1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rayuan Merkel Kepada Beruang Kremlin

12 Oktober 2006

Di Dresden, Presiden Rusia, Vladimir Putin memulai lawatannya di Jerman. Pertemuan antara Putin dengan Kanselir Jerman Angela Merkel membuahkan hubungan kerja sama yang semakin erat.

Angela Merkel dan Vladimir Putin
Angela Merkel dan Vladimir PutinFoto: picture-alliance/dpa

Tak hanya itu, Putin juga mengeluarkan pernyataan seputar pembunuhan terhadap wartawan Rusia, Anna Politkovskaya. Tak Pelak, isu hangat ini memenuhi tajuk hampir seluruh media Jerman. Termasuk diantaranya harian Ostsee-Zeitung yang terbit di Rostock.

"Tema yang menguasai agenda pembicaraan antara sang penguasa Kremlin dengan Angela Merkel hanya menggelayut di permukaan saja. Sementara tema-tema lain seperi pembunuhan Anna Politkovskaya, tentang pelanggaran HAM di negeri dengan demokrasi terpimpin ala Putin hanya menyempal di sela-sela pertemuan. Tidak ada yang berilusi, bahwa ketidak-senangan Berlin akan membawa perubahan yang paling kecil sekalipun terhadap politik dalam negeri Moskow. Sebaliknya, kerja-sama perekonomian dengan Rusia meningkat sangat pesat. Rusia bukan lagi hanya sekedar penyuplai gas dan minyak saja. Lebih dari itu, milyuner-milyuner Rusia juga menggelontori perusahaan-perusahaan Jerman dengan modal tambahan. Dan itu bisa menjadi masalah."

Hal senada juga diungkapkan oleh harian Kölner-Stadt-Anzeiger. Dalam tajuknya harian ini menulis:

"Rusia berhasil memperluas pengaruhnya sebagai penyuplai energi terbesar Jerman. Sebenarnya tidak akan ada masalah jika peran semacam itu dimainkan oleh negeri yang demokratis. Akan tetapi kenyataan berbicara lain. Hubungan Rusia terhadap negara-negara tetangganya selalu diwarnai dengan prinsip politik pemerasan ala kremlin. Indikasi untuk menilai sejauh mana kesiapan Putin untuk meninggalkan paradigma kuno semacam itu bergantung kepada kebebasan masyarakat. Dan pertanyaan yang muncul adalah, kapan akhirnya pengusaha yang dihukum Chodorkovsky mendapat kebebasannya kembali?"

Sedangkan harian Jerman lainnya, Rhein-Neckar-Zeitung yang terbit di kota Heidelberg melihat hubungan Rusia-Jerman dalam konteks sejarah.

"Rusia sedang mencari sekutu tererat di dunia barat. Sekutu yang mau mempercayai haluan politik Moskow secara membabi-buta. Sekutu yang dapat menjual demokrasi terpimpin ala Putin bak kacang goreng di Eropa. Sekutu tererat, seperti halnya pendahulu Merkel, mantan Kanselir Gerhard Schröder. Untuk misinya itu, sang penguasa Kremlin mencoba tampil memikat bagi Jerman dengan menawarkan jaminan keamanan pasokan energi. Tawaran yang tidak bermoral? Tentu saja tidak. Jerman membutuhkan jaminan pasokan energi. Merkel setidaknya mengetahui, bahwa ia sedang berhadapan dengan masalah politik yang besar. Di Dresden ia berhasil memaska si beruang kremlin, Putin untuk sedikitnya menyucurkan air mata buaya bagi korban pembunuhan Politkovskaya di hadapan wartawan."

Sementara harian Austria, Die Presse yang mengomentari rumitnya hubungan antara Angela Merkel dan Vladimir Putin.

"Kini Merkel kembali mendemonstrasikan rayuannya kepada Putin. Tidak hanya itu, Merkel pun berhasil menemukan cara untuk menyuarakan ketidak-senangannya terhadap pembunuhan Anna Politkovskaya. Yang penting adalah pesan dari seluruh negara Uni Eropa kepada Putin, bahwa caranya menekan Georgia dan pembunuhan Poltikovskaya sudah melampaui batas kewajaran. Akan tetapi kritik terhadap Moskow akan tetap terdengar setengah hati. Karena Eropa membutuhkan Rusia sebagai pemasok energi dan sebagai partner dalam sejumlah masalah politik, seperti konflik atom Iran. Tentu saja tidak satupun, bahkan Merkel sekalipun ingin membuat sang beruang raksasa marah."