Regulator UE Setujui Penggunaan Tiga Obat untuk COVID-19
17 Desember 2021
Otoritas obat-obatan Uni Eropa, EMA, telah menyetujui obat Xevudy dan Kineret, serta mendukung pil COVID-19 Pfizer untuk penggunaan darurat. Komisi Eropa akan membuat keputusan untuk tiga jenis perawatan tersebut.
Iklan
Regulator obat-obatan Uni Eropa, European Medicines Agency (EMA), pada hari Kamis (16/12) mengesahkan penggunaan dua perawatan baru untuk COVID-19 dan menyetujui penggunaan darurat obat ketiga.
Apa yang kita ketahui tentang obat COVID-19?
Obat antibodi monoklonal Xevudy (sotrovimab), yang dikembangkan bersama oleh raksasa farmasi Inggris GlaxoSmithKline dan perusahaan Amerika Serikat Vir Biotechnology, "secara signifikan mengurangi jumlah rawat inap dan kematian pada pasien dengan satu kondisi tertentu," kata EMA dalam sebuah pernyataan, mengutip penelitiannya.
Perawatan dengan menggunakan antibodi monoklonal adalah protein yang dibuat di laboratorium yang meniru reaksi tubuh terhadap infeksi. Xevudy adalah obat antibodi monoklonal ketiga yang disetujui oleh EMA.
Kineret (anakinra), diproduksi oleh Swedish Orphan Biovitrum yang berbasis di Stockholm, dapat "mengurangi kerusakan saluran napas bagian bawah, mencegah perkembangan gagal napas yang parah," kata EMA dalam siaran pers terpisah.
EMA juga mengizinkan pil COVID-19 Pfizer untuk penggunaan darurat, dengan mengatakan obat itu "dapat digunakan untuk mengobati orang dewasa yang terinfeksi COVID-19 yang tidak memerlukan oksigen tambahan dan yang meningkatkan risiko berkembang menjadi penyakit parah."
Pil, yang dikenal sebagai Paxlovid, masih perlu ditinjau sepenuhnya oleh EMA. "Paxlovid harus diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis COVID-19 dan dalam waktu lima hari sejak dimulainya gejala," kata badan tersebut tentang pil buatan Pfizer.
Persetujuan akhir untuk ketiga obat tersebut diserahkan kepada Komisi Eropa. Sejauh ini Uni Eropa telah mengizinkan enam perawatan COVID-19.
Jerman Terjebak dalam Gelombang Keempat COVID-19
Setidaknya 100.000 orang di Jerman kini telah meninggal karena COVID-19. Ketika pandemi berlanjut, tingkat infeksi naik lebih tinggi dari sebelumnya. Sementara vaksinasi kini melambat karena penolakan sebagian warga.
Foto: Jan Woitas/dpa/picture alliance
Angka tragis
Seorang pria di kuburan di Bonn berduka atas istrinya yang telah meninggal - salah satu dari 100.000 orang di Jerman yang telah meninggal karena COVID-19. Selama beberapa minggu terakhir, jumlah mereka yang meninggal karena COVID atau terkait dengan corona meningkat setiap hari.
Foto: Ute Grabowsky/photothek/imago images
Peringatan terakhir
Pengurus pemakaman telah kewalahan, dengan peti mati berbaris di sini di depan oven krematorium. Di salah satu tutupnya, kata "Corona" telah ditulis dengan kapur — peringatan bagi orang-orang yang bekerja di sana. Orang lanjut usia dan yang tidak divaksinasi yangaling berisiko meninggal karena virus, tetapi makin banyak orang yang terinfeksi walaupun sudah divaksin.
Foto: Robert Michael/dpa/picture alliance
Situasi mencemaskan bagi manula...
Dalam beberapa minggu terakhir, ada banyak kasus infeksi COVID-19 di panti jompo dan komunitas pensiunan dan kasus yang meninggal. Inilah salah satu alasan mengapa pemerintah Jerman mempertimbangkan vaksinasi wajib bagi petugas kesehatan. Italia, Prancis, dan Yunani telah melakukan langkah tersebut, dan Austria akan segera mengikutinya.
Foto: Jens Kalaene/dpa/picture alliance
...dan bagi yang muda
Tes Covid-19 di taman kanak-kanak dan sekolah menjadi rutinitas bagi anak-anak. Tidak ada kelompok populasi lain yang diuji secara teratur dan ekstensif untuk COVID-19. Namun angka infeksi pada anak berusia 5 hingga 14 tahun juga naik tiga kali di atas rata-rata. Dalam upaya untuk membendung laju infeksi, Badan Obat Eropa pada 25 November menyetujui vaksin BioNTech-Pfizer untuk kelompok usia ini.
Foto: Christian Charisius/dpa/picture alliance
Unit perawatan intensif penuh
Seorang dokter merawat pasien COVID-19 di unit perawatan intensif rumah sakit universitas di Leipzig. Tingkat rawat inap - jumlah orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 - belum mencapai tingkat tertinggi sejak Desember lalu, tetapi staf kesehatan sudah membunyikan alarm dan memperingatkan bahwa rumah sakit kewalahan.
Foto: Jan Woitas/dpa/picture alliance
Lebih lama tinggal
Seorang pasien COVID-19 dengan jalur akses vena dan trakeostomi duduk di unit perawatan intensif rumah sakit. Menggunakan tingkat rawat inap sebagai nilai kejadian kontroversial: Juga banyak pasien COVID yang lebih muda. Mereka menghabiskan lebih lama dalam perawatan intensif, yang berarti kapasitas tempat tidur juga terisi untuk waktu lama.
Foto: Robert Michael/dpa/picture alliance
Virus di sepanjang perjalanan
Sejak minggu lalu, aturan baru telah diterapkan di kereta api, trem, dan bus, seperti di Hamburg ini. Hanya mereka yang telah divaksinasi, dites negatif, atau baru saja pulih dari infeksi yang dapat menggunakan transportasi umum. Penggunaan masker tetap wajib.
Foto: Eibner/imago images
Rumahku adalah kantorku
Siapa pun yang tidak benar-benar harus pergi ke tempat kerja harus bekerja dari rumah. Persyaratan bekerja dari rumah sebelumnya sudah dicabut, namun kini diberlakukan lagi. Dengan tingkat infeksi yang meningkat, pengurangan kontak menjadi prioritas. (rs/hp)
Foto: Imago/S. Midzor
8 foto1 | 8
Otorisasi di tengah kekhawatiran Omicron
Otorisasi keluar ketika UE bersiap untuk kemungkinan lonjakan kasus dari varian Omicron yang baru ditemukan. Xevudy telah diyakini efektif melawan semua mutasi Omicron, menurut penelitian, dengan Paxlovid juga diharapkan tahan terhadap varian tersebut.
Sementara itu, Prancis pada Kamis (16/12) membatasi kedatangan dari Inggris dan memperketat kontrol perjalanan dari negara-negara Uni Eropa lainnya karena kekhawatiran Omicron.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) mengatakan pada awal pekan ini bahwa "tindakan tegas" diperlukan untuk mengatasi penyebaran varian Omicron dan menyebut vaksin saja tidak cukup untuk mengatasi wabah.