1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

Rasa Pedas dari Cabai yang Berkhasiat Menyembuhkan

Anne Wieland
3 Februari 2023

Yang membuat cabai terasa pedas adalah capsaicin. Unsur aktif ini melepas reaksi sakit yang dorong terbentuknya sel-sel baru. Efek ini sedang diteliti untuk tanggulangi rasa sakit saraf yang ekstrem.

Die schärfsten Gerichte aus aller Welt
Cabai yang dihaluskan menjadi sambalFoto: Andreas Berheide/Zoonar/picture alliance

Rasa pedaslah yang membuat cabai menjadi obat. Unsur aktifnya adalah capsaicin dan itu terutama terdapat di bagian dekat batang. Capsaicin sangat pedas, sehingga di kulit atau di tubuh unsur itu menyebabkan rasa sakit.

Dorit Roeper adalah seorang pakar gizi dan kerumahtanggaan. Dia menjelaskan, rasa pedas itu sebenarnya bukan cita rasa, melainkan rasa sakit. Kalau kita merasakan sakit, tubuh bereaksi atas stres ini, misalnya tubuh menjadi hangat, kemungkinan orang juga berkeringat. "Itu adalah indikasi jelas, bahwa metabolisme dirangsang," demikian dikemukakan Dorit Roeper.

Perasaan hangat ini jugalah yang digunakan untuk melawan ketegangan otot. Misalnya pada sendi atau punggung yang sakit. Yang paling berkhasiat adalah plester hangat dan salep dengan unsur aktif capsaicin.

Melekat pada reseptor kalsium

Khasiat capsaicin muncul karena unsur aktif ini melekatkan diri pada reseptor tertentu di dalam tubuh kita, yaitu kanal kalsium. Begitu dijelaskan Dr. Tina Mainka, dokter dan peneliti rasa sakit. Akhirnya, jaringan di dalam tubuh yang menyalurkan rasa sakit dan kehangatan mendapat rangsangan lewat capsaicin, sehingga tercipta reaksi hangat lokal.

Dr. Tina Mainka meneliti khasiat capsaicin dengan tujuan untuk mengobati rasa sakit ekstrem pada urat syaraf, yang tidak bisa dilawan oleh obat lainnya. Dokter bekerja dengan plester yang dibubuhi capsaicin dosis tinggi. Dosisnya, 40 kali lipat lebih tinggi daripada yang dari apotek.

Dr. Tina Mainka menjelaskan lebih jauh, oleh sebab itu, sasaran penggunaannya juga berbeda. Jaringan syaraf halus di kulit mati akibat penggunaan capsaicin dosis tinggi, tapi kemudian tumbuh lagi dan nantinya terbentuk lagi di kulit.

Khasiatnya bisa bertahan selama tiga bulan, sehingga rasa sakit di syaraf tidak membebani lagi. Namun, baik pada plester dan salep dosis tinggi, maupun yang bisa dibeli bebas di pasaran, bisa muncul efek sampingan. Misalnya kulit menjadi merah atau timbul rasa gatal atau pustula. Terutama penderita diabetes memberikan reaksi sensitif!

Unsur yang berfungsi di kulit, berfungsi juga di selaput lendir, yaitu sebagai tablet hisap. Dalam bentuk kapsul, capsaicin bahkan bisa menghangatkan tubuh dari dalam.

Dr. Tina Mainka yang meneliti rasa sakit mengatakan, tablet kapsisin yang dosisnya ringan bisa digunakan untuk mengatasi sakit tenggorokan dan juga digunakan sebagai suplemen.

Khasiat dalam gastronomi tergantung cara masak

Tentu saja cabai terutama banyak digunakan dalam masakan. Yang penting, dalam proses memasaknya, cabai harus berada lama di dalam masakan, agar unsur aktif yang berkhasiat bisa terurai ke dalam masakan. Apakah yang digunakan cabai kering atau segar tidak masalah, karena capsaicin ada di dalam kedua jenis cabai ini. Dan bukan itu saja. Cabai di dalam masakan juga bagus untuk sistem kekebalan tubuh.

Pakar gizi Dorit Roeper mengatakan, cabai bahkan punya kandungan vitamin C yang lebih besar daripada lemon. Memang vitamin C tidak tahan panas. Artinya, saat memasak, sebagian besar vitamin C bisa hilang. Namun, setidaknya masih ada yang tersisa.

Cabai, ukurannya kecil, tapi dampaknya besar. Cabai terbukti mengurangi sakit otot, mendorong metabolisme, dan baik bagi sistem kekebalan tubuh.

(ml/as)