Rachmawati berhasil membuat nama besar Bung Karno jadi bahan tertawaan. Dengan bersikeras membela diktator Korut Kim Jong Un dari segala kritik tentang Soekarno Award. Kolom Hendra Pasuhuk.
Iklan
Sulit dipercaya, tapi nyata. Itulah realita di panggung jagad kecil politik Indonesia di hari-hari belakangan. Rachmawati Soekarno mengumumkan akan memberikan penghargaan Soekarno Award kepada Kim Jong Un, karena menilai diktator Korea Utara itu adalah tokoh yang konsisten dan gigih menentang neo liberalisme dan imperialisme.
Sengaja atau tidak, Rachmawati Soekarno berhasil membuat nama Sukarno, atau yang lebih dikenal rakyatnya dengan panggilan Bung Karno, jadi bahan tertawaan. Dia bersikeras membela keputusannya memberikan Soekarno Award kepada Kim Jong Un, juniornya di Korea Utara.
Kim Jong Un adalah diktator yang kejam dan sadis. Yang bermain-main mendemonstrasikan kekuatan nuklirnya, sementara ribuan rakyatnya mati kelaparan dan jutaan lainnya tergantung pada bantuan pangan luar negeri dan PBB. Yang mengeksekusi pamannya tanpa proses pengadilan, karena si paman dianggap membahayakan kekuasaannya.
Berita unik dari Indonesia ini kontan saja menyebar ke media-media di luar negeri. Tidak tanggung-tanggung, The Independent di Inggris dan Der Spiegel di Jerman menyambut dan meneruskan berita lucu ini di situs onlinenya, dengan harapan banyak pembaca yang tertawa-tawa dan meng-klik "berita sensasional" itu.
Di media sosial, Rachmawati jadi tertawaan. Tapi yang menyedihkan adalah, bukan hanya dia yang sekarang ditertawakan, melainkan Soekarno Award, atau lebih tepatnya, nama Soekarno.
Ketika Indonesia seperti sedang kehilangan orientasi, tanpa sosok pemimpin yang bisa menjadi panutan dan memberikan panduan semangat pada rakyat, hanya tinggal beberapa sosok sejarah saja, yang masih masih mampu menggetarkan hati orang, ketika mendengar namanya disebut. Salah satunya: Bung Karno.
Atasi Kelaparan di Korea Utara
Welthungerhilfe adalah organisasi kemanusiaan Jerman satu-satunya yang aktif di Korea Utara. Sejak 1997 organisasi ini melaksanakan sekitar 70 proyek, walaupun ada ketegangan politis.
Foto: Gerhard Uhrmacher
Aktif sejak 20 Tahun
Ketika Welthungerhilfe mulai aktif 1997 di Korea Utara, tujuannya hanya memberi bantuan darurat, juga membagi bahan pangan, pakaian dan pemanas ruangan. Dari tujuan itu berkembang kerja sama pembangunan. Sejak itu, sekitar 70 proyek dilaksanakan organisasi tersebut, kebanyakan di bidang pertanian. Misalnya pembuatan pupuk organik (foto).
Foto: Gerhard Uhrmacher
Keadaan Sulit
"Hanya 20% wilayah Korea Utara bisa digunakan untuk pertanian," kata Gerhard Uhrmacher. Sebagian besar kawasan negara itu terdiri dari pegunungan. "Jika lahan sisanya tidak digunakan optimal untuk agraria, keadaan tambah sulit." Panen tahunan tidak cukup untuk memberi makan sekitar 25 juta warga Korea Utara.
Foto: Gerhard Uhrmacher
Rumah Kaca di Pyongyang
Welthungerhilfe selama ini aktif di lima provinsi Korea Utara. Pembangunan kompleks rumah kaca untuk bercocok tanam adalah salah satu proyek besar di pinggir kota, misalnya di dekat ibukota Pyongyang (foto). Proyek ini bertujuan memperbaiki pasokan sayuran.
Foto: Gerhard Uhrmacher
Perbaikan Pendapatan
Bagi rakyat Korea Utara, setiap hari yang paling penting adalah memberi makan keluarga, dan meningkatkan pendapatannya yang sedikit, kata Gerhard Uhrmacher dari Welthungerhilfe. Produksi bakmi juga bertujuan membantu mereka.
Foto: Gerhard Uhrmacher
Sayuran di Musim Dingin
Sekitar 700 rumah pembiakan tanaman sudah didirikan Welthungerhilfe dalam berbagai ukuran dan tujuan. Mulai dari ukuran kecil yang digunakan dua rumah, sampai yang berukuran 400 meter persegi, untuk menanam sayur bagi instansi sosial seperti taman kanak-kanak atau rumah sakit. Di sana, bahkan di musim dingin juga bisa ditanam tomat, ketimun dan terong.
Foto: Gerhard Uhrmacher
Pohon Apel Yang Berkembang
Sebenarnya, iklim Korea Utara baik untuk menanam pohon buah. Hingga akhir tahun 1980-an, negara itu bahkan mengekspor buah, tetapi fokus kemudian diarahkan pada penanaman gandum. Sekarang banyak pohon buah sudah tua dan tidak menghasilkan banyak buah lagi. Welthungerhilfe sekarang mendirikan pengembangbiakan pohon buah.
Foto: Gerhard Uhrmacher
Sari Apel bagi Korea Utara
Segala sesuatunya digunakan sebaik mungkin. Sebagai produk sampingan panen apel, dibuat sari apel. Demikian halnya dengan snack buah kering dan selai buah. Tujuannya: menjadikan pertanian buah sebagai pilar pendukung pertanian Korea Utara. Selain itu, buah hasil pertanian sendiri akan menggantikan buah-buahan import.
Foto: Gerhard Uhrmacher
Belajar dari Eropa
Untuk memberikan pengetahuan bagi warga Korea Utara, untuk bisa mengambil alih pertanian buah, diadakan pendidikan dan pelatihan. Itu tidak hanya di Korea Utara saja. Dengan dukungan Swiss, para pekerja Korea Utara bisa ikut pelatihan di negara Eropa itu.
Foto: Gerhard Uhrmacher
8 foto1 | 8
Presiden Joko Widodo sendiri sering mengutip kata-kata Bung Karno, untuk membangkitkan semangat bangsanya. Betapa ironis, ketika nama itu kemudian dipermainkan, dijadikan bahan lelucon di luar negeri, karena ulah putrinya sendiri.
Tidak adakah orang yang bisa menasehati Rachmawati? Tidak para sahabatnya? Tidak kaum keluarganya? Kalau demikian halnya, betapa menyedihkan nasib trah Soekarno, 70 tahun setelah dia mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia.
Bung Karno pernah dibuang, diasingkan, dipenjara, dikhianati, disingkirkan dari kursi kekuasaan, diperlakukan tidak selayaknya sebagai mantan presiden. Ketika mengalami semua itu, Bung Karno tak pernah mengeluh. Semangatnya tak pernah reda. Namun seandainya dia tahu, apa yang sedang dilakukan salah satu putrinya saat ini, saya cukup yakin dia akan tertunduk dan menangis.