Reaksi Atas Penurunan Suku Bunga Bank Sentral
9 Oktober 2008Sorotan harian-harian internasional masih terarah pada krisis keuangan internasional serta paket penyelamatan perbankan. Selain itu debat televisi calon presiden AS juga menjadi tema komentar harian-harian Eropa.
Harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid dalam tajuknya berkomentar :
Penurunan tingkat suku bunga acuan dan intervensi negara terhadap sistem keuangan, ibaratnya upaya terakhir untuk stabilisasi pasar. Kebijakan ini memang langkah penting. Akan tetapi dalam waktu dekat ini akan kebijakan tsb akan segera terbukti tidaklah mencukupi. Hasil dari kebijakan penurunan sukubunga itu amat mencemaskan.
Juga harian Belanda De Telegraaf yang terbit di Den Haag berkomentar senada :
Kepercayaan di sektor keuangan terus runtuh. Aksi bersama sejumlah bank sentral untuk menurunkan sukubunga acuan, tidak memicu reaksi positiv di bursa. Belum kelihatan krisis keuangan ini akan berakhir. Akan tetapi terdapat secercah harapan, karena sekarang semakin disadari bahwa kerjasama global semakin penting, agar ancaman bahaya yang lebih besar dapat dicegah. Penyelamatan sistem keuangan, saat ini merupakan prioritas, namun setelah itu harus ditarik pelajaran dari krisis tsb.
Harian liberal kiri Inggris The Independent yang terbit di London juga menulis komentar tajam :
Kebijakan penurunan sukubunga acuan secara serempak tidak akan mencukupi, untuk memulihkan kembali pasar keuangan. Memang tindakan ini merupakan pertanda bahwa pemerintahan di seluruh dunia hendak memecahkan krisis dengan menuntaskan penyebab mendasarnya. Akan tetapi diperlukan waktu cukup lama, sampai seluruh aspek keuangan dari masalah tsb dapat dipulihkan kembali. Juga paket penyelamatan perbankan dari AS hanya akan memiliki dampak kecil.
Tema lainnya yang dikomentari harian-harian Eropa adalah debat televisi calon presiden AS, Barack Obama melawan John McCain.
Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma menulis komentar menyangkut peluang kedua calon presiden itu setelah debat televisi yang kedua kalinya :
Barack Obama semakin mencuat gara-gara krisis keuangan. Impiannya semakin mendekati kenyataan, menjadi presiden kulit hitam pertama di AS, di saat sentimen rasisme sedang meningkat lagi di seluruh dunia. Di saat resesi, ketika racun ideologi bernada rasisme dikumandangkan semakin kencang. Amerika Serikat kini melakukan gerakan melawan arus, menentang perkembangan negatif global semacam itu.
Dan terakhir harian konservatif Austria Die Presse yang terbit di Wina berkomentar :
Presiden AS berikutnya tidak perlu dibuat iri. Karena dia harus menghadapi puing-puing dan kondisi centang perenang di semua sektor, yang ditinggalkan presiden George W.Bush yang dinilai gagal. Tapi presiden mendatang juga punya keuntungan. Dia dapat memulai segalanya kembali dari titik nol, dan dapat serta harus melakukan banyak perubahan. Krisis multidimensi yang melanda AS dalam beberapa bulan terakhir ini, semakin membuka mata rakyat, bahwa kini harus dilakukan reformasi secara mendasar di negaranya.