1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi Keras Korut Terhadap Keputusan DK PBB

14 April 2009

Hari Selasa (14/04) Kementrian Luar Negeri Korea Utara memprotes keras pernyataan Dewan Keamanan PBB yang berisi kecaman atas peluncuran roket jarak jauh negara itu 5 April yang lalu.

Ketua DK PBB Claude HellerFoto: AP

Pemerintah di Pyongyang mengancam akan kembali melaksanakan program atomnya dan memboikot perundingan internasional.

Dewan Keamanan PBB dengan sengaja meremehkan kedaulatan Korea Utara. Begitulah reaksi yang dilontarkan negara itu, menanggapi kecaman DK atas peluncuran roket jarak jauhnya. Kementrian Luar Negeri di Pyongyang menyatakan, tidak ada pilihan lain bagi Korea Utara kecuali meneruskan perluasan program senjata nuklirnya dan juga mengaktifkan kembali reaktor Yongbyon yang sebenarnya sudah dinonaktifkan. Korut mengaku menembakkan roket ke orbit bumi untuk mengangkut satelit, namun masyarakat internasional menduga, itu adalah uji coba roket. Jadi, jelas melanggar resolusi PBB yang dikeluarkan terkait program atom Korea Utara.

DK PBB rumuskan pernyataan pencelaan Korut, 13.04.09Foto: AP

Sebelum Korea Utara mengeluarkan ancaman untuk melanjutkan program nuklirnya, DK PBB berharap, dialog dengan Korut dapat dilanjutkan. Claude Heller, duta besar Mexiko untuk PBB yang kini menjabat sebagai Ketua DK mengungkapkan di New York:

"Sangatlah penting untuk melihat bahwa pernyataan DK juga menengok ke depan dan menyerukan agar pembicaraan enam negara dibuka kembali. Ini merupakan bentuk yang sepadan untuk mencapai penyelesaian damai bagi proses denuklirisasi di Semenanjung Korea."

Reaksi keras Pyongyang sudah diduga

Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyambut baik pesan yang jelas dari DK PBB. Dikatakannya, langkah Pyongyang tidak dapat dibenarkan dan akan membawa konsekuensi. Masyarakat internasional telah sepakat dalam tuntutannya agar Korea Utara menghentikan program pembuatan senjata pemusnah massal. Demikian dikemukakan juru bicara Presiden Obama, Robert Gibbs.

Pakar Korea Utara dari Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik di Berlin, Dr. Markus Tidten mengatakan bahwa reaksi dari Pyongyang itu memang sudah diduga sebelumnya:

"Korea Utara bereaksi cepat karena sejak semula mereka menegaskan, bahwa setiap campur tangan DK dalam masalah itu dianggap sebagai pernyataan perang dan mereka akan memberikan reaksi kilat. Sudah diduga bahwa mereka mengatakan, ingin menghentikan pembicaraan enam negara dan tidak bersedia lagi bekerja sama."

Cina dan Rusia serukan semua pihak agar menahan diri

Sementara itu, Cina dan Rusia mengingatkan agar semua pihak tetap berkepala dingin. Duta besar Cina untuk PBB, Zhang Yesui mengutarakan di New York bahwa sekarang ini merupakan saat yang sangat peka:

"Yang penting, semua pihak yang bersangkutan bersikap tenang dan menahan diri demi perdamaian dan stabilitas di Asia timur laut. Bukan hanya bagi negara-negara di kawasan itu, melainkan juga bagi kepentingan masyarakat internasional."

Aksi protes Korsel atas peluncuran roket KorutFoto: AP

Pengamat: Korut ingin posisi perundingan yang lebih baik

Kementrian Luar Negeri Rusia menyesalkan reaksi Pyongyang terhadap pernyataan DK PBB. Menlu Rusia Sergej Lavrov mengimbau semua pihak agar tetap berpegang pada proses pengurangan senjata. Perundingan enam negara mengenai program atom Korut dimulai tahun 2003. Keenam negara tersebut adalah kedua negara Korea, Cina, Jepang, Rusia dan AS. Februari 2007 Korut menyatakan bersedia untuk menghentikan program atomnya. Dan untuk imbalannya dilakukan sejumlah kompromi dan pemberian bantuan, antara lain dalam sektor energi.

Sejumlah pengamat melihat pernyataan Korea Utara itu sebagai ancaman kosong agar dapat memperoleh posisi perundingan yang lebih baik. Korut tidak mungkin selamanya memboikot perundingan enam negara, karena akan menimbulkan isolasi yang lebih parah. Demikian menurut Profesor Yoo Ho Yeol dari Universitas Korea di Seoul.

(cs/AP/371,rd/au-kü/gü)

Editor: Dewi Gunawan