"Ratu Ganja" Schapelle Corby Akhirnya Pulang ke Australia
29 Mei 2017
Schapelle Corby pulang ke Australia dari Bali hari Minggu (28/5) setelah menjalani hukuman 12 tahun penjara karena penyelundupan narkotika. Kasusnya sempat menyedot perhatian luas media.
Iklan
Schapelle Corby mendarat di Brisbane, ibu kota negara bagian Queensland, Minggu pagi (28/5), setelah dideportasi dari Bali usai menjalani hukuman penjara dan tahanan rumah. Kedatangannya ditunggu rombongan jurnalis lokal dan internasional.
Sejak keberangkatannya dari dari Bali, Corby jadi kejaran awak media. Lebih 200 polisi dikerahkan untuk pengamanan, kata Kepala Kantor Wilayah Bali Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Ida Bagus Adnyana. "Corby menandatangani sebuah dokumen untuk mengakhiri pembebasan bersyaratnya. Dia sekarang bebas penuh," katanya.
Kembali ke Australia, Corby berhasil menghindari kerumunan pekerja media yang menunggu dan keluar dari pintu yang dirahasiakan. Seorang anggota tim keamanannya, Eleanor Whitman, atas nama keluarga membacakan sebuah pernyataan yang sudah disiapkan kepada wartawan.
"Kepada semua warga di Australia dan di Bali yang telah mengiringi selama perjalanan yang sulit ini, dukungan Anda tidak luput dari perhatiankami," kata pernyataan tersebut. "Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada para pendukung Schapelle. Prioritas saat ini adalah fokus pada pemulihan dan melanjutkan kehidupan seperti biasa."
Schapelle Corby ditangkap tahun 2004 pada usia 27 tahun, setelah petugas bea cukai di bandara Bali menemukan lebih dari 4 kilogram ganja dalam tasnya. Dia kemudian divonis 20 tahun penjara. Namun hukumannya dikurangi lewat serangkaian remisi dan permohonan grasi kepada presiden Indonesia. Setelah menjalani hukuman penjara selama sembilan tahun, Corby dikeluarkan dari tahanan tahun 2014 dengan persyaratan dia masih harus tetap berada di Bali selama tiga tahun dan wajib melapor.
Hingga dibebaskan, Schapelle Corby tetap bersikeras bahwa narkotika tersebut dimasukkan seseorang ke dalam tasnya tanpa sepengetahuannya. Pengadilan terhadap Corby mendapat perhatian luas media dan hampir menimbulkan ketegangan diplomatik antara Indonesia dan Australia. Media-media di Indonesia menjuluknya sebagai "Ganja Queen". Pengadilan menolak klaim Corby bahwa dia tidak tahu menahu tentang narkotika yang ada dalam tasnya dan menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara.
Pada tahun 2014, setelah sembilan tahun dalam penjara, dia dibebaskan namun harus tinggal di Bali sampai pembebasan bersyaratnya berakhir tiga tahun kemudian. Hari Sabtu lalu (27/5) adalah batas waktu tiga tahun itu. Schapelle Corby yang kini berusia 39 tahun langsung dideportasi oleh pihak imigrasi.
Saat tiba di Brisbane Minggu pagi, Corby dan kakaknya, Mercedes, berhasil mengecoh wartawan dengan menggunakan sejumlah kendaraan yang membuat para jurnalis di bandara kebingungan.
Rehabilitasi Narkoba Paling Aneh di Dunia
Menidurkan pasien rehabilitasi dalam koma alias tidur panjang bukan metode yang lazim digunakan untuk mengurangi efek obat bius. Namun cara itu bukan yang paling aneh. Berikut metode rehabilitasi paling ajaib di dunia.
Foto: picture alliance/AP Photo/R.Gul
Bebas Narkoba Cara Bhiksu
Di kuil Thamkrabok di dekat Phra Putthabat di Thailand, pecandu narkoba melakukan ritual keagamaan sembari menjalani detoksifikasi dengan cara Buddha. Program rehabilitasi yang ditawarkan para Bhiksu ini menjanjikan penyembuan mental dan fisik melalui pendekatan ritual dan spiritual.
Foto: N.Asfouri/AFP/Getty Images
Muntah lalu Terbebaskan
Semua peserta harus menjalani program rehabilitasi setidaknya selama 10 hari. Mereka juga bisa tinggal lebih lama jika mau. Program yang ditawarkan antara lain melibatkan ramuan herbal yang membuat pecandu muntah-muntah. Mereka juga dipaksa berjanji tidak akan menyentuh obat-obatan terlarang lagi ketika menyelesaikan rehabilitasi.
Foto: Getty Images/Paula Bronstein
Bersih di Ketinggian
Ratusan pecandu narkoba menyambangi Pusat Penyembuhan Ayahuasca di Peru setiap tahun untuk mendapat terapi halusinogen alami. Suku setempat meyakini Ayahuasca mampu menyembuhkan mental dan fisik, serta mempromosikan spiritualitas. Namun organisasi doktor di Amerika Serikat mewanti-wanti metode ini bisa menyebabkan diare, gangguan mata hingga kematian. Ayahuasca kini dilarang di beberapa negara
Foto: picture-alliance/dpa/V.Donev
Lewat Spiritualitas Mengalahkan Kecanduan
Pusat rehabilitas di Rio de Janeiro, Brasil ini menawarkan pendekatan spiritual. Para pecandu narkoba dikumpulkan di luar penginapan setiap pagi untuk berdoa, sembari meneriakkan "Tuhan maha Besar!". Semua peserta rehabilitasi mendapat akomodasi di sebelah gereja protestan, Love of God.
Foto: picture-alliance/AP/ F.Dana
Rantai dan Borgol
Ketika spiritualitas tidak lagi membantu, Amanullah, pecandu narkoba di pusat rehabilitasi di Jalalabad, Afghanistan ini ditahan dengan rantai dan borgol. Penduduk Jalalabad meyakini, pecandu obat-obatan terlarang dirasuki oleh roh dan cuma bisa disembuhkan dengan cara dioborgol. Pasien rehabilitasi hidup dengan diet ketat, yakni air putih, merica hitam dan roti.
Foto: picture alliance/AP Photo/R.Gul
Bantuan dari Atas
Penduduk Afghanistan meyakini mereka yang dirantai di dalam kuil akan mendapat bantuan dari Mir Ali Baba, sosok yang menjadi patron di kuil tersebut. Keyakinan semacam ini tidak cuma ada di Afghanistan, tapi juga di banyak negara lain. Dalam banyak kasus pecandu narkoba dihukum atau malah dibunuh.
Foto: picture alliance/AP Photo/R.Gul
Mendarat di Kamp Kerja
Menjadi pecandu narkoba di Cina tidak mudah. Jika ketahuan, mereka bisa dipaksa menjalani rehabilitasi atau malah dipenjara. Selain itu Cina juga mendirikan kamp kerja untuk para pecandu. Dalam gambar tampak pasien rehabilitasi di sebuah kamp kerja di Lanzhou, provinsi Gansu. Organisasi HAM mencurigai Cina memanfaatkan fasilitas rehabilitasi untuk menyembunyikan kamp kerja paksa.
Foto: picture-alliance/dpa/Shenglian
Tidur Panjang
Salah satu metode rehabilitasi yang paling ekstrim adalah terapi koma. Dikembangkan oleh seorang dokter di Kirgistan, pasien mendapat suntikan yang menempatkan mereka dalam kondisi koma selama beberapa jam. Sang dokter percaya ketika pasien terbangun, mereka lantas terbebas dari kecanduan narkoba. Pakar mengecam praktik ini karena dianggap berbahaya dan tidak melalui proses uji coba klinis.
Foto: picture alliance/Robert Harding World Imagery
Bertabur Kemewahan
Selebriti sebaliknya cendrung memilih fasilitas mewah untuk mengobati kecanduan. Salah satu yang paling tersohor adalah Betty Ford Clinic di Amerika Serikat. Pete Doherty (gambar) adalah salah satu selebriti yang berulangkali berobat ke klinik tersebut. Betty Ford Clinic menyediakan fasilitas mewah layaknya hotel berbintang lima.
Foto: picture-alliance/dpa/A.Rain
Tanpa Terapi
Sebagian besar pecandu narkoba di seluruh dunia tidak mampu membiayai rehabilitasi. Menurut suvery di Amerika Serikat saja, cuma 10,4 persen pecandu yang menjalani terapi medis. Sementara jumlah di negara-negara miskin dan berkembang lebih besar lagi.