Astronot yang berada cukup lama di antariksa tanpa bobot, menunjukan indikasi bisa berumur lebih panjang. Riset NASA menegaskan adanya pengaruhi pada kode genetika.
Iklan
Apakah rahasia umur panjang ada di antariksa? Paling tidak riset awal yang dilakukan NASA terhadap astronot yang punya kembaran identik menunjukkan indikasi ke arah itu. Berada cukup lama di ruang angkasa tanpa bobot terbukti mempengaruhi kode genetika.
Riset NASA dilakukan pada astronot Scott Kelly yang selama 340 hari dari tahun 2015 hingga 2016 berada di stasiun ruang angkasa internasional ISS. Sebagai responden pembanding adalah kembarannya Mark Kelly yang ada di Bumi selama misi berlangsung. Keduanya adalah saudara kembar dengan jalur karir yang nyaris serupa di lembaga nasional ruang angkasa AS itu.
Sesaat setelah Scott Kelly mendarat kembali ke Bumi, para peneliti di NASA menemukan bahwa telomer pada kromosomnya jadi lebih panjang dibanding telomer pada kromosom kembarannya Mark Kelly. Para ahli biologi dalam berbagai hasil riset mengkaitkan telomer, yakni selubung pelindung pada ujung kromosom, dengan umur makhluk hidup. Telomer memainkan peranan penting bagi pembelahan sel. Telomer akan memendek setiap kali sel membelah diri.
Perubahan di tingkat gen
Para peneliti NASA juga mengamati, adanya perubahan lain di tingkat genetika pada astronot Scott Kelly. Misalnya metilasi DNA yakni sejenis penanda kimia yang bisa mempengaruhi ekspresi gen mengalami penurunan pada tubuh astronot itu. Sebaliknya dalam tubuh Mark Kelly yang tetap berada di Bumi justru bertambah.
Peristiwa Antariksa Paling Spektakuler di 2017
Meski tidak semeriah tahun lalu, langit Indonesia tetap akan dihiasi beragam fenomena antariksa selama tahun 2017. Inilah daftar peristiwa langit yang tidak boleh Anda lewatkan.
Foto: picture-alliance/dpa
Komet 45P/HMP, 11 Februari
Setelah mengitari Matahari Desember silam, Komet bernama lengkap 45P/Honda-Mrkos-Pajdusakova itu akan melakukan perjalanan panjang kembali ke bagian terluar sistem tata surya. Pada 11 Februari 45P/HMP akan melewati Bumi dalam jarak terdekat, yakni 12 juta kilometer. Komet ini tergolong kecil dengan diameter sekitar 1,6 kilometer.
Foto: Alan Dyer/amazingsky.com/dpa
Gerhana Bulan Penumbra, 11 Februari
Pada malam yang sama penduduk di Sumatera, Jawa dan Kalimantan juga bisa menyimak gerhana bulan penumbra. Fenomena ini terjadi ketika Bulan tertutup bayangan terluar Bumi. Namun sifatnya yang hampir tak kasat mata, membuat fenomena ini hanya bisa diamati lewat lensa teropong.
Foto: picture-alliance/Landov/B. Lyons
Oposisi Jupiter, 8 April
Pada awal April Jupiter akan berada dalam jarak terdekat dengan Bumi dan tampil dalam pendar cahaya paling cemerlang sepanjang malam. Di Indonesia penampakan Jupiter akan muncul pada pukul 18:22 WIB dan mencapai titik kulminasi sesaat sebelum tengah malam. Komposisi awan Jupiter juga bisa diamati dengan teleskop berukuran sedang.
Foto: NASA/ESA/E. Karkoschka/Handout via Reuters
Oposisi Saturnus, 15 Juni
Serupa Jupiter, pada pertengahan Juni planet Saturnus akan berada dalam jarak terdekat dari Bumi dan sepenuhnya bersimbah cahaya Matahari. Penampakan planet bercincin ini bisa disimak dengan mata telanjang dan terlihat sepanjang malam. Namun untuk melihat cincin dan bulan Saturnus diperlukan sebuah teleksop berukuran sedang.
Foto: AFP/Getty Images
Gerhana Bulan Parsial, 7/8 Agustus
Gerhana Bulan Parsial terjadi ketika sebagian satelit Bumi tersebut melintasi bayangan paling gelap Bumi atau Umbra. Di Indonesia fenomena ini bisa disimak pada 7 Agustus sejak pukul 22:50 WIB dan berakhir dua jam kemudian 8 Agustus dinihari. Selama gerhana, bayangan Bumi akan menutupi separuh wajah bulan.
Foto: Reuters
Konjungsi Venus dan Jupiter, 13 November
Konjungsi planet kali ini menghadirkan fenomena spektakuler di mana planet Venus dan Jupiter akan tampil bersamaan. Jarak keduanya jika dilihat dari Bumi sangat dekat, yakni hanya terpisah jarak 0.3 derajat. Kedudukan segaris atau konjungsi Venus dan Jupiter bisa dilihat di langit timur sesaat sebelum Matahari terbit.
Foto: imago/StockTrek Images/L. Argerich
Hujan Meteor Geminid, 13/14 Desember
Geminid sering disebut sebagai rajanya hujan meteor lantaran mampu memproduksi hingga 120 meteor per jam. Batuan antariksa itu berasal dari debu asteroid 3200 Phaethon yang ditemukan tahun 1982 silam. Hujan Geminid mencapai puncaknya pada tanggal 13/14 Desember dan bisa diamati di Indonesia di rasi bintang Gemini.
Foto: picture-alliance/dpa
7 foto1 | 7
"Perubahan pada sidik jari ekspresi genetika memiliki kaitan dengan perubahan lingkungan. Baik itu situasi tanpa bobot, diet makanan dan pola tidur", demikian pakar genetika dari Weill Cornell Medicine di New York, Christopher Mason yang melaporkan hasil riset dalam konferensi para ilmuwan NASA.
Namun Mason juga mengakui, penelitian ini belum dilakukan secara komprehensif terhadap semua astronot yang lama berada di antariksa tanpa bobot. Juga riset terhadap kembar Kelly menjadi tema menarik, karena ada pembanding dari kembarannya yang memiliki 90 persen kode genetika identik. Jadi sejauh ini riset baru dilakukan dengan jumlah responden tak terlalu besar.
NASA sejak bertahun-tahun meneliti efek tanpa bobot atau "Zero Gravity" terhadap tubuh manusia. Target dari penelitian itu adalah misi ambisius perjalanan panjang di ruang angkasa, seperti penerbangan ke planet Mars. Dengan mengetahui efeknya pada tubuh astronot, mereka bisa dibekali obat-obatan yang disesuaikan genetika masing-masing.
Jalur Sutra Menuju Luar Angkasa
Cina tidak lama lagi bisa mewujudkan impian membangun stasiun luar angkasa sendiri setelah meluncurkan laboratorium langit, Tiangong-2.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/J. Zhenhua
Dua Langkah Naga
Bertepatan dengan Festival Musim Gugur, Cina meluncurkan laboratorium antariksa Tiangong-2. Modul sepanjang sembilan meter dengan bobot 13 ton itu juga dilengkapi dengan ruang hidup buat astronot. Dengan misi Tiangong-2 Badan Antariksa Cina ingin menguji sejumlah sistem penting, seperti penopang kehidupan dan pasokan energi berupa panel surya.
Foto: picture alliance/dpa/A. Xin
Istana Langit
Adalah roket teranyar dari tipe Chang Zheng 2 yang membawa Tiangong alias "istana langit" ke luar angkasa. Diluncurkan dari stasiun antariksa di gurun Gobi, roket tersebut sudah 12 kali terbang dalam misi antariksa. Terakhir roket berbobot 500.000 ton ini membawa tiga astronot Cina ke luar angkasa tiga tahun silam.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Y. Zhiyuan
Jalur Sutra ke Angkasa
Badan Antariksa Cina (CNSA) juga sudah merencanakan misi berawak Oktober mendatang. Shenzhou 11 bakal membawa dua astronot untuk bekerja di laboratorium antariksa selama 30 hari. Pada April 2017 wahana angkut Tianzhou 1 akan diluncurkan dengan membawa logistik, bahan bakar dan keperluan lain untuk laboratorium antariksa.
Foto: Reuters
Evolusi Teknologi
Peluncuran Tiangong 2 memiliki nilai simbolik yang besar, kata Wu Ping dari badan antariksa Cina. Ia mengklaim CNSA sudah menyiapkan istana langit kedua yang lebih panjang dan mampu bertahan lebih lama di luar angkasa ketimbang pendahulunya.
Laboratorium antariksa Tiangong-2 tidak lain adalah pondasi untuk membangun stasiun luar angkasa milik Cina yang direncanakan akan rampung tahun 2022. Jika Stasiun luar angkasa internasional (ISS) dibesituakan tahun 2024, maka Cina akan menjadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki stasiun di luar Bumi.
Foto: Reuters/NASA
Rover "Made in China"
Sejak beberapa bulan terakhir Cina berulangkali mempublikasikan gambar wahana nirawak yang bakal menjelajah Mars tahun 2020. Rover berroda enam ini direncanakan menjalani misi tiga bulan untuk mencari jejak air dan mempelajari komposisi tanah di permukaan Mars.
Foto: SASTIND
Batu Loncatan
Laboratorium antarikisa pertama Cina diluncurkan September 2011 silam. Tapi berbeda dengan laboratorium generasi kedua yang baru diluncurkan, Tiangong-1 tidak berumur panjang. Misinya berakhir Maret silam dan direncanakan akan hancur saat masuk atmosfer Bumi tahun 2017.
Foto: picture-alliance/dpa
Labuhan Ruang Hampa
Tiga pesawat antariksa pernah melabuh di Tiangong 1. Tahun 2011 misi nirawak Shenzhou 8 berhasil merapat dua kali dalam jarak 11 hari pada laboratorium antariksa tersebut. Terakhir tiga astronot bekerja selama 12 hari di Tiangong 1 tahun 2013 silam.