'Rakyat Tak Boleh Kelaparan' Tetapi Beda Kondisi di Lapangan
Detik News
19 Juli 2021
Sebanyak 94% responden dari hasil survei Trade Union Right Center (TURC) dengan jaringan pekerja rumah di Indonesia, menyatakan belum mendapat bansos. Bantuan krisis corona dari pemerintah dinilai belum tepat sasaran.
Komunitas di Bali memberikan makanan gratis kepada warga kurang mampu di tengah pemberlakuan PPKM Darurat Foto: Bali Caring Community
Iklan
Pemerintah terus menegaskan bahwa 'rakyat tak boleh kelaparan' di tengah pemberlakuan PPKM Darurat. Namun, harapan ini berbeda dengan kondisi yang ada di lapangan.
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Disebutkan, pemerintah tidak ingin ada rakyat yang kelaparan.
"Presiden memerintahkan bantuan beras kepada masyarakat. Ini penting di samping bansos yang sudah dilayani oleh Ibu Menteri Sosial. TNI-Polri bergerak sampai ke kantong kemiskinan yang ada," kata Luhut dalam konferensi pers di akun YouTube Kemenko Marves, Kamis (15/07).
"Tidak boleh ada rakyat sampai kelaparan. Saya ulangi, tidak boleh ada rakyat sampai kelaparan. Itu perintah dan kami laksanakan," sambung Luhut.
Luhut menampilkan poin pemaparan soal program bantuan beras kepada masyarakat. Ditulis, akan dibagikan 11 ton beras, 1 kepala keluarga dapat 10 kilogram, untuk bantuan se-Jawa-Bali selama PPKM darurat. Penyaluran dilakukan secepatnya, paling lambat 11 Juli.
Berikut data soal penyaluran bansos beras kepada masyarakat yang ditampilkan dalam pemaparan Luhut. Per September 2020, terdapat 14.948.960 orang miskin di Pulau Jawa dan Bali. Target coverage orang miskin 30 persen. Jumlah orang ter-cover 4.484.688 orang. Jumlah KK ter-cover sebanyak 1.121.172. Kebutuhan beras sebanyak 11.211.720 kilogram atau 11.211 ton. Kebutuhan biaya Rp 117,7 miliar.
Kemudian, target penerima bantuan adalah pekerja harian dan pekerja informal di daerah padat penduduk yang terkena PPKM darurat. Kriteria penerima bantuan dapat ditentukan lebih lanjut sesuai situasi di lapangan. TNI/Polri mengatur distribusi bantuan jangan sampai menimbulkan kerumunan.
Suasana PPKM Darurat di Ibu Kota dan Sekitarnya
Presiden Jokowi mengumumkan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai 3-20 Juli 2021 di Jawa dan Bali. Kebijakan ini untuk meredam laju infeksi virus SARS-CoV-2 yang kian melonjak.
Foto: DW
Kawasan Senen, Jakarta Pusat, terlihat sepi
Ruas Jalan Senen Raya di Jakarta Pusat di hari kedua PPKM Darurat terlihat sepi, tidak seperti lalu lintas saat hari normal atau bahkan saat PSBB tahun lalu. Terlihat hanya sedikit pengendara roda dua atau roda empat dan pejalan kaki. Kawasan pertokoan juga ikut tutup.
Foto: DW
Mal ditutup sementara
Mal di Tangerang Selatan juga tutup akibat pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat sejak Sabtu (03/07). Untuk membatasi mobilitas, toko-toko tutup sampai tanggal 20 Juli, restoran hanya melayani makanan yang dibungkus atau dibawa pulang.
Foto: DW
Tidak semua aktivitas terhenti
Aktivitas konstruksi atau pembangunan masih berjalan sesuai agenda dan masih sesuai dengan aturan dari PPKM darurat Jawa-Bali ini. Pemerintah memang telah menetapkan bahwa aktivitas konstruksi dapat terus berjalan dengan lebih ketat menerapkan protokol kesehatan.
Foto: DW
Tetap melakukan tugasnya
Sektor esensial dan pelayanan publik juga terus berjalan. Petugas ini misalnya, ia tengah menyemprot cairan disinfektan dari mobil pick-up di Ciputat, Jakarta, guna mencegah penyebaran virus COVID-19.
Foto: DW
Amankan wilayah masing-masing
Sebagian warga mulai membatasi kegiatan lalu-lintas dengan memasang spanduk dan menutup portal daerahnya. Kepala RT dan RW setempat menghimbau warganya agar tetap di rumah, seperti himbauan PPKM oleh pemerintah.
Foto: DW
Anak-anak tetap bermain
Anak-anak di dalam komplek di daerah Cinere, Jakarta, nampak bermain bola seperti biasa tanpa memakai masker. Masyarakat diimbau untuk di rumah saja guna mencegah diri dan orang sekitar terinfeksi virus corona.
Foto: DW
Pasar tradisional tetap buka
Sebelum matahari terbit, antrean panjang sudah memenuhi sebuah pasar di Depok, Jawa Barat. Sebagian warga telah memakai masker dua lapis, namun lokasi yang relatif sempit memaksa pelanggan berdesak-desakan di sejumlah bagian pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Foto: DW
Kawasan Silang Monas tutup sebagian
Sebagian Silang Monas juga ditutup saat diterapkan PPKM Darurat. Kawasan Silang Monas yang ditutup termasuk Jalan Merdeka Timur hingga Ring 1, Istana. Namun setelah pengumuman PPKM Darurat, terlihat beberapa warga menikmati momen tersebut dengan berfoto di depan Monas.
Foto: DW
Layanan pemesanan makanan tetap berjalan
PPKM Darurat membolehkan restoran tetap buka, namun dibatasi waktu operasionalnya dan pengunjung dilarang makan di tempat. Pesan-antar makanan sudah menjadi rutinitas baru, karena restoran atau rumah makan hanya menerima pesanan melalui aplikasi jasa pengantar makanan.
Foto: DW
Perumahan terlihat sepi
Area perumahan di daerah Bogor, Jawa Barat, ini terlihat sepi. Sebagian besar warga melaksanakan kegiatan harian mereka di dalam rumah masing-masing. Namun tetap ada sekitar 1-2 pedagang keliling yang masih berjualan. (Teks dan foto oleh: Brenda Nursalim, Fatimah Putri, Muhammad Hanafi, Muhammad Nauval, dan Shannyta Carnadi/ae/hp)
Foto: DW
10 foto1 | 10
Lantas, apakah bansos sudah terealisasi dengan baik?
Suara kelompok marjinal
Namun, harapan pemerintah ini masih belum terealisasi dengan baik. Menurut survei yang dilakukan oleh Trade Union Right Center (TURC), masih banyak pekerja di beberapa daerah tidak mendapatkan bansos.
TURC mengatakan survei ini dilakukan bekerja sama dengan Homenet Indonesia, yaitu jaringan pekerja rumah di Indonesia. TURC mengumpulkan data bekerja sama dengan 10 daerah di Indonesia. Namun, mereka tidak menjelaskan tentang metode survei dilakukan dan berapa responden yang diteliti.
"Ada kesulitan untuk mendapat program bansos pemerintah. Melalui survei kami, ada sekitar 94% dari responden belum mendapat bansos," kata perwakilan dari TURC Indri Mahardika dalam Konferensi Pers Suara Kelompok Marjinal Terhimpit Pandemi, Minggu (18/7).
Melalui survei itu, dia menyebut pekerja rumahan cenderung tidak mendapat akses. Bahkan, beberapa dari mereka sudah mengajukan tapi tidak masuk kriteria.
"Alasan responden belum mendapat bansos ini cukup macam-macam. Ada yang tidak tahu bagaimana mendapatkannya, tidak terdaftar, dan banyak juga yang mengajukan tapi tidak mendapatkan akses, tidak termasuk kriteria," lanjutnya.
Padahal, sambung Indri, sejak PPKM darurat diberlakukan, mayoritas pekerja rumahan ikut terimbas. Hal itu dibuktikan dengan merosotnya pendapatan.
Mengacu pada hasil survei internal, 96% dari ibu-ibu pekerja rumahan mengalami penurunan pendapatan. Sementara sebelum PPKM darurat pendapatan mereka berkisar Rp 1-1,5 juta per bulan, kini hanya Rp 500.000
"Paling banyak Rp 500.000-1.000.000. Ini menyedihkan karena hampir semua penghasilan utama dari ibu-ibu ini adalah untuk keluarganya," tuturnya.
Hal senada dilayangkan co-founder Yayasan Peduli Sindroma Down Indonesia (YAPESDI) Dewi Tjakrawinata. Ia menyebut sampai saat ini program pemerintah dalam memberikan bantuan tidak sampai ke tangan masyarakat. Menurutnya, saat ini masyarakat bawah masih sulit mengakses bantuan.
"Omong kosong bantuan-bantuan sosial, bantuan sosial itu tidak nyampai. Yang miskin tetap dikebelakangkan," kata dia.
Makanan Gratis Inisiatif Warga bagi Mereka yang Membutuhkan
Komunitas di Yogyakarta dan Bali membantu warga kurang mampu seperti pengamen dan pedagang kaki lima yang tidak lagi leluasa bekerja di luar rumah selama PPKM Darurat. Inisiatif serupa mulai bermunculan.
Foto: Bali Caring Community
Nasi baru setiap hari
Relawan komunitas Tempat Nasi Gratis di Yogyakarta mengisi etalase dengan 10 nasi bungkus gratis setiap hari untuk warga yang membutuhkan. Orang-orang di luar komunitas juga boleh mengisi etalase ini. Syaratnya: makanan yang didonasikan harus halal, bergizi, dan tidak gampang basi. Di Yogyakarta, komunitas ini memiliki total 14 etalase di berbagai lokasi, seperti Gejayan dan Jl. Kaliurang.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Nasi bungkus gratis untuk semua
Etalase nasi bungkus gratis milik komunitas Tempat Nasi Gratis Jogja berada di titik-titik strategis yang sering dilewati oleh orang-orang yang membutuhkan, seperti pemulung, tukang parkir, dan pengemudi ojek. Siapa pun boleh mengambil nasi ini dengan syarat satu orang hanya boleh mengambil satu bungkus, agar banyak yang juga bisa menikmati.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Penyandang disabilitas tidak dilupakan
Komunitas tersebut juga memberi paket nasi dan sembako gratis untuk penyandang tunanetra. Relawan langsung mengantar bantuan tersebut ke rumah mereka. Penyandang disabilitas yang sebagian besar bekerja di sektor-sektor informal juga ikut terimbas kebijakan pengetatan aktivitas yang dilakukan pemerintah di masa pandemi ini.
Foto: Tempat Nasi Gratis Jogja
Berderma nasi bungkus
Sementara di Bali, pemulung menerima paket makanan gratis dari Komunitas Peduli Bali atau Bali Caring Community di tengah pembatasan kegiatan masyarakat yang dilakukan pemerintah. Pada 29 Juni, komunitas ini membagikan 235 bungkus, yang terdiri dari 200 nasi bungkus, 15 lontong sayur, dan 20 porsi mangkuk nasi.
Foto: Bali Caring Community
Satu orang satu bungkus
Menurut pendiri Komunitas Peduli Bali, Kadek Sudarsana, program berbagi nasi bungkus gratis untuk orang-orang yang membutuhkan telah berjalan sejak 5 November 2020. Bantuan berupa nasi bungkus atau air mineral kemasan gelas atau botol bisa langsung diserahkan ke kantor pusat BCC di Denpasar paling lambat 1 jam sebelum kegiatan dimulai.
Foto: Bali Caring Community
Donatur juga ikut salurkan bantuan
Relawan Komunitas Peduli Bali sedang membagi-bagikan nasi bungkus gratis kepada warga yang bekerja di sekitar tempat pembuangan sampah di Denpasar. Komunitas ini melibatkan sekitar 50 relawan, dan ketika mereka menyalurkan bantuan, donatur juga ikut menemani agar ikut merasakan kenikmatan berbagi.
Foto: Bali Caring Community
Renovasi rumah warga miskin
Selain membagikan makanan gratis, mereka juga merenovasi rumah warga tidak mampu di Bali. Pada 16 Februari, misalnya, komunitas ini bekerja sama dengan Komunitas Sosial Bali (BSC) merenovasi rumah Made Kaler (dua dari kiri) di Dusun Mumbul, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Setiap hari, ia bekerja memelihara sapi milik tetangga untuk menyambung hidup. (ae)
Foto: Bali Caring Community
7 foto1 | 7
Bansos belum tepat sasaran
Sementara itu, perwakilan buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyayangkan bansos corona yang belum tepat sasaran. Buruh bernama Sumiyati yakin ada 50 persen buruh belum menerima bansos sejak awal pandemi.
"Dan ini saya amati di Tangerang, Subang dan Sukabumi," ujar Sumiyati dalam Konferensi Pers Suara Kelompok Marjinal Terhimpit Pandemi, Minggu (18/07).
Dia melanjutkan, sejak di-PHK masih banyak buruh yang tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Hal itu berdampak pada kebutuhan sehari-hari yang tidak terpenuhi.
"Lebih dari 50% buruh yang masih belum menerima bansos sampai sekarang," kata dia. (Ed: pkp/rap)
Data kasus harian COVID-19 per satu juta penduduk di beberapa negara di dunia