1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Ratusan Orang Terluka Akibat Tabrakan LRT di Malaysia

25 Mei 2021

Lebih dari 210 orang terluka ketika dua kereta LRT bertabrakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada Senin (24/05). Kecelakaan terjadi di terowongan bawah tanah Stasiun KLCC - KJ 10 pukul 20.45 waktu setempat.

Korban tabrakan LRT
Beberapa penumpang terguncang akibat tabrakan dua kereta LRT pada Senin (24/05)Foto: Hazim Mohammad/BERNAMA/dpa/picture alliance

Dua kereta Light Rail Transit (LRT) rute Kelana Jaya bertabrakan di terowongan bawah tanah Stasiun KLCC - KJ 10, Jalan Ampang, Kuala Lumpur, Malaysia, pada Senin (24/05). Petugas melaporkan 213 orang terluka. Namun, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.

Melalui akun Twitter, Menteri Wilayah Federal Annuar Musa mencuitkan tiga penumpang dalam kondisi kritis dan telah diintubasi. Lebih dari 40 orang mengalami luka serius dan 160 lainnya mengalami luka ringan.

Petugas penyelamat membantu penumpang yang terluka di stasiun KLCC, setelah dua kereta Light Rail Transit (LRT) bertabrakan pada Senin (24/05)Foto: Amirul Azmi/BERNAMA/dpa/picture alliance

Salah satu penumpang, Afiq Luqman Mohamad Baharudin mengatakan kepada kantor berita nasional Bernama bahwa banyak orang terlempar dari kursi atau jatuh ke lantai. Dia menjelaskan kereta berhenti selama 15 menit sebelum kecelakaan itu terjadi.

"Kami baru bergerak beberapa detik saat kecelakaan itu terjadi dan dampaknya sangat kuat sehingga saya menderita luka di kepala, kaki kiri, dan dada saya," katanya.

Perdana Menteri Muhyiddin Yassin telah memerintahkan penyelidikan atas kecelakaan itu dan meminta agar mereka yang terluka dirawat di rumah sakit untuk "mendapatkan perawatan komprehensif."

Kronologi tabrakan dua kereta

Menteri Transportasi Malaysia Wee K Siong mengatakan bahwa kereta metro yang membawa ratusan penumpang bertabrakan dengan kereta kosong yang sedang dalam uji coba di terowongan dekat Menara Petronas.

"Satu gerbong melaju dengan kecepatan 20 kilometer per jam (12,4 mph) dan lainnya dengan kecepatan sekitar 40 kilometer per jam (24,8 mph) saat tabrakan terjadi. Ini menyebabkan guncangan signifikan yang membuat beberapa penumpang keluar dari tempat duduk mereka," katanya.

Insiden itu disebutnya merupakan kecelakaan besar pertama sejak sistem kereta ringan LRT mulai beroperasi pada 1998, sebelumnya ada beberapa kecelakaan yang lebih ringan seperti gerbong tergelincir.

Kemungkinan miskomunikasi

Polisi mencurigai adanya miskomunikasi dari pusat kendali operasi kereta. Gerbong kosong tersebut memiliki sopir sedangkan kereta dengan penumpang sepenuhnya otomatis dan dikendalikan oleh pusat operasi.

Kecelakaan itu memengaruhi salah satu dari tiga jalur kereta ringan yang menghubungkan Kuala Lumpur dan pinggiran kota sekitarnya. Prasarana Malaysia Berhad, perusahaan milik pemerintah yang mengatur sistem metro, mengatakan layanan kereta kembali beroperasi pada Selasa (25/05) pagi.

ha/gtp (dpa, AP)