1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berada di Antariksa Perpanjang Umur?

3 Februari 2017

Astronot yang berada cukup lama di antariksa tanpa bobot, menunjukan indikasi bisa berumur lebih panjang. Riset NASA menegaskan adanya pengaruhi pada kode genetika.

Operation ESA/DLR Zero Gravity
Foto: DW/J. Ospina-Valencia/DLR

Apakah rahasia umur panjang ada di antariksa?  Paling tidak riset awal yang dilakukan NASA terhadap astronot yang punya kembaran identik menunjukkan indikasi ke arah itu. Berada cukup lama di ruang angkasa tanpa bobot terbukti mempengaruhi kode genetika.

Riset NASA dilakukan pada astronot Scott Kelly yang selama 340 hari dari tahun 2015 hingga 2016 berada di stasiun ruang angkasa internasional ISS. Sebagai responden pembanding adalah kembarannya Mark Kelly yang ada di Bumi selama misi berlangsung. Keduanya adalah saudara kembar dengan jalur karir yang nyaris serupa di lembaga nasional ruang angkasa AS itu.

Sesaat setelah Scott Kelly mendarat kembali ke Bumi, para peneliti di NASA menemukan bahwa telomer pada kromosomnya jadi lebih panjang dibanding telomer pada kromosom kembarannya Mark Kelly. Para ahli biologi dalam berbagai hasil riset mengkaitkan telomer, yakni selubung pelindung pada ujung kromosom, dengan umur makhluk hidup. Telomer memainkan peranan penting bagi pembelahan sel. Telomer akan memendek setiap kali sel membelah diri. 

Perubahan di tingkat gen

Para peneliti NASA juga mengamati, adanya perubahan lain di tingkat genetika pada astronot Scott Kelly. Misalnya metilasi DNA yakni sejenis penanda kimia yang bisa mempengaruhi ekspresi gen mengalami penurunan pada tubuh astronot itu. Sebaliknya dalam tubuh Mark Kelly yang tetap berada di Bumi justru bertambah.

"Perubahan pada sidik jari ekspresi genetika memiliki kaitan dengan perubahan lingkungan. Baik itu situasi tanpa bobot, diet makanan dan pola tidur", demikian pakar genetika dari Weill Cornell Medicine di New York, Christopher Mason yang melaporkan hasil riset dalam konferensi para ilmuwan NASA.

Namun Mason juga mengakui, penelitian ini belum dilakukan secara komprehensif terhadap semua astronot yang lama berada di antariksa tanpa bobot. Juga riset terhadap kembar Kelly menjadi tema menarik, karena ada pembanding dari kembarannya yang memiliki 90 persen kode genetika identik. Jadi sejauh ini riset baru dilakukan dengan jumlah responden tak terlalu besar.

NASA sejak bertahun-tahun meneliti efek tanpa bobot atau "Zero Gravity" terhadap tubuh manusia. Target dari penelitian itu adalah misi ambisius perjalanan panjang di ruang angkasa, seperti penerbangan ke planet Mars. Dengan mengetahui efeknya pada tubuh astronot, mereka bisa dibekali obat-obatan yang disesuaikan genetika masing-masing.

as/vlz (nature,die welt,cbc,n24)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya