1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikInggris

London Larang Iklan, Qatar Tinjau Investasi di Inggris

28 November 2022

Otoritas transportasi London telah melarang iklan pariwisata Qatar karena perlakuan anti LGBTQ di negara Teluk tersebut. Qatar menuduh walikota kota London bersikap tidak bersahabat.

Panorama kota London
Panorama kota LondonFoto: Frank Fell/robertharding/picture alliance

Tuan rumah Piala Dunia FIFA Qatar mengatakan akan meninjau investasi "saat ini dan masa depan" di London setelah iklan pariwisata untuk negara Teluk tersebut dilarang karena perlakuan tuan rumah Piala Dunia terhadap homoseksualitas, media Inggris melaporkan Sabtu (26/11).

Iklan tersebut sedianya akan ditayangkan di London Underground, kereta bawah tanah kota yang juga dikenal sebagai "Tube", serta di bus selama turnamen sepak bola. Qatar adalah salah satu investor terbesar di ibukota Inggris.

Larangan oleh Transport for London (TfL), otoritas transportasi umum ibu kota Inggris, "telah ditafsirkan sebagai pesan dari kantor walikota bahwa bisnis Qatar tidak diterima di London," kata juru bicara Qatar sebagaimana dikutip Financial Times (FT).

Juru bicara itu mengatakan kepada FT bahwa Qatar sekarang sedang meninjau "investasi saat ini dan masa depan" di London.

Portal berita Sky News mengutip sumber yang mengetahui perkara tersebut bahwa keputusan itu adalah "contoh mencolok lain dari standar ganda dan sinyal untuk mencetak poin politik murahan" di sekitar Piala Dunia.

Sumber itu mengatakan, larangan itu adalah kejutan yang datang "pada saat investor lain menarik diri dari London karena ketidakstabilan ekonomi," merujuk pada krisis biaya hidup dan anjloknya nilai tukar mata uang Inggris baru-baru ini yang memaksa intervensi dari bank sentral Inggris.

Stadion International Khalifa di ar-Rayyan dekat Doha, QatarFoto: Tom Weller/dpa/picture alliance

Mengapa London melarang iklan dari Qatar?

Pada tahun 2019, Walikota London Sadiq Khan memerintahkan agar iklan yang mereferensikan negara-negara yang diidentifikasi memiliki hukuman mati untuk tindakan seksual sesama jenis dirujuk ke regulator transportasi untuk ditinjau apakah layak ditampilkan di kereta, bus, dan situs lain.

Qatar termasuk di antara 11 negara yang terdaftar memiliki kebijakan hukuman mati yang "efektif" atau "mungkin" untuk hubungan seksual antara pasangan sesama jenis, seperti juga Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Menurut Human Rights Watch, undang-undang Qatar melarang homoseksualitas termasuk dengan sanksi penjara atau hukuman mati untuk hubungan sesama jenis, dan banyak orang LGBTQ diperlakukan dengan buruk saat ditangkap.

Seorang juru bicara TfL mengatakan, setiap kampanye iklan yang terkait dengan negara-negara dengan undang-undang homofobia akan "terus ditinjau berdasarkan kasus per kasus."

"Iklan yang mempromosikan perjalanan ke Qatar, pariwisata di Qatar, atau menggambarkan Qatar sebagai tujuan yang diinginkan tidak dianggap bisa diterima saat ini," kata TfL, termasuk iklan yang mendorong kunjungan untuk Piala Dunia.

Iklan lain yang mempromosikan menonton turnamen di TV atau layanan streaming kemungkinan akan diterima, kata otoritas transportasi.

TfL menghubungi Q22, badan pengawas Piala Dunia, dan otoritas pariwisata Qatar minggu ini untuk memberi tahu mereka tentang larangan tersebut.

Kapten timnas Inggris, Harry KaneFoto: Javier Garcia/Shutterstock/IMAGO

Investasi Qatar di London

Otoritas Investasi Qatar memiliki dana negara senilai 445 miliar dollar AS, dana tersebut antara lain digunakan untuk membeli beberapa bangunan terkenal dan bisnis Inggris, termasuk toko mewah Harrods, gedung pencakar langit Shard, dan Canary Wharf.

Negara Teluk itu juga memiliki hotel Savoy dan Grosvenor House, 20% saham di Bandara Heathrow dan 14% saham di Sainsbury's, grup supermarket terbesar kedua di Inggris.

Qatar telah menerima kritik tajam dari kelompok hak asasi manusia atas situasi pekerja migran yang membangun stadion baru untuk turnamen Piala Dunia FIFA. Ribuan orang diberitakan tewas selama hampir 12 tahun pembangunan dan persiapan turnamen.

Kapten dari beberapa tim nasional telah merencanakan untuk memakai ban lengan pelangi untuk mendukung hak LGBTQ, tetapi membatalkannya setelah FIFA mengancam akan mengeluarkan kartu kuning dan kemungkinan larangan pertandingan untuk pemain.

bh/hp  (AFP, Reuters)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait