1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Rating Membaik, Indonesia Berpeluang Tingkatkan Utang

13 April 2018

Indonesia kini bisa mendapat pinjaman dengan kondisi yang lebih lunak setelah lembaga rating Moody's meningkatkan status Indonesia menjadi baa2. Perekonomian nasional dianggap cukup kokoh buat menghadapi gejolak pasar.

Indonesien Präsidentschaftswahlen Joko Jokowi Widodo 22.07.2014
Foto: Getty Images

Menyusul meningkatnya kepercayaan pasar terhadap perekonomian Indonesia, lembaga pemeringkat kredit Moody's menaikkan rating utang Indonesia dari Baa3 menjadi Baa2. Dengan langkah tersebut, Moody's mengikuti lembaga pemeringkat lain yang telah lebih dulu menaikkan rating Indonesia.

Baa2 mengindikasikan kemampuan sebuah negara untuk membayar utang jangka pendek dengan risiko moderat. Peringkat ini berada dua level di atas predikat spekulatif yang menjadi batas kelayakan investasi. Dengan rating tersebut Indonesia bisa berharap mendapat pinjaman dengan kondisi yang sedikit lebih lunak.

Sebagai perbandingan Moody's menempatkan Malaysia di peringkat A3 dengan kemampuan membayar utang yang tinggi. Saat ini rating Malaysia berada dua peringkat di atas Indonesia.

Baca: Ambisi Infrastruktur Jokowi Bebani BUMN

Moody's menilai upaya pemerintah menekan defisit anggaran dan inflasi berhasil meningkatkan kepercayaan pasar dan membuat iklim investasi di Indonesia menjadi lebih stabil. "Meningkatnya cadangan devisa serta kebijakan fiskal dan moneter yang bijak memperkuat keyakinan Moody's bahwa ketahanan dan kapasitas Indonesia buat menghadapi gejolak semakin meningkat," tulis lembaga asal Amerika Serikat itu dalam keterangan persnya.

Langkah Moody's datang saat yang tepat untuk Presiden Joko Widodo yang membutuhkan dana tambahan buat mempercepat pembangunan infratruktur ekonomi dan pemerataan, terutama di daerah tertinggal. 

Berdasarkan data Kementerian keuangan, total utang Indonesia saat ini mencapai Rp4.034,8 triliun dengan rasio sebesar 27,02% dari Produk Domestik Brutto. Lebih dari 80% utang tersebut dipinjam dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN). Sementara kepemilikan SBN oleh pihak asing saat ini ditaksir mencapai 39,3% dengan mayoritas SBN bertenor panjang.

rzn/hp (afp, katadata, kontan, cnnindonesia)