1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialGlobal

Rekayasa Berbasis mRNA Cakrawala Cerah Dunia Medis

Veronika Simon
10 Maret 2023

Sekarang ini mRNA jadi basis sejumlah vaksin baru yang dikembangkan dengan cepat, untuk melawan pandemi Covid-19. Teknologi berbasis mRNA diyakini akan membuka cakrawala baru terapi beragam penyakit di masa depan.

Ilustrasi DNA manusia
Ilustrasi DNA manusiaFoto: Stanislav Rishnyak/Zoonar/picture alliance

Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, hampir tidak ada yang tahu singkatan mRNA. Tapi kemudian mRNA menjadi basis sejumlah vaksin baru yang dikembangkan dengan cepat. Apa penyebab kesuksesan teknologi mRNA yang sepertinya tiba-tiba muncul? Dan apa keuntungannya di masa depan?

Salah seorang yang sudah meneliti mRNA atau RNA Duta sejak puluhan tahun lalu adalah Matthias Hentze. Dia memimpin Laboratorium Biologi Molekuler di Heidelberg.

Baru sekarang, banyak sekali orang tertarik pada penelitiannya. Hentze mengatakan, sekarang, saat santap malam pun dia kerap ditanya soal mRNA. Sebelum pandemi itu tidak pernah terjadi.

Padahal mRNA punya fungsi sangat penting di dalam tubuh kita, karena mRNA bisa berpindah tempat. Ibaratnya alat transportasi bagi rencana pembangunan.

Rencana ini tersimpan di dalam tubuh kita ibaratnya seperti di dalam "hard disc", yaitu di dalam DNA pada kromosom. Di situlah dia berdiam tanpa tersentuh. Untuk menghasilkan protein, informasi mengenai gen pada DNA harus ditranskripsikan.

mRNA mendapat informasi yang sama, tetapi lebih bisa bergerak, sehingga menjadi sarana transportasinya. mRNA meninggalkan inti sel dan membawa informasi ke ribosom, di mana protein dibentuk.

Di ribosom informasi pada mRNA dibaca. Dengan ciri genetis yang dibawa mRNA, semua protein bisa dibuat. Itu juga diperlukan tubuh dalam hampir semua proses

mRNA yang datang "terlambat"

Para peneliti sendiri cukup lama tidak mempedulikan mRNA. Memang mRNA hampir tidak ada bedanya dengan DNA dari segi kimia, tapi mRNA jauh lebih stabil sehingga lebih mudah dikendalikan.

Matthias Hentze mengatakan, dulu ada hasil penemuan yang jauh lebih menarik tentang DNA, sedangkan RNA baru muncul setelah itu. Tapi RNA yang dulu istilahnya datang "terlambat" sekarang jauh lebih terkenal.

Tapi ada juga orang-orang yang percaya dengan penggunaan mRNA sejak awal. Salah seorangnya, Ingmar Hoerr. Ketika menulis disertasinya di Universitas Tübingen, ia menemukan bahwa dengan mRNA dia bisa membawa segala infomasi ke sel tanpa kemasan apapun. Tapi dulu dia pikir, dia salah perhitungan.

Pendiri CureVacIngmar Hoerr mengatakan, dia kemudian mengulang semua langkah dengan sangat hati-hati. Setiap hal ia berikan keterangan dan ia periksa dengan baik. Tapi hasilnya tetap sama. Ketika itulah ia sadar, ternyata memang begitu. "Ya Tuhan, kalau benar-benar berfungsi dengan RNA tanpa pembungkus apapun, ini sensasi bagi dunia!"

Keuntungan teknologi RNA buat dunia medis

Bersama beberapa rekannya, Ingmar Hoerr kemudian mendirikan perusahaan CureVac. Ia melihat keuntungan besar untuk menggunakan mRNA di dunia medis.

Ingmar Hoerr mengungkap, jika orang sekarang harus mengubah vaksin lain, orang harus mengadakan percobaan dengan hewan lagi. Melihat bagaimana reaksinya dan seterusnya.

"Sedangkan di dalam RNA, orang hanya perlu mengubah sekuens, jadi urutan hurufnya. Jadi orang bisa berbicara dengan tubuh. Itulah visinya." Dan proses pembuatannya sama. Baik RNA untuk memerangi polio, maupun untuk memerangi Corona, cara pembuatannya sama. Demikian dijelaskan Hoerr.

Karena jika peneliti mengenal sekuens gen dari sebuah protein, sekarang mRNA yang bersangkutan bisa dibuat pula. mRNA ini akan dibuat, dikemas dan diinjeksikan ke tubuh. Nantinya itu akan membuat sendiri protein yang diinginkan.

Itu jugalah prinsip vaksin Corona. Di sini, tubuh mendapat kode cara pembuatan "Spike protein" atau protein spike, dan dengannya kemudian melatih sistem kekebalan tubuh.

Perlu trik untuk jinakkan mRNA

Tapi awalnya ada masalah. Karena jika mRNA dengan bebas berlalu-lalang di tubuh, itu tanda ada sesuatu yang asing, sehingga tubuh akan menyalakan alarm.

Tapi Katalin Kariko dan rekannya Drew Weißman berhasil menemukan solusinya. Mereka menggunakan sebuah trik dan mengubah mRNA, sehingga tubuh tidak lagi memeranginya. Menemukan perubahan dengan efek yang tepat adalah uji kesabaran.

Ahli biokimia Katalin Karikó mengungkap, ada lebih dari 100 kemungkinan modifikasi dan timnya menduga, mungkin ada tiga, atau mungkin hanya satu, yang tidak menyulut reaksi terhadap kekebalan tubuh tapi tetap menghasilkan banyak protein. "Dan kami menemukan satu yang tepat", paparnya.

Itulah terobosannya. Sebelum vaksin mRNA bisa dibuat dalam waktu singkat tahun 2020 lalu, dibutuhkan penelitian selama puluhan tahun. 10 tahun lalu, tidak terbayang akan ada pandemi, dan vaksin berbasis mRNA juga tidak bisa dibayangkan eksistensinya. (ml/as)