Reichskristallnacht, Salah Satu Peristiwa Terkejam di Jerman
Sarah Judith Hofmann8 November 2022
Tanggal 9 November 1938 malam, sinagog, toko, apartemen milik Yahudi di seluruh Jerman dihancurkan. Di malam yang dikenal sebagai Reichskristallnacht, kaum Yahudi di Jerman mengalami penghinaan dan disiksa secara brutal.
Iklan
"Saya masih ingat kejadian pada pagi hari 10 November," kata Michael W. Blumenthal. "Ayah saya ditangkap di pagi hari dan kemudian, diiringi kecemasan ibuku, saya berjalan di jalanan. Di Kurfürstendamm, saya melihat jendela-jendela yang dilempari, asap mengepul dari sisa puing bekas sinagog yang terbakar.“
Blumenthal saat itu baru berusia 12 tahun. 75 tahun kemudian ia kembali ke Berlin dan duduk sebagai Direktur Museum Yahudi.
Dihina dan dipukuli
Pada malam tanggal 9 November terjadi kerusuhan yang mengerikan, terutama bagi orang-orang Yahudi di seluruh Jerman dan Austria. Ratusan rumah ibadah dijarah, dirusak dan dibakar. peristiwa itu dikenal dengan sebutan "Reichskristallnacht".
Orang dipermalukan di jalan, dipukuli , juga dibunuh - hanya karena mereka adalah orang Yahudi. Polisi menyaksikan petugas pemadam kebakaran bukannya memadamkan rumah-rumah ibadah dan kantor-kantor bisnis Yahudi, tetapi hanya rumah-rumah sekitarnya.
Pada tanggal 10 November sekitar 30 ribu warga Yahudi yang ditangkap dibawa ke kamp konsentrasi Dachau, Buchenwald dan Sachsenhausen. Termasuk ayah dari Michael W. Blumenthal.
"Saya masih ingat kata-kata ibuku ketika ia dibawa pergi oleh dua orang polisi. Apa yang terjadi ? Apa yang Anda lakukan? Apa yang dilakukannya? " Bahkan sebagai anak berusia dua belas tahun, saya dapat merasakan kecemasan yang menyelimuti orang dewasa, dalam hal ini ibu saya."
Auschwitz - Menengok Kekejaman Sebuah Kamp
Kamp konsentrasi Auschwitz berhasil dibebaskan pasukan Soviet, 27 Januari 1945. Sejak tahun 1996, tanggal ini dijadikan sebagai hari peringatan bagi para korban kekejaman Nationalsozialismus (Nazi).
Foto: AP
Pembebasan
75 tahun lalu, Tentara Merah berhasil membebaskan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz-Birkenau. Antara tahun 1940-1945, lebih dari satu juta orang, kebanyakan warga Yahudi, tewas dibunuh di kamp ini. Ketika tentara Soviet membebaskan kamp, mereka hanya menemukan sekitar 7000 orang yang selamat. Tampak dalam foto yang diambil Januari 1945, tiga orang penghuni kamp yang berhasil selamat.
Foto: AP
Hampir Mati Kelaparan
10 hari sebelum Tentara Merah membebaskan kamp ini, Nazi menggiring sekitar 60 ribu tawanan, dengan apa yang disebut Todesmarsch atau Mars Kematian, ke kamp lain. Mereka yang tinggal di kamp adalah para tahanan yang kondisinya telah lemah akibat kelaparan.
Foto: AP
Tahanan Anak
Nazi menahan sekitar 232 ribu anak-anak di Auschwitz-Birkenau. Kebanyak dari mereka adalah anak-anak keturunan Yahudi. Selain itu terdapat juga anak-anak Roma, anak-anak yang dikirim dari Polandia, Rusia dan Ukraina. Saat ini, masih hidup sekitar 300 anak dari 2000 anak yang berhasil diselamatkan 70 tahun lalu.
Foto: AP
Sinisme Nazi
"Arbeit macht frei“ atau terjemahan harfiahnya "Kerja Dapat Membebaskan“, semboyan yang terpampang di depan gerbang utama kamp konsentrasi Auschwitz I. Tahun 2009, plang tulisan asli di gerbang ini telah dicuri, dan diganti dengan satu replika. Plang asli yang berhasil ditemukan kembali kini disimpan di museum.
Foto: AP
Holocaust
Auschwitz-Birkenau merupakan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan terbesar yang dibangun Nazi. Dan kamp ini merupakan satu-satunya yang berhasil dipertahankan kondisinya sesuai dengan kondisi ketika kamp ini dibebaskan tahun 1945 – atau seperti tampak dalam foto yang dibuat tahun 1946.
Foto: AP
Tugu Peringatan Asli
Untuk mempertahankan kamp ini sebagai tugu peringatan, Polandia telah membentuk satu yayasan. Jerman telah menjanjikan 120 juta Euro dana yang dibutuhkan, sehingga pekerjaan pemeliharaan dapat terus dilaksanakan dalam tahun-tahun mendatang. Foto yang diambil tahun 1958 memperlihatkan gudang penyimpanan di balik pagar listrik tegangan tinggi
Foto: AP
Pembunuh
Salah satu dari 116 foto langka para petinggi Nazi di Auschwitz ini diambil pada tahun 1944. Richard Bär, yang sejak Mei 1944 memegang komando tertinggi di Auschwitz, di sebelahnya, Dr. Josef Mengele, komandan di Birkenau, Josef Kramer (tertutup wajahnya), serta mantan komandan Auschwitz Rudolf Höß. Pria paling kanan tidak diketahui identitasnya.
Foto: AP
Fotografer
Wilhelm Brasse berusia 25 tahun ketika tiba sebagai tahanan politik di Auschwitz. Atas perintah SS, ia membuat foto dari sekitar 40 ribu tahanan. Ia pun diharuskan mendokumentasikan eksperimen medis brutal yang dilakukan Dr. Mengele. Akibat trauma, setelah perang berakhir, tidak pernah sekalipun menyentuh kamera lagi. Kisah Brasse diabadikan dalam satu film Polandia berjudul "Potrecista“.
Foto: dpa
Seleksi
Foto dari tahun 1944 yang kini tersimpan di Museum Yad Varshem ini memperlihatkan para perempuan dan anak-anak, yang dipisahkan dari kelompok laki-laki. Mereka sedang menjalani psores ‚penyeleksian, ketika tiba di Auschwitz-Birkenau.
Foto: AP
Kerja Rodi
Mereka yang lolos dari 'seleksi’ diharuskan melakukan kerja yang berat. Tampak dalam foto, para perempuan yang lolos seleksi berdiri dalam antrian untuk menerima perintah kerja.
Foto: AP
Barak Perempuan
Kelaparan dan kedinginan merupakan keseharian yang harus dijalani para perempuan penghuni kamp di Birkenau. Mereka ditempatkan dalam barak terpisah di lokasi kamp.
Foto: dpa
Warisan Holocaust
Di area kamp Auschwitz seluas hampir 200 hektar terdapat 300 barak tahanan. Banyak bagian dari kamp konsentrasi Auschwitz yang sampai sekarang tetap terpelihara keasliannya dan dijadikan sebagai tugu peringatan serta museum kekejaman Holocaust. Museum ini juga dijadikan pusat penelitian Holocaust.
Foto: dpa
Krematorium
Auschwitz-Birkenau memiliki enam kamar gas serta empat krematorium. Rasa kengerian masih dapat dirasakan para pengunjung ketika melihat bekas oven pembakaran jenazah ini. Banyak tahanan dari seluruh Eropa dibunuh pada hari kedatangan mereka dan jenazah mereka dibakar di tempat ini.
Foto: AP
Rencana Pemusnahan
Salinan asli dari rencana pembangunan kamp konsetrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz tahun 1941 dan 1942. Salinan asli ini kini disimpan di Museum Holocaust Yad Vaschem di Yerusalem. Dalam salinan ini digambarkan berapa besar dan di mana saja akan dibangun kamar gas dan oven pembakaran korban. Salinan ini ditemukan pada tahun 2008 di sebuah apartemen di Berlin.
Foto: AP
14 foto1 | 14
9 November 1938
Kekerasan fisik dan intimidasi terjadi di Jerman sejak bangkitnya Nazi pada tahun 1933. Dengan undang-undang Nürnberg tahun 1935, kegiatan mereka di ruang publik dibatasi. Banyak yang kehilangan mata pencarian.
"Penting untuk memahami bahwa November 1938 merupakan titik balik dalam sejarah," kata sejarawan Raphael Gross.
Peristiwa di bulan November 1938 itu dipicu oleh kemarahan orang-orang akibat pembunuhan diplomat Jerman Ernst vom Rath pada tanggal 7 November di Paris, yang dilakukan oleh seorang remaja Yahudi, Herschel Grynszpan.
Segera setelah radio Jerman melaporkan berita tersebut, kerusuhan dengan motif anti-Yahudi menyebar di beberapa kota di Jerman. Dua hari kemudian, Adolf Hitler secara pribadi memberikan perintah.
Dari München, di mana pemimpin Nazi berkumpul untuk perayaan peringatan kudeta Hitler, Menteri Propaganda Joseph Goebbels menyampaikan pidato, memerintahkan penghancuran toko-toko milik warga Yahudi dan pembakaran sinagog.
Ini btidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti Berlin, Köln, Hamburg, Frankfurt, namun juga di di kota-kota kecil dan desa-desa di seluruh Jerman.
Iklan
"Kurfürstendamm tampak seperti medan perang"
Banyak diplomat yang ditempatkan di Jerman melaporkan kejadian itu ke negara asal mereka. "Mereka penuh kebengisan dan menyebut kata-kata seperti "budaya barbarisme,“ kata Hermann Simon. Dari Hamburg ke Innsbruck, dari Köln ke Wroclaw, mantan Direktur Pusat Judaicum itu berhasil mengumpulkan laporan-laporan yang ditulis oleh para diplomat dari 20 negara yang kala itu ditempatkan di Jerman.
Misalnya, laporan duta besar Latvia yang menulis: "Kurfürstendamm tampak seperti medan perang."
Dunia menyaksikan
Tetapi tidak ada tuntutan konkrit atau desakan yang dikirimkan para diplomat itu ke pemerintah negara asal mereka. Sejarawan Raphael Gross mengatakan, “Respon terhadap laporan tersebut relatif rendah." Ditambahkannya, “Pada bulan November 1938 anak-anak mulai dibawa pergi ke Inggris. Ini diurus oleh negara-negara, tapi jumlahnya masih terlalu sedikit.”
Kedutaan Besar Italia menulis pada tanggal 16 November 1938: "Tidak terbayangkan, bahwa 500.000 orang per hari ditembak, dipaksa bunuh diri atau terkunci dalam kamp konsentrasi raksasa."
Keluarga Michael Blumenthal berhasil melarikan diri ke Shanghai, Cina, pada tahun 1938. Itu adalah satu-satunya tempat yang bisa dimasuki pengungsi tanpa visa pada saat itu.