negara di timur Eropa dari tentara pemberontak sokongan Rusia.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Hujan Duit
Untuk membiayai satuan elit terbaru itu NATO telah mempersiapkan dana sekitar 20 Miliar Euro atau sekitar Rp. 300 trilyun hingga tahun 2025. Dana tersebut akan dipakai buat membeli tank tempur, pengangkut personel lapis baja, artileri, helikopter dan berbagai perlengkapan serdadu. Sebagai perbandingan, anggaran pertahanan TNI tahun ini tercatat sebesar 84,5 Triliyun Rupiah.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Tanpa Serdadu
NATO juga menyambut usulan Amerika Serikat untuk menempatkan lebih banyak alat tempur di Eropa Timur. Saat ini NATO tidak bisa menempatkan serdadu di perbatasan timur secara permanen. Penyebabnya adalah perjanjian damai dengan Rusia yang diratifikasi tahun 1997.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Menghalau Ancaman di Langit
Salah satu sistem alutista yang ingin ditempatkan NATO di perbatasan timur adalah MEADS, alias Medium Extended Air Defense System. Sistem pertahanan udara teranyar itu tidak cuma mampu menghalau rudal atau obyek terbang di berbagai ketinggian, tapi juga dapat berpindah tempat secara fleksibel.
7 foto1 | 7
Sebuah krisis baru terjadi pada hari Minggu (25/11) ketika pasukan Rusia naik ke atas kapal Ukrania dan menahannya. Pemerintah Moskow menuduh kapal-kapal itu memasuki perairan Rusia secara ilegal di lepas pantai Krimea di Laut Azov.
Insiden berawal ketika dua kapal artileri Ukraina, Berdyansk dan Nikopol dan kapal tunda Yana Kapa berlayar dari Pelabuhan Odessa di Laut Hitam menuju ke Mariupol di Laut Azov.
Ukraina menuduh Rusia mencoba menghalangi pelayaran tiga kapal itu. Ketiga kapal itu melanjutkan pelayaran ke arah Selat Kerch, namun dihadang kapal tanker. Beberapa awak kapal dilaporkan mengalami luka-luka.
Lonjakan ketegangan mendorong parlemen Ukrania memberikan suara pada hari Senin (26/11) untuk mendukung pemberlakukan darurat militer di daerah perbatasan selama 30 hari.
Status darurat militer memberikan otoritas bagi Ukraina untuk memobilisasi warga yang berpengalaman militer untuk bekerja di fasilitas pertahanan, mengatur media dan membatasi unjuk rasa.
Bentrokan yang terjadi di laut Azov itu merupakan kali pertama Rusia dan Ukraina terlibat dalam konflik terbuka dalam beberapa tahun terakhir, meski pasukan Ukraina memerangi kelompok separatis yang pro Rusia dan di wilayah timur sejak tahun 2014.
Fakta Mengapa Separatis Pro-Rusia Kuat
Pemerintah Ukraina keteteran melawan separatis pro-Rusia di timur negara itu. Selain terus didukung persenjataan berat modern juga banyak tentara Rusia yang menyamar jadi separatis.
Foto: Reuters/A. Ermochenko
Siapa Sebenarnya Separatis?
Jumlah separatis pro-Rusia di timur Ukraina dilaporkan sekitar 20.000 orang. Krimea dengan populasi 2 juta, sekitar 60 persennya pro-Rusia. Ditaksir 1.500 hingga 3.000 tentara reguler Rusia bertempur sebagai separatis. Moskow membantah keterlibatan serdadunya, tapi jika terbukti ada yang tewas atau tertangkap, disebut mereka sedang berlibur dan sukarela bertempur di timur Ukraina.
Foto: DW/A. Sawitzkiy
Dukungan Tank dan Panser Rusia
Tidak diketahui berapa banyak kendaraan lapis baja di Krimea dan yang dikirim diam-diam dari Rusia ke kawasan konflik itu. Alexander Chodakowski yang mengklaim dirinya sebagai perdana menteri Republik Donetsk mengaku punya sedikitnya 150 tank dan panser. Tapi makin sering terlihat konvoi kendaraan lapis baja tanpa tanda pengenal yang melintasi perbatasan Rusia menuju ke timur Ukraina.
Foto: Reuters/A. Bronic
Peluncur Peluru Kendali dan Artileri
Konvoi kendaraan peluncur peluru kendali dari Rusia ke timur Ukraina juga kerap terlihat. Militer Ukraina melaporkan berhasil menyita peluncur roket mobil tipe Grad-21 yang diduga milik militer Rusia dari tangan kaum separatis. Juga diduga keras jatuhnya pesawat terbang Malaysia Airlines MH17 akibat tembakan rudal tipe BUK buatan zaman Uni Soviet yang dilontarkan dari kawasan konflik.
Foto: AFP/Getty Images/A. Kronberg
Suplai Amunisi
Rusia terus menyuplai amunisi kepada kelompok separatis di timur Ukraina. Konvoi bantuan humaniter diduga kerap disalahgunakan untuk mengirim amunisi dan senapan mesin ringan kepada pemberontak. Bantuan senjata dan amunisi dari Rusia ini memicu pemerintah di Kiev minta bantuan suplai senjata modern dari barat yang sejauh ini belum dikabulkan.
Foto: Reuters
Dukungan Politik dari Moskow
Faktor kekuatan yang paling menentukan sebenarnya adalah dukungan politik dari penguasa Kremlin di Moskow. Presiden Rusia Vladimir Putin tetap mempertahankan politik di Krimea tanpa peduli sanksi ekonomi yang membuat ambruk ekonomi dan jatuhnya Rubel. Rusia bahkan menggelar latihan perang selama sebulan di kawasan perbatasan ke Krimea, yang dikritik sebagai provokasi.