Remaja Inggris Lawan Dominasi Elitis di Dunia Konservasi
7 Maret 2020Usia Mya-Rose Craig baru saja sembilan hari ketika dia pertama kali mengamati burung lewat teleskop. Tentu saja dia tidak ingat. Tetapi ada sebuah foto yang menunjukkan versi bayi dirinya di Kepulauan Scilly, Inggris, sedang melihat ke arah teleskop.
Tidak mengherankan kalau Mya-Rose sejak kecil telah keranjingan mengamati burung. Ayahnya adalah penggila unggas dan menumbuhkan kecintaan akan hobi ini kepada keluarganya. Pada usia 17 tahun, Mya-Rose saat ini menjadi orang termuda yang telah melihat nyaris separuh jenis burung di dunia yang totalnya mencapai 5.369 jenis.
"Saya selalu merasakan punya hubungan yang sangat kuat dengan burung," ujar Mya-Rose, ada teropong menggantung di lehernya. "Saya pikir, terlebih ketika saya masih kecil, fakta bahwa mereka bisa terbang sangatlah menarik. Dan, anak kecil mana yang tidak bermimpi bisa terbang?"
"Terutama ketika saya masih kecil, saya sangat senang dengan kenyataan bahwa saya tidak harus pergi ke hutan belantara dan memburu burung-burung," katanya. "Kamu cukup keluar rumah dan burung-burung itu ada di taman. Mudahnya akses (untuk mengamati burung) ini sangat menyenangkan bagi saya."
Namun, sebagai perempuan muda yang juga berlatar belakang Bangladesh, Mya-Rose sejak awal telah menyadari bahwa di lapangan, hanya ada sangat sedikit orang yang mirip dengannya.
"Saya perhatikan bahwa orang-orang yang pergi ke alam hampir semuanya (berkulit) putih," katanya. "Dan sebagai orang yang cukup beruntung memiliki kesempatan untuk terlibat dengan alam, saya merasa kecewa bahwa orang lain tidak punya kesempatan yang sama."
Keadaan itulah yang ingin ia ubah. Menggunakan nama "Birdgirl," Mya-Rose telah menjadi suara yang mengampanyekan keanekaragaman dalam dunia para pekerja konservasi. Namanya kini disejajarkan dengan perempuan muda aktivis lingkungan, seperti Greta Thunberg dan Vanessa Nakate dari Uganda.
Konservasionis muda ini memiliki lebih dari 13.000 pengikut Twitter dan meluncurkan sebuah blog yang telah dikunjungi lebih dari satu juta kali.
Mya-Rose juga sudah di wara-wiri di televisi, menjadi pembicara dan mengisi kuliah. Pada bulan Februari 2020, Mya-Rose menjadi orang Inggris termuda yang menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Bristol untuk kampanye keberagaman dan kampanye lingkungan yang ia giati.
Dikuasai kalangan 'putih dan elit'
Saat berusia 13 tahun, Mya-Rose dibantu orang tuanya menyelenggarakan konferensi bertajuk "Race Equality in Nature" untuk menyoroti rendahnya keragaman di dunia pegiat konservasi dan perlindungan lingkungan.
Sektor lingkungan adalah salah satu sektor yang paling tidak beragam di Inggris. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa para profesional di bidang konservasi dan lingkungan hidup yang berasal dari kalangan minoritas dan tidak berkulit putih hanya sekitar 3 persen.
Konferensi yang diselenggarakan Mya-Rose menyatukan orang-orang muda dari berbagai LSM, akademisi, dan pegiat lingkungan beserta perwakilan dari komunitas etnis minoritas, kulit hitam, dan Asia untuk bersama-sama menyusun alasan mengapa latar belakang para pegiat lingkungan begitu seragam.
Alasannya cukup beragam, mulai dari orang-orang yang merasa tidak punya pakaian yang cukup sesuai untuk cuaca di Inggris. Namun ia juga menyebutkan adanya "ketakutan berlebihan terhadap anjing, hingga masalah yang jauh lebih sulit seperti perasaan bahwa daerah pedesaan (di Inggris) sangat didominasi kulit putih dan elitis, dan mereka tidak merasa disambut di sana. "
Pemerhati burung ini juga secara teratur mengadakan perkemahan bagi remaja yang tinggal di dalam kota melalui organisasi Black2Nature yang ia dirikan pada 2016.
Selama satu atau dua malam, para remaja dari organisasi itu berkemah di desa-desa di Inggris. Pada siang harinya, mereka mengikuti lokakarya mengenai segala hal, mulai dari pembuatan sketsa, bir, hingga pembicaraan tentang lingkungan dan krisis iklim.
"Saya pribadi merasa bahwa kita sampai pada satu titik, di mana mengakses dan menikmati alam itu nyaris seperti hak istimewa. Saya merasa itu sama sekali tidak bisa diterima. Orang sudah lupa bahwa kita ini juga adalah binatang dan kita seharusnya terus-menerus dikelilingi oleh alam - tetapi tidak begitu keadaanya," kata Mya-Rose.
Kegiatan personal dengan dampak lebih luas
Lewat gerakan Black2Nature, dia berusaha mengubah pandangan tentang apa yang dimaksud "terhubung dengan alam".
Mya-Rose mengatakan bahwa ada gambaran stereotip tentang konsep terhubung dengan alam, yaitu orang yang memakai pakaian khusus untuk mengamati burung, plus teropong di leher mereka. Padahal kenyataannya tidak demikian.
"Bisa lebih luas lagi, seperti beraktivitas di kebun komunitas, menanam beberapa tanaman yang akan kamu makan, atau bahkan seperti mengamati rubah di halaman rumahmu di malam hari, ini akan sangat membantu."
Penelitian menunjukkan bahwa berada di ruang hijau dan berhubungan dengan alam sangat baik untuk kesehatan mental. Tetapi Mya-Rose mengatakan manfaatnya bisa lebih luas daripada sekadar dirasakan oleh individu.
Sebagai contoh, aktivitasnya mengamati burung telah memberinya kesempatan untuk menghargai alam dan menjadi pintu gerbang bagi aktivisme lingkungannya. Dia ikut turun ke jalan dan menjadi bagian dari gerakan iklim generasi muda.
Dia juga mencoba mengurangi dampak lingkungan dari perjalanannya ke luar negeri dengan memilih ekowisata yang bermanfaat bagi masyarakat lokal. Selain itu, Mya-Rose menggunakan pengetahuan yang dia miliki untuk mengangkat masalah keanekaragaman hayati di negaranya.
Ia percaya bahwa kegembiraan sederhana yang didapat dari aktivitas mengamati burung dapat juga menyebabkan pergerakan politik.
"Menjadi semakin penting untuk memastikan agar orang benar-benar peduli dan memahami lingkungan. Tanpa mengenal dan menyukai lingkungan, tidak mungkin mereka mau berkorban untuk menjaganya," katanya.
ae/ts