Rudrigo Duterte yang kontrovesial unggul dalam penghitungan cepat hasil pemilu di Filipina. Hasil quick count menunjukkan perolehan suara “Donal Trump”-nya Filipina ini jauh di depan para kandidat lainnya.
Iklan
Duterte kandidat presiden dari Partai Kekuatan Demokratik Rakyat Filipina (PDP-Laban) melaju meninggalkan para pesaingnya. Ia tercatat mendapatkan suara terbanyak dalam hasil penghitungan cepat. dengan mengantungi lebih dari 6,2 juta suara. Di urutan kedua, Grace Poe dari calon independen dengan meraup 3,6 juta suara, disusul Mar Roxas dari partai Liberal di urutan ketiga.
Jutaan warga Filipina mengantri di bawah terik Matahari Senin (09705), untuk memilih presiden baru. Duterte, walikota Davao yang dikenal dengan lelucon seksisnya, berjanji dalam kampanye untuk menghabisi penjahat, memberantas narkoba dan mengakhiri gurita korupsi dalam waktu enam bulan.
Lelah terlilit kemiskinan, kejahatan, korupsi dan pemberontakan para pemilih menginginkan perubahan radikal dalam pemerintahan di Filipina. Kepada Rodrigo Duterte —yang berusia 71 tahun itu--mereka menaruh harap. Dalam hasil-hasil jajak pendapat pemilu, namanya selalu memimpin.
Janji kampanyenya: membunuh kriminal
Duterte membumbui pidato kampanyenya dengan membanggakan kejantanan pria dan lelucon tidak lucu tentang perkosaan. Duterte memanfaatkan ketidakpuasan rakyat, dan para pemilih tampak mengabaikan kekasaran kalimat demi kalimatnya yang disampaikannya tanpa ragu. Seperti misalnya: "Kepada kamu semua yang memperdagangkan narkoba, dasar kamu anak pelacur, saya akan benar-benar membunuhmu,” demikian celotehannya dalam kampanye hari Sabtu (07/05) yang kemudian disambut gemuruh sorak sorai kerumunan massa di Manila.
"Saya tidak sabaran, saya tidak setengah-setengah, kalau tidak Anda membunuh saya atau saya akan membunuh Anda ..hei idiot… "ujarnya. Dengan gayanya seperti itu ia dijuluki “Duterte Harry", mengacu pada peran Clint Eastwood dalam karakter film "Dirty Harry."
Pemungutan suara dimulai pukul 6 pagi dan berakhir pada pukul 17:00, dengan perpanjangan waktu sekitar setengah jam di beberapa wilayah yang terlambat membuka pemungutan suara akibat gangguan teknis atau masalah lain.
Duterte belum-belum sudah mengancam akan membubarkan parlemen dan membentuk pemerintahan revolusioner jika legislator menghalangi pemerintahannya.
Selain memilih presdien dan wakilnya, pemilu di Filipina juga memilih 300 anggota dewan nasional dan 18 ribu pejabat daerah. Setidaknya 15 orang tewas dalam kekerasan terkait pemilu. Sementara lebih dari 4.000 ditangkap karena melanggar aturan senjata.
Peringkat Korupsi Negara Anggota ASEAN
Indonesia bukan yang terkorup di Asia Tenggara. Tapi pemerintah di Jakarta tertinggal jauh dibandingkan negeri jiran dalam urusan memberantas praktik korupsi di tingkat pejabat tinggi.
Foto: Reuters
Singapura - Peringkat 7 dari 175 Negara
Negeri singa laut ini sejak lama dikenal minim korupsi. Dari tahun ke tahun Singapura nyaris tak pernah absen dari daftar 10 besar negara terbersih di dunia. Namun begitu beberapa sektor tetap dianggap rawan korupsi, antara lain media, industri dan partai politik.
Foto: AFP/Getty Images
Malaysia - 50 dari 175
Praktik korupsi di Malaysia didorong oleh sistem pemerintahan. Sumbangan buat partai politik misalnya, baik dari perusahaan maupun individu, tidak dibatasi dan partai tidak diwajibkan melaporkan neraca keuangannya secara terbuka. Kendati bergitu sejak 2013 Malaysia naik tiga peringkat dalam Indeks Persepsi Korupsi milik Transparency International.
Foto: Reuters/O. Harris
Thailand - 85 dari 175
Pertalian erat antara politik dan bisnis dinilai menjadi sumber terbesar praktik korupsi di Thailand. Tidak jarang posisi puncak di kementrian diambilalih oleh pengusaha yang bergerak di bidang yang sama. Thailand juga termasuk negara yang paling sedikit menjebloskan koruptor ke penjara.
Foto: Nicolas Asfouri/AFP/Getty Images
Filipina - 85 dari 175
Pemerintah negeri kepulauan di tepi laut Cina Selatan ini telah berbuat banyak buat mencegah praktik korupsi. Hasilnya posisi Filipina melejit dari peringkat 94 tahun 2013 lalu ke posisi 85 di tahun 2014. Pencapaian tersebut tergolong apik, mengingat tahun 2011 Filipina masih bercokol di peringkat 129 dari 175 negara.
Foto: picture-alliance/dpa
Indonesia - 107 dari 175
Indonesia berada di peringkat 114 tahun 2013 silam. Dibandingkan negeri jiran yang lain seperti Filipina, pemerintah di Jakarta masih tergolong lambat memberantas praktik korupsi di tingkat pejabat tinggi negara. Sejak awal berdirinya 2004 silam, Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) tercatat cuma mampu menangani sekitar 660 kasus dugaan korupsi, yang membuahkan 322 tuntutan di pengadilan.
Foto: R. Isabell Duerr
Vietnam - 119 dari 175
Negara komunis Vietnam adalah satu dari sedikit negara ASEAN yang tertinggal di bidang penanganan korupsi. Uniknya sebagian besar kasus dugaan korupsi di Vietnam terjadi di sektor swasta. Baru-baru ini empat pejabat perusahaan kereta api negara dipecat lantaran terlibat dalam kasus suap senilai 758.000 US Dollar. Maraknya korupsi menjadi alasan rendahnya keterlibatan investor asing di Vietnam.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Laos - 145 dari 175
Laos tidak cuma tertinggal, malah merosot dari peringkat 140 di tahun 2013 ke posisi 145 tahun lalu. Pemerintah Laos berupaya menghadang gelombang korupsi dengan mendirikan lembaga anti rasuah 2011 silam. Namun hingga kini belum tercatat adanya kasus korupsi besar yang masuk ke pengadilan.
Foto: Global Witness
Kamboja - 156 dari 175
Sejak 2010 pemerintah Kamboja memiliki Undang-undang Anti Korupsi. Tapi perangkat hukum tersebut dinilai tidak melindungi individu yang melaporkan kasus korupsi. Pelapor bisa dihukum penjara jika tudingannya tidak terbukti. Selain itu Kamboja juga mencatat jenis korupsi paling barbarik, yakni menyuap aparat negara untuk melakukan penculikan dalam bisnis perdagangan manusia.
Foto: Reuters
Myanmar - 156 dari 175
Negara yang dikenal dengan nama Burma ini memperbaiki posisi satu peringkat dari 157 ke 156 dalam Indeks Persepsi Korupsi 2014. Berada di bawah kekuasaan militer yang korup selama berpuluh tahun, Myanmar yang kini berada di bawah pemerintahan sipil masih kesulitan menanggulangi maraknya korupsi. Sebanyak 60% perusahaan, baik lokal maupun internasional, mengaku harus menyuap buat mendapatkan izin.
Foto: Reuters
9 foto1 | 9
Sekitar 55 juta orang Filipina terdaftar untuk memilih di 36.000 bilik pemungutan suara di negara kepulauan itu, termasuk di sebuah desa nelayan kecil di Filipina yang direbutkan dalam sengketa Laut Cina Selatan.
Presiden Benigno Aquino III. menyebut Duterte sebagai ancaman bagi demokrasi dan menyamakannya dengan pemimpin Nazi, Adolf Hitler. Dalam kampanye final Sabtu lalu, Aquino memperingatkan para pemilih bahwa Duterte bisa menjadi diktator dan mendesak massa untuk tidak mendukungnya.
Tak punya platform ekonomi yang kuat
Analis pasar keuangan memprediksi kemenangan Duterte akan melemahkan mata uang peso Filipina karena ketidakpastian platform ekonominya.
Duterte terkenal dengan pendekatan tangan besi dalam memerangi kejahatan di Davao, di mana ia menjabat sebagai walikota selama 22 tahun. Kelompok hak asasi manusia menuduh dia melakukan pembunuhan tanpa pengadilan untuk para penjahat.
Lebih dari seperempat populasi di Filipina kini terperosok dalam jurang kemiskinan, ketidaksetaraan merajalela dan membutuhkan solusi segera untuk mengatasi pemberontakan ekstrimis Muslim di selatan. Pembayaran utang tahunan dan keterbatasan dana menghalangi perbaikan infrastruktur dan layanan publik, termasuk penegakan hukum. Kondisi ini telah sering memicu keluhan rakyat.
Di Filipina, "kekuatan rakyat" dalam pemberontakan 1986 sukses menggulingkan diktator Ferdinand Marcos, yang menghadapi tuduhan menjarah kekayaan negara dan mengabaikan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. Pada tahun 2001, pembangkangan umum yang serupa juga memaksa presiden Joseph Estrada mundur, atas dugaan korupsi skala besar.
ap/as (ap/afp/rtr/dpa)
Koruptor Paling Tamak Dalam Sejarah
Hampir tidak ada diktatur di dunia yang tidak menilap uang negara. Tapi ketika sebagian puas dengan vila atau jet pribadi, yang lain rakus tanpa henti. Berikut daftar koruptor yang paling getol mengumpulkan uang haram
Foto: AP
#1. Soeharto, Indonesia
Selama 32 tahun berkuasa di Indonesia, Suharto dan keluarganya diyakini menilap uang negara antara 15 hingga 35 miliar US Dollar atau sekitar 463 trilyun Rupiah. Jendral bintang lima ini lihai menyembunyikan kekayaannya lewat berbagai yayasan atau rekening rahasia di luar negeri. Hingga kini kekayaan Suharto masih tersimpan rapih oleh keluarga Cendana
Foto: picture alliance/CPA Media
#2. Ferdinand Marcos, Filipina
Ferdinand Marcos banyak menilap uang negara selama 21 tahun kekuasaanya di Filipina. Menurut Transparency International, ia mengantongi setidaknya 10 milyar US Dollar. Terutama isterinya, Imelda, banyak menikmati uang haram tersebut dengan mengoleksi lebih dari 3000 pasang sepatu. Imelda kini kembali aktif berpolitik dan ditaksir memiliki kekayaan sebesar 22 juta USD
Foto: picture-alliance/Everett Collection
#3. Mobutu Sese Seko, Zaire
Serupa Suharto, Mobutu Sese Seko berkuasa di Zaire selama 32 tahun. Sang raja lihai memainkan isu invasi negara komunis Angola untuk mengamankan dukungan barat. Ketika lengser, Mobutu Sese Seko menilap hampir separuh dana bantuan IMF sebesar 12 milyar US Dollar untuk Zaire dan meninggalkan negaranya dalam jerat utang.
Foto: AP
#4. Sani Abacha, Nigeria
Cuma butuh waktu lima tahun buat Sani Abacha untuk mengosongkan kas Nigeria. Antara 1993 hingga kematiannya tahun 1998, sang presiden meraup duit haram sebesar 5 milyar US Dollar atau sekitar 66 trilyun Rupiah. Sesaat setelah meninggal, isterinya lari ke luar negeri dengan membawa 38 koper berisi uang. Polisi kemudian menemukan perhiasan senilai jutaan dollar ketika menggeledah kediaman pribadinya
Foto: I. Sanogo/AFP/Getty Images
#5. Slobodan Milosevic, Serbia
Slobodan Milosevic yang berkuasa di Serbia antara 1989-1997 dan kemudian Yugoslavia hingga 2000 tidak cuma dikenal berkat serangkaian pelanggaran HAM berat yang didakwakan kepadanya, melainkan juga kasus korupsi. Selama berkuasa Milosevic diyakini menilap uang negara sebesar 1 milyar US Dollar atau sekitar 13 trilyun Rupiah.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
#6. Jean-Claude Duvalier, Haiti
Selama 15 tahun kekuasaannya di Haiti, Jean-Claude Duvalier tidak cuma bertindak brutal terhadap oposisi, tetapi juga rajin mengalihkan uang negara ke rekening pribadinya di Swiss. Saat kembali dari pengasingan 2011 silam, Duvalier didakwa korupsi senilai 800 juta US Dollar.
Foto: picture-alliance/AP/Dieu Nalio Chery
#7. Alberto Fujimori, Peru
Alberto Fujimori berkuasa selama 10 tahun di Peru. Buat pendukungya, dia menyelamatkan Peru dari terorisme kelompok kiri dan kehancuran ekonomi. Tapi Fujimori punya sederet catatan gelap, antara lain menerima uang suap dan berbagai tindak korupsi lain. Menurut Transparency International ia mengantongi uang haram sebesar 600 juta US Dollar atau sekitar 8 trilyun Rupiah.