Ratusan Tamu Asal Inggris Kabur dari Karantina Resor Ski
Melissa Sou-Jie Van Brunnersum
28 Desember 2020
Ratusan tamu Inggris yang diperintahkan untuk dikarantina dilaporkan kabur dari resor ski Verbier di Swiss pada Minggu (27/12). Kaburnya mereka diketahui saat makanan yang disiapkan di depan kamar mereka tidak disentuh.
Iklan
Ratusan tamu asal Inggris yang dikarantina terkait adanya varian baru virus corona yang lebih menular telah melarikan diri dari resor ski Verbier, Swiss. Beberapa dari mereka ditemukan berada di negara tetangga Prancis, menurut keterangan pihak berwenang Swiss pada hari Minggu (27/12).
Verbier, desa pegunungan yang terletak di kawasan kota Bagnes di Canton Valais, adalah tempat bermain ski yang populer bagi turis Inggris.
Juru bicara kota Bagnes, Jean-Marc Sandoz, mengatakan pihak berwenang Swiss telah mengidentifikasi 420 tamu dari Inggris yang telah diperintahkan untuk dikarantina sebelum Natal.
Sekitar 50 orang segera melarikan diri, dan dari 370 orang yang tersisa, hanya ditemukan kurang dari 12 orang yang masih bertahan di sana pada hari Minggu (27/12), kata Sandoz, menambahkan bahwa beberapa tamu telah muncul kembali di Prancis.
"Banyak dari mereka tinggal di karantina selama sehari sebelum mereka pergi tanpa pemberitahuan saat hari masih gelap," katanya.
Menurut media lokal, pelaku bisnis perhotelan mulai mencurigai "kepergian diam-diam" mereka karena panggilan ke ruang karantina "berulang kali tidak dijawab" dan makanan yang tersisa di depan kamar "belum disentuh."
"Itu adalah minggu terburuk yang pernah kami alami," kata Sandoz kepada surat kabar Sonntags Zeitung, menyebutnya sebagai "situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya." Dia mengatakan Bagnes merasa ditinggalkan baik oleh pemerintah federal dan daerah.
Aturan Jaga Jarak dan Higiene Saat Pandemi Covid-19, Apakah Ampuh?
Saat pandemi COVID-19, jaga jarak itu penting. Tapi aturan jarak yang ditetapkan, tidak akan dapat mencegah penyebaran virus secara nyata yang amat kompleks. Juga banyak fenomena baru dalam penularan virus corona.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Wüstneck
Harap jaga jarak minimal 1,5 meter
Pandemi Covid-19 memunculkan serangkaian aturan baru. Salah satunya jaga jarak minimal 1,5 meter. Selain itu faktor higiene dan mengenakan masker. Namun, hal itu tidak menjelaskan bagaimana realita penyebaran virus SARS-CoV2 lewat aerosol yang amat rumit. Demikian laporan para peneliti dari Oxford dan London di Inggris serta Cambridge di AS dalam British Medical Journal akhir Agustus lalu.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Büttner
Dari mana asalnya aturan jarak 2 meter?
Pakar kedokteran Jerman Carl Flügge tahun 1897 sarankan agar menjaga jarak 2 meter dari penderita TBC agar tidak tertular. Partikel cairan yang yang mengandung bakteri streptococcus disemburkan saat penderita batuk, masih menular pada jarak 2 meter. Riset lainnya pada tahun 1948 menunjukkan, sekitar 90% bakteri tuberkolosa yang disemburkan saat batuk, tidak sampai mencapai jarak 1,70 meter.
Foto: picture-alliance/dpa/PA/Jordan
Jarak dua meter tidak mencukupi
Riset dari tahun 1948 itu dipublikasikan dalam American Medical Journal. Namun, juga ditunjukkan sekitar 10% bakteri mencapai jarak lebih jauh, hingga 2,90 meter. Foto ilustrasi menunjukkan, warga yang berjemur di bantaran sungai Rhein ikut aturan menjaga jarak berupa lingkaran berdiameter dua meter. Tapi sekarang yang kita hadapi adalah virus SARS-CoV2 bukan bakteri TBC.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Virus menyebar lewat aerosol
Virus lebih kecil dari bakteri, dan mampu mengambang di udara selama beberapa jam dan bisa menyebar dalam ruangan. Karena itu para ahli menyarankan, bukan hanya jaga jarak dua meter sebagai kriteria keamanan. Melainan juga beberapa faktor lainnya: ventilasi ruangan, memakai masker, dan jangan berbicara atau menyanyi terlalu kencang.
Foto: picture-alliance/dpa/Bayerischer Rundfunk
Jangan batuk atau menyanyi
Sejumlah riset teranyar juga menunjukkan, saat batuk atau bersin paket virus bisa tersembur hingga jarak 8 meter. Juga berbicara kencang atau menyanyi, membuat turbulensi aerosol di dalam ruangan. Jika berbicara lirih, seperti di perpustakaan dan orang berada di udara terbuka, jarak antara dua orang bisa jauh lebih dekat.
Foto: Getty Images/AFP/A. McBride
Berapa lama aman berada di dalam ruangan?
Yang juga menentukan untuk mitigasi bahaya, adalah lamanya berada dalam ruangan yang terkontaminasi dan berapa banyak orang berada dalam ruangan. Dari beragam faktor ini, para ahli membuat model seperti lampu pengatur lalu lintas. Yang jelas: di dalam ruangan dengan banyak orang, sebaiknya hanya tinggal sebentar, masukkan udara segar, memakai masker, dan bicara lirih.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Fenomena kontak hanya semenit
Kontak sangat singkat mencukupi untuk terinfeksi virus pemicu COVID-19. Contoh kasus di AS, di mana seorang sipir tertular virus corona dari seorang narapidana, padahal dia hanya kontak beberapa menit saja. Karenanya jawatan kesehatan AS-CDC terapkan aturan baru yang lebih ketat. Definisi kontak erat adalah: jarak di bawah dua meter, minimal 15 menit namun terakumulasi dalam waktu 24 jam. (as/rap)
Foto: picture-alliance/empics
7 foto1 | 7
Orang Swiss 'pahami frustrasi' orang Inggris
Sandoz mengecam keputusan Swiss yang secara tergesa-gesa memberlakukan persyaratan karantina bagi orang-orang yang datang dari Inggris.
Sehari kemudian, otoritas Swiss memerintahkan semua orang yang telah tiba sejak 14 Desember untuk dikarantina secara selama 10 hari sejak tanggal kedatangan mereka.