Ramos-Horta Calonkan Diri Pada Pilpres Timor Leste
25 Januari 2022
Tokoh kemerdekaan Timor Leste, Jose Ramos-Horta, bakal maju sebagai calon presiden dari partai oposisi dalam pemilu bulan Maret mendatang. Kehadirannya memperkuat pengaruh “generasi gerilya” dalam krisis politik di Dili.
Iklan
Dua puluh tahun setelah memimpin kemerdekaan melawan Indonesia, Jose Ramos-Horta kembali merasa terpanggil untuk memegang kendali. Pada Minggu (23/1), dia menyatakan menerima pinangan Partai Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CRNT) untuk maju sebagai calon presiden.
"Saya menjalankan mandat yang dipercayakan kepada saya oleh partai dan rakyat Timor Leste, untuk mencalonkan diri dalam pemilu kepresidenan 2022-2027,” kata dia usai kongres di Dili, Minggu (23/1).
Ramos-Horta termasuk figur utama yang menggerakkan sentimen antikolonialisme melawan pemerintahan Orde Baru di Jakarta, dan sebabnya menerima Nobel Perdamaian bersama Uskup Carlos Ximenes Belo pada tahun 1996.
"Kami yakin Ramos-Horta akan memenangkan pemilihan umum, bukan karena siapa dia sebagai tokoh, tetapi karena dukungan dari rakyat,” kata petinggi CNRT, Fransisco Dos Santos, kepada Reuters.
Sejak terbebas dari Indonesia menyusul pendudukan selama 24 tahun, Timor Leste dilanda krisis politik yang menghalangi pertumbuhan ekonomi, perang melawan korupsi atau eksploitasi sumber minyak dan gas yang menjamin pemasukan bagi kas negara.
Iklan
Rivalitas politik picu kekerasan
Donald Greenlees, penulis sejarah perang kemerdekaan Timor Leste, mengatakan pencalonan Ramos-Horta mengindikasikan betapa "generasi gerilya” belum bisa mengikhlaskan diri tersingkir dalam sebuah regenerasi alami.
"Timor Leste sayangnya dibekap ketidakmampuan sebuah generasi untuk merelakan kepemimpinan politik dan ini merupakan hal tragis bagi masa depan negeri,”kata Greenlees, yang juga aktif di Pusat Studi Pertahanan dan Strategis di Universitas Nasional Australia (ANU).
"Jika Timor Leste ingin memodernisasi diri dan berkembang menujub abad 21, ia membutuhkan kaum muda dengan gagasan-gagasan yang segar.”
Timor Leste Pilih Parlemen Baru
Pemilu di Timor Leste diikuti 21 partai politik memperebutkan 65 kursi di parlemen. Isu utama kampanye adalah masalah ekonomi dan penggunaan pendapatan dari migas untuk dukung pembangunan dan ciptakan lapangan kerja.
Foto: J. Meier
Isu Ekonomi dan Korupsi
Tema konjungtur ekonomi, perang melawan korupsi, penciptaan lapangan kerja dan kualitas pendidikan mendominasi kampanye pemilu parlemen. Timor Leste. Sebanyak
750.000 warga pemilik hak pilih dipanggil untuk menentukan 65 wakilnya di parlemen nasional di Dili.
Foto: J. Meier
Harapan Perdamaian
Warga masih trauma akibat pendudukan Indonesia (1975-1999). Statistik menyebutkan sepertiga populasi Timor Timur meninggal akibat kerusuhan dan pemberontakan. Setelah merdeka 2002 dan periode transisi 3 tahun di bawah administratur PBB, sebuah parlemen demokratis dibentuk. Semua partai politik merasa wajib menjaga perdamaian dan perujukan.
Foto: J. Meier
Para Pendukung Partai
Para pendukung partai koalisi Fretilin dan CNRT yang memerintah Timor Leste sejak 2012 bersemangat gelar kampanye. Parlemen bertugas selama 5 tahun dan dipilih langsung secara demokratis.
Foto: J. Meier
Kandidat Unggulan
Xanana Gusmao, presiden pertama Timor Leste dan kini ketua partai Kongres Nasional Pembangunan Kembali - CNRT yang memerintah dalam koalisi. Mantan pejuang kemerdekaan Timor Timur ini pada 1992 divonis hukuman seumur hidup oleh pemerintah Indonesia saat pendudukan. Tahun 1999 setelah referendum kemerdekaan, Xanana bisa kembali ke Timor Timur.
Foto: J. Meier
Negara Termiskin di Dunia
Timor Leste termasuk daftar negara termiskin di dunia dengan pendapatan per kapita 2.400 Dolar per tahun. Sekitar 90 persen pendapatan pajak di negara yang mayoritas warganya beragama Katolik ini, berasal dari industri perminyakan. Pemerintahan baru hadapi tantangan berat untuk membangun sektor pertanian, perikanan dan turisme.
Foto: J. Meier
Oposisi Baru dengan Pendukung Lawas
Partai KHUNTO yang didirikan 2011 gagal tembus "treshold" 3 persen dalam pemilu 2012. Ketua partai Armanda Berta dos Santos berambisi lakukan terobosan dan bisa lolos ke parlemen. Angket terbaru tujukkan partai KHUNTO bisa raih 4 persen suara.
Foto: J. Meier
Bekas Presiden Berambisi Jadi PM
Taur Matan Ruak memangku jabatan presiden Timor Leste hingga Mei 2017 dan tidak lagi mencalonkan untuk masa jabatan kedua. Ambisinya dengan kendaraan partai yang baru didirikan Partai Pembebasan Rakyat-PLP, ia bisa ikut pemilu parlemen, Targetnya jadi perdana menteri yang punya kewenangan definitif. Pasalnya jabatan presiden di Timor Leste lebih banyak sebagai jabatan politik simbolis.
Foto: J. Meier
Partisipasi Pemilih
Partisipasi pemilih dalam pemilu parlemen diharap sama tingginya dengan keikutsertaan saat pemilu presiden Maret lalu (foto). Pemilu perlemen Timor Leste digelar Sabtu 22 Juli dan pengumuman resmi hasil final dijadwalkan awal Agustus. Penulis: Hao Gui/Jörg Meier (as/ap)
Foto: Reuters/L. da Fonseca
8 foto1 | 8
Dalam pemilu tanggal 19 Maret, Ramos-Horta akan berhadapan dengan bekas pejuang kemerdekaan lain, Presiden Francisco ‘Lu-Olo' Guterres yang didukung partai terbesar, Fretilin.
Dua kandidat lain adalah Wakil Perdana Menteri Armanda Berta dos Santos dan bekas pastor Katolik, Martinho Germano da Silva Gusmao.
Meski menghimpun dukungan elektoral yang menjanjikan, Ramos-Horta "tetap bukan kandidat favorit,” karena tidak didukung partai-partai politik besar lain, kata Damien Kingsbury, pensiunan guru besar di Universitas Deakin, Australia.
Situasi politik di Dili kian tidak menentu menyusul memanasnya perpecahan antara Fretilin dan CNRT. Pada 2018 silam, pendukung kedua partai terlibat bentrok yang menghasilkan korban luka dan sejumlah mobil hangus terbakar. Konflik sudah berawal sejak 2006, ketika perbedaan politik memicu perang jalanan pertama di ibu kota.