Raja Salman Akan Tandatangani 10 Perjanjian di Indonesia
28 Februari 2017
Indonesia dan Arab Saudi antara lain akan bekerjasama memerangi terorisme, kata Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama Mohammad Abdullah Alshuaibi.
Iklan
Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dalam kunjungannya ke Indonesia akan menandatangani sampai sepuluh perjanjian kerjasama. Inilah kunjungan pertama seorang raja Saudi ke Indonesia selama hampir lima dekade. Dia datang disertai rombongan besar hampir 1000 orang.
Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama Mohammad Abdullah Alshuaibi mengatakan kepada wartawan hari Selasa (28/2) di Jakarta, Indonesia juga telah menjadi korban terorisme yang mengatasnamakan Islam.
"Kami tahu Indonesia telah mengalami aksi pemboman dan terorisme di sini," katanya. Dia menambahkan, kelompok teror ISIS punya "ideologi yang berbeda" tidak menghormati kehidupan manusia.
"Kami akan bekerja sama dengan Indonesia di bidang ini. Kita bisa saling bertukar data, bertukar pengalaman, dan kita dapat mengalahkan orang-orang (teroris) ini," tambah dia.
Dubes Arab Saudi selanjutnya mengatakan, perwira militer Indonesia dan Arab Saudi sedang saling melatih diri untuk melawan terorisme ISIS.
Arab Saudi juga ingin membuka lebih banyak sekolah Islam di Indonesia, yang akan memberi pelajaran agama dengan bahasa Arab, dan meningkatkan jumlah beasiswa bagi pelajar-pelajar Indonesia.
Investasi miliaran dolar AS
Duta Besar mengatakan, kunjungan Raja Salman juga bisa meletakkan dasar-dasar untuk mengembangkan proyek-proyek minyak dan gas dan mempromosikan pariwisata.
"Yang akan ditandatangani besok saat pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi adalah yang berkaitan dengan keamanan, islamic affair, kesehatan, kebudayan, pendidikan, perikanan, UKM, penerbangan sipil. Ada sekitar 10 MoU yang ditandatangi besok," kata Osama Mohammad Abdullah Alshuaibi.
Dia menambahkan, raksasa minyak Arab Saudi Aramco, yang memiliki perjanjian dengan perusahaan Pertamina untuk upgrade kilang minyak di Jawa Tengah senilai 5 miliar doar AS, bisa mengambil alih lebih banyak proyek yang ditawarkan Pertamina tahun ini.
Presiden Joko Widodo berharap, kunjungan Raja Salman akan membawa komitmen investasi sampai miliar dolar AS.
Selama perjalanan ke Indonesia, Raja Salman akan didampingi oleh lebih dari 900 orang, termasuk menteri, pangeran dan staf pembantu, kata Alshuaibi. Sebelumnya pejabat Indonesia mengatakan, rombongan Arab Saudi bisa mencapai 1.500 orang.
Raja Salman antara lain akan mengunjungi Jakarta, Istana Negara di Bogor, dan menghabiskan hari-hari terakhirnya di Bali, kata Dubes Arab Saudi.
Indonesia akan mengerahkan sedikitnya 9.000 personel keamanan untuk melindungi rombongan Raja Salman sampai akhir kunjungan 12 Maret mendatang.
Buah Haram Wahabisme
Sejak lama dunia mengkhawatirkan paham Wahabisme sebagai wadah terorisme global. Ajaran puritan itu diyakini tidak cuma menjadi rumah ideologi, tapi penganutnya juga ikut membiayai tindak terorisme di Timur Tengah.
Foto: Reuters/C. Barria
Wahabisme Telurkan Radikalisme?
Sejak 2013 silam parlemen Eropa mewanti-wanti terhadap paham Wahabisme. Bahkan Dewan Fatwa Malaysia menilai faham tersebut kerap melahirkan pandangan radikal dan bisa berujung pada tindak terorisme. Pasalnya Wahabisme menganut prinsip pemurnian Islam. Bentuknya yang cenderung eksklusif dan intoleran terhadap ajaran lain membuat penganut Wahabisme rentan terhadap radikalisasi.
Foto: Reuters
Sumber Ideologi
Kebanyakan kelompok teror dari Nigeria, Suriah, Irak hingga ke Pakistan mengklaim Wahabisme atau Salafisme sebagai ideologi dasar. Al-Qaida, Islamic State, Taliban, Lashkar-e-Toiba, Front al Nusra dan Boko Haram adalah kelompok terbesar yang jantung ideologinya merujuk pada paham Islam puritan itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Propaganda dari Riyadh
Hingga kini pemerintah Arab Saudi sudah mengucurkan dana hingga 100 miliar dolar AS untuk mempromosikan paham Wahabisme ke seluruh dunia. Sebagai perbandingan, Uni Soviet cuma menghabiskan dana propaganda Komunisme sebesar 7 miliar dolar AS selama 70 tahun sejak dekade 1920-an. Pakar keamanan mencurigai, sebagian dana dakwah itu disalahgunakan untuk membiayai terorisme.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Brakemeier
Dana Gelap di Musim Haji
Pada nota rahasia senat AS dari tahun 2009 yang bocor ke publik, calon presiden AS Hillary Clinton menyebut hartawan Arab Saudi sebagai "donor terbesar" kelompok terorisme di seluruh dunia. Biasanya teroris memanfaatkan musim haji untuk masuk ke Arab Saudi tanpa mengundang kecurigaan aparat keamanan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Al-Shaikh
Bisnis Perang
Penyandang dana teror terbesar di Arab Saudi tidak lain adalah hartawan berkocek tebal. Dengan mengandalkan uang minyak, mereka secara langsung atau tidak langsung menyokong konflik bersenjata di Pakistan atau Afganistan. Hal tersebut terungkap dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor di Wikileaks.
Foto: Getty Images/AFP/A. Karimi
Sumbangan buat Laskar Tuhan
Kelompok teroris tidak jarang menggunakan perusahaan atau yayasan untuk mengumpulkan dana perang. Lashkar-e-Toiba di Pakistan misalnya menggunakan lembaga kemanusiaan Jamaat-ud Dakwa, untuk meminta sumbangan. Kedoknya adalah dakwah Islam. Salah satu sumber dana terbesar biasanya adalah Arab Saudi.
Foto: AP
Senjata dari Emir
Arab Saudi bukan satu-satunya negara Islam yang menyokong terorisme. Menurut catatan Pentagon yang dipublikasikan majalah The Atlantic, Qatar membantu Jabhat al-Nusra dengan perlengkapan militer dan dana. Kelompok teror tersebut sempat beroperasi sebagai perpanjangan tangan Al-Qaida di Suriah. Jerman juga pernah melayangkan tudingan serupa terhadap pemerintah Qatar ihwal dana untuk Islamic State
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Jebreili
Dinar untuk al Nusra
Tahun 2014 silam Washington Post memublikasikan laporan yang mengungkap keterlibatan Kuwait dalam pembiayaan kelompok teror di Suriah, seperti Jabhat al Nusra. Laporan yang berlandaskan kesaksikan perwira militer dan intelijen AS itu menyebut dana sumbangan raksasa senilai ratusan juta dolar AS.
Foto: Reuters/H. Katan
Dukungan "tak langsung"
Harus ditekankan tidak ada bukti keterlibatan kerajaan al-Saud dalam berbagai aksi teror di seluruh dunia. Namun pada serangan teror 11 September 2001 di New York, AS, komite bentukan senat menemukan bahwa pelaku memiliki hubungan "tidak langsung" dengan kerajaan dan "mendapat dukungan dari kaum kaya Saudi dan pejabat tinggi di pemerintahan."
Foto: AP
Pencegahan Setengah Hati
Sejauh ini pemerintah Arab Saudi terkesan setengah hati membatasi transaksi keuangan gelap untuk pendanaan terorisme dari warga negaranya. Dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor ke publik, Riyadh misalnya aktif melumat sumber dana Al-Qaida, tapi banyak membiarkan transaksi keuangan untuk kelompok teror lain seperti Taliban atau Lashkar-e-Toiba.
Foto: picture-alliance/dpa/Saudi Press Agency
Bantahan Riyadh
Namun Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, membantah hubungan antara ideologi Wahabi dengan terorisme. "Anggapan bahwa Saudi membiayai ekstremisme atau Ideologi kami menyokong ekstremisme adalah omong kosong. Kami aktif memburu pelaku, uang dan dalang di balik tindak terorisme," tukasnya.