1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

200609 Obama Iran

20 Juni 2009

Presiden AS Barack Obama menanggapi pidato pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khamenei, Jumat (17/06). Obama menyatakan kuatir dan sekaligus mengkritik petinggi Iran.

Foto: picture-alliance/ dpa / DW-Montage

Presiden AS Barack Obama tetap berhati-hati dalam pernyataannya. Tapi, dari ungkapan Obama untuk pertama kalinya terselip serangan tidak langsung terhadap petinggi Iran. Dalam wawancara di televisi presiden AS Barack Obama mengatakan:

"Saya sangat kuatir mendengar isi dan nada sejumlah pernyataan. Pemimpin di Iran harus menyadari bahwa mata dunia tertuju pada mereka. Termasuk cara mereka menghadapi rakyat yang berupaya menyuarakan pendapatnya dengan cara damai. Saya kira, ini mengirimkan isyarat jelas kepada dunia internasional mengenai Iran yang sesungguhnya. Kami menghargai kedaulatan Iran. Dan kami menghargai fakta bahwa rakyat Iranlah yang harus mengambil keputusan ini. Saya yakin, pada akhirnya rakyat Iran akan mendapatkan keadilan."

Pernyataan Obama ini merujuk pada kata-kata Ayatullah Ali Khamenei yang disampaikan dalam pidatonya saat sholat Jumat (19/06) di Teheran. Pernyataan Obama lebih keras daripada reaksi-reaksi sebelumnya. Meski, nadanya tak sepedas sebagian pemimpin Eropa. Dalam pertemuan kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa di Brussel, Jumat (19/06) kemarin, para petinggi Eropa mengecam kekerasan terhadap para pengunjuk rasa pasca pemilihan presiden di Iran. Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengatakan:

"Mata seluruh dunia tertuju ke Iran, menyoroti pidato yang disampaikan hari ini, tapi juga apa yang tengah terjadi di Iran, apa yang berlangsung dalam pekan-pekan belakangan ini. Rakyat Iran berhak menentukan masa depannya melalui pemilu, tapi kami setuju dengan sejumlah pihak, termasuk seluruh Uni Eropa yang hari ini dengan suara bulat mengecam keras penggunaan kekerasan, sensor media dan penindasan para tahanan politik yang tidak bebas mengungkapkan pandangannya di Iran."

Sementara itu, dari Gedung Putih tedengar, Presiden AS Barack Obama akan menyampaikan pernyataan lebih tegas, bila pemimpin Iran, sesuai dengan ancamannya, menindak keras aksi protes pengunjuk rasa hari Sabtu (20/06) ini. Salah satu alasan mengapa Amerika Serikat selama ini menahan diri adalah pandangan bahwa dukungan terlalu luas bagi para demonstran justru kontraproduktif. Alasannya, para demonstran bisa dipandang sebagai boneka Amerika Sertikat belaka. Ini juga ditegaskan Obama dalam pidatonya.

"Saya tidak ingin Amerika Serikat menjadi sasaran pihak-pihak di Iran yang ingin merancukan perdebatan ini dan memfokuskannya pada keterlibatan Amerika Serikat. Itulah yang mereka lakukan, dan kita tak seharusnya memberi mereka peluang untuk itu. Perhatian tidak boleh beralih dari fakta bahwa ini adalah upaya rakyat Iran agar suara mereka didengar."

Sikap hati-hati Obama ini mengundang kritik, terutama dari kubu kaum Republik. Bahkan, belakangan suara-suara tak puas juga terdengar dari dalam partai Obama. Jumat sore waktu setempat, Kongres Amerika Serikat dengan suara mayoritas meluncurkan resolusi yang mengecam kekerasan terhadap para demonstran, pelanggaran kebebasan pers dan kebebasan berpendapat di Iran.

Sejumlah pengamat di Washington menilai ini merupakan pembagian tugas. Di satu pihak, Amerika Serikat melalui Kongres mengambil sikap tegas menyoal Iran. Sementara presiden AS tetap berpegang pada sikap hati-hatinya sehingga tidak menutup peluang untuk berdialog dengan petinggi Iran - misalnya dalam hal program atom Iran atau isu-isu terorisme.

Walau perlu disebutkan juga bahwa Obama mendapat dukungan lintas partai dari seorang pakar ternama. Bekas menteri luar negeri AS dari Partai Republik Henry Kissinger menegaskan: tindakan Obama sudah tepat.

Sabine Müller/CNN/Ziphora Robina
Editor: Edith Koeseomawiria