Jatuhnya Malaysia Airlines MH17 memberi tekanan baru kepada Kuala Lumpur yang hingga kini masih tersengat trauma dan stigma dunia menyusul hilangnya MH370 empat bulan lalu.
Iklan
Untuk kedua kalinya tahun ini, rakyat Malaysia terbangun pada hari Jumat (18/7) dan menemukan halaman hitam di bagian muka koran-koran sebagai simbol duka cita atas tragedi udara lainnya yang menghantam negeri itu.
“Kenapa tidak ada ketenangan di negeri kami? Tragedi demi tragedi menimpa kami,“ kata G. Subramaniam, yang anaknya berada di dalam pesawat MH370 yang hingga kini masih hilang.
Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur, jatuh Kamis (17/7) malam di sebelah timur Ukraina. 43 warga Malaysia ada di dalam pesawat.
Pejabat Amerika mengatakan jet itu ditembak jatuh oleh rudal jarak jauh darat ke udara, yang kemungkinan telah menjadi korban pemberontakan kekerasan di wilayah yang dikuasai para pemberontak pro-Rusia.
Misteri MH 370
Menghilangnya pesawat MH 370 dari Malaysia Airlines picu salah satu pencarian internasional teluas dan operasi penyelamatan terbesar. DW melihat perkembangan paling penting dalam pencarian MH 370.
Foto: Reuters
Petunjuk Terbesar
Awal Agustus 2015 sebuah potongan sayap ditemukan di pulau Reunion. Penyelidikan oleh otoritas Perancis dan perwakilan Boeing mengkonfirmasikan, bahwa temuan tersebut milik pesawat MH 370 yang hilang. Kendati tidak bisa menyibak sebab jatuhnya pesawat, analisa mendalam atas potongan sayap itu bisa menjadi petunjuk keberadaan puing lainnya.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Wae Tion
Terdampar di Barat Samudera Hindia
Lokasi pulau Reunion yang berada jauh di barat Samudera Hindia membuktikan bagaimana puing kapal terbawa arus laut. Ilmuwan dan penyidik kini mencoba melacak keberadaan puing lainnya berdasarkan temuan teranyar di Reunion. Pemerintah Perancis juga telah menurunkan petugas untuk mencari sisa puing lain di perairan sekitar pulau.
Lepas Landas
8 Maret, Malaysia Airlines penerbangan MH370 menuju Beijing lepas landas dari Kuala Lumpur International Airport pada pukul 0:21 pagi hari dengan mengangkut 239 orang. Namun 26 menit setelah lepas landas, sistem ACARS yang memberikan informasi utama tentang kondisi mekanis pesawat dimatikan.
Foto: picture-alliance/dpa
Kata-Kata Terakhir
Ketika Boeing 777 terbang dari wilayah kontrol udara Malaysia ke Vietnam beberapa menit kemudian, seseorang dalam kokpit pesawat mengatakan, "Baiklah, selamat malam." Perusahaan Malaysia Airlines berpendapat, yang mengatakan itu adalah co-pilot Fariq Abdul Hamid. Pesawat itu terbang dalam keadaan cuaca baik.
Foto: picture-alliance/dpa
Hilang dari Radar
Pesawat hilang dari layar kontrol lalulintas udara sipil ketika transponder, yang mengirimkan informasi tentang lokasi dan ketinggian pesawat, dimatikan sekitar pukul 1:31. Ketika radar militer melihat sinyal pesawat pada pukul 2:15, pesawat berada di sebelah selatan pulau Phuket di Selat Malaka, ratusan mil dari jalur terbang sesungguhnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Tujuh Jam Kemudian
Komunikasi terakhir mesin pesawat tersebut dengan satelit terjadi tujuh jam kemudian. Satelit tunjukkan, pesawat entah mengarah ke koridor utara, yang dimulai di Thailand utara hingga perbatasan Kazakhstan dan Turkmenistan, atau ke koridor selatan yang terbentang dari Indonesia hingga Samudra Hindia bagian selatan. Ketika sinyal terakhir diterima 8:11, pesawat mungkin sudah terbang berjam-jam.
Foto: NASA/dpa
Pencarian Dimulai
Segera setelah pesawat menghilang dari radar, Malaysia dan Vietnam bentuk tim pencari dan penyelamat. Area pencarian segera diperluas hingga sebagian teluk Thailand, antara Malaysia dan Vietnam. Sementara itu, muncul laporan bahwa dua penumpang gunakan paspor Uni Eropa yang dicuri, dan sebabkan kekhawatiran akan serangan teroris. Kedua pria itu ternyata imigran ilegal Iran.
Foto: reuters
Puing di Laut?
Tanggal 12 Maret, areal pencarian mencakup dua sisi kepulauan Malaysia, yang luasnya lebih dari 90.000 km persegi. 12 negara ikut dalam pencarian. Sebuah satelit Cina menemukan tiga benda berukuran besar yang mengapung di Laut Cina Selatan, yang awalnya diduga puing pesawat.
Foto: picture alliance/AP Photo
Kebingungan dan Kritik
Tanggal 13 Maret, Menteri Perhubungan Malaysia Hishammuddin Hussein menyangkal laporan yang mengatakan bahwa pesawat masih terbang berjam-jam setelah kontak terakhir. Kuala Lumpur mendapat kritik tajam, terutama dari Cina, karena dianggap tidak mampu mengatasi masalah. Sementara itu, pemerintah Cina tidak menemukan kaitan antara benda-benda mengapung yang ditangkap satelit dan pesawat MH 370.
Foto: Getty Images
'Tindakan Sengaja'
Dua hari kemudian, Perdana Menteri Malaysi Najib Razak (kanan) menegaskan, pesawat terbang kembali ke arah ia lepas landas. Razak menambahkan, "Pesawat terbang konsisten dengan tindakan sengaja dari seseorang di pesawat." Pemerintah memulai penyelidikan kriminal, dan memfokuskannya pada kru dan latar belakang penumpang. Rumah pilot dan co-pilot digeledah.
Foto: Reuters
Pencarian Fase Baru
Jumlah negara yang terkait dalam pencarian pesawat bertambah dari 14 menjadi 26, dan penyelidik terutama meneliti dua koridor besar yang mungkin ditempuh pesawat. Pencarian kini mencakup 7,7 juta kilometer persegi wilayah laut. Penyelidik dari Perancis ikut serta dengan menyumbangkan pengetahuan yang diperoleh dari jatuhnya pesawat Air France di Samudera Atlantik tahun 2009.
Foto: Reuters
Mencari Motif
Pihak berwenang mengungkap dugaan baru, yang mengatakan transmisi suara terakhir dari pesawat mungkin terjadi sebelum sistem komunikasi dimatikan. Pemerintah menguji teori pembajakan, sabotase dan bunuh diri pilot sebagai alasan potensial bagi menghilangnya MH 370. Tetapi penyelidikan atas penumpang dan awak tidak memberikan petunjuk yang mengarah ke pembajakan atau serangan teroris.
Foto: picture-alliance/dpa
Menunggu dengan Penuh Penderitaan
Teori yang saling berlawanan tentang menghilangnya pesawat terus bermunculan. Tetapi jika bangkai pesawat tidak ditemukan, fakta sulit ditentukan, sehingga masa menunggu bagi keluarga dan teman semua orang di pesawat masih berlanjut. Pesawat mengangkut orang dari 14 negara. Sebagian besar dari Cina, yaitu 153 orang, dan dari Malaysia 38 orang.
Foto: Reuters
13 foto1 | 13
Sementara penyebab pasti kecelakaan masih belum diketahui pasti, krisis baru ini telah kembali merobek luka yang masih basah bagi warga Malaysia yang masih trauma akibat tragedi MH370. (Baca: Malaysia Airlines Sangat Mungkin Terbang Autopilot)
Terlalu cepat
“Baru saja mendengar berita buruk. Saya pikir kami tidak siap untuk menerima ini begitu cepat setelah tragedi MH370,“ kata bintang bulutangkis Malaysia Lee Chong Wei, melalui Twitter.
Dalam kasus MH370, rakyat Malaysia menyaksikan dengan cemas pemerintah dan merek nasional unggulan mereka mendapat kritik pedas dunia atas ketidakmampuan mereka menjelaskan apa yang terjadi pada pesawat yang hilang itu.
Para keluarga korban menuduh Malaysia tidak kompeten dan menutup-nutupi informasi. Pemesanan tiket Malaysia Airlines turun drastis, dan negara itu menjadi bahan lelucon di seluruh dunia.
Kekhawatiran juga muncul bahwa tragedi beruntun ini merusak salah satu sektor terpenting Malaysia yakni dunia pariwisata. Selain itu tragedi kembar ini juga merusak perasaan negara multikultural itu yang selama ini merasa negaranya stabil dan sejahtera di kawasan Asia Tenggara yang sering bergejolak, kata Ibrahim Suffian, kepala salah satu lembaga jajak pendapat terkemuka di Malaysia.
Rasa bangga yang hancur
“Orang Malaysia selalu merasa terlindungi dari tragedi dan bencana. Angin topan, gempa bumi, perang – itu selalu bukan kami, tapi Indonesia, Myanmar atau Filipina. Tapi perasaan aman itu kini hancur,” kata dia.
Penembakan MH17 juga semakin terasa menyedihkan karena terjadi pada bulan Ramadhan, di mana warga mayoritas Muslim Malaysia sedang bersiap menyambut suka cita Idul Fitri akhir bulan ini.
Beberapa orang mulai menyampaikan kecemasan bahwa tragedi MH17 akan lebih jauh merusak citra Malaysia.
“Perasaan bangga dan mapan warga Malaysia sudah tercoreng oleh cara pimpinan pemerintah dan maskapai menangani MH370. Mereka harus kembali melewati insiden kali ini, merasa sebagai tertuduh dan menanggung beban tanggungjawab (secara tidak adil), tak tahu bagaimana cara terbaik untuk mengekspresikan diri dan terbebas dari noda,“ kata K. S. Narendran, seorang warga India yang istrinya berada di dalam MH370.