1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikArab Saudi

Putra Mahkota Saudi MbS Kembali ke Panggung Internasional

23 Juni 2022

Mohammed bin Salman melakukan tur luar negeri untuk kembali ke panggung internasional. Sejak kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, inilah peluangnya kembali berfoto dengan para pemimpin negara.

Erdogan menyalami MbS dalam kunjungan ke Riyadh, 28 Aril 2022
Erdogan menyalami MbS dalam kunjungan ke Riyadh, 28 Aril 2022Foto: MURAT C. MUHURDAR/Turkish Presidency/AFP

Jadwal Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang dikenal dengan akronimnya MbS, saat ini penuh dengan pertemuan tingkat tinggi. Pria berusia 36 tahun itu bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi di Kairo dan dengan Raja Yordania Abdullah II di Amman. Hari Rabu (22/6) dia melakukan perjalanan ke Ankara untuk bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan bulan depan dia akan menerima kunjungan Presiden AS Joe Biden di Riyadh.

Dengan invasi Rusia ke Ukraina, kekayaan minyak Arab Saudi kini menjadi dagangan diplomasi yang diburu banyak negara. MbS resmi diangkat menjadi Putra Mahkota lima tahun lalu, pada 21 Juni 2017.

"Selama tahun-tahun pertamanya, Mohammed bin Salman sangat bergantung pada eskalasi dan provokasi, tetapi dia telah menyesuaikan strategi kebijakan luar negerinya dalam beberapa tahun terakhir," kata Sebastian Sons, pakar politik di Center for Applied Research in Partnership with the Orient, lembaga pemikir yang berbasis di Jerman, kepada DW.

Bertemu presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi (kiri), 20 Juni 2022Foto: Royal Court of Saudi Arabia/AA/picture alliance

Sempat terisolasi setelah kasus pembunuhan jurnalis

Setelah pembunuhan jurnalis dan kritikus Saudi Jamal Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018, persepsi internasional tentang MbS sempat mencapai titik terendahnya. Banyak negara menutup pintu baginya.

Secara khusus Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ketika itu berjanji menegakkan keadilan dalam kasus Khashoggi. "Erdogan bertanggung jawab atas memburuknya citra Mohammed bin Salman di dunia Islam dan Arab setelah pembunuhan Khashoggi," kata Cinzia Bianco, peneliti di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri.

Namun saat ini, Erdogan yang berusaha menjalin hubungan lagi dengan Arab Saudi. April lalu, Turki memindahkan persidangan terhadap 26 tersangka sehubungan dengan kasus pembunuhan Khashoggi dari Pengadilan Tinggi Kriminal Istanbul ke Riyadh. Akhir bulan itu, Erdogan melakukan perjalanan ke Arab Saudi dan bertemu dengan MbS.

"Turki telah menyetujui tuntutan Arab Saudi dan kita mungkin akan melihat penerimaan besar Mohammed bin Salman di Turki,” Cinzia Bianco.

Erdogan perlu cerita sukses

Menurut media Turki, Erdogan mengharapkan untuk menandatangani serangkaian perjanjian bilateral di berbagai bidang seperti investasi dan energi. Namun pendorong perubahan di Turki adalah dorongan politik, bukan hanya dorongan ekonomi.

Menyusul pembunuhan Jamal Khashoggi, hubungan bilateral antara Turki dan Arab Saudi sempat anjlok. Sedangkan saat ini, Turki sendiri sedsang menghadapi krisis ekonomi. Presiden Erdogan sangat membutuhkan cerita sukses, demi memenangkan pemilihan presiden mendatang.

Hubungan MbS dengan AS juga membaik. Meskipun Mohammed bin Salman akan Presiden Biden tidak akan saling berpelukan pada pertemuan mereka nanti, ada banyak hal yang diperlukan AS dari Arab Saudi.

MbS sendiri berusaha memenuhi harapan negara-negara Barat yang dulu sangat kritis karena pembunuhan Jamal Khashoggi. Awal Juni lalu, kelompok OPEC+ yang dipimpin Arab Saudi berjanji untuk meningkatkan produksi minyak pada Juli dan Agustus, ketika dunia sedang kekurangan minyak terkait perang di Ukraina. Itu sebabnya, Presiden Joe Biden cepat secara menyambut isyarat itu dengan mengumumkan rencana kunjungan ke Riyadh.

(hp/pkp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait