Remaja Irak dan Jerman Bermain Musik Bersama
7 Oktober 2011Konser mereka dihadiri Presiden Jerman Christian Wulff dan Duta Besar Irak untuk Jerman, Hussain Alkhateeb. Orkestra yang dipimpin dirigen asal Inggris, Paul MacAlindin itu, mendapat sambutan hangat dan "standing ovation" yang sangat lama. Di samping menggelar konser mereka juga punya aktivitas lain selama di Bonn. Yaitu mengunjungi sebuah sekolah dan berlatih bersama memainkan musik.
Bermain Musik Bersama di Sekolah
Sekolah Tannenbusch-Gymnasium berada di bagian utara kota Bonn, di daerah Tannenbusch. Bangunannya tidak elok. Warna biru muda di bagian depan sekolah hampir tidak dapat dikenali lagi. Di aula terdengar orkestra sedang berlatih. Sejumlah remaja memainkan musik bersama. Mereka menatap dengan penuh konsentrasi dirigen muda berrambut pirang yang berdiri di depan. Arnt Böhme namanya.
Ia menggerak-gerakan tangan dan lengannya dan memberikan petunjuk dengan penuh energi. Kadang ia menghentikan permainan dan mengatur agar para musisi muda bermain dengan kecepatan yang sama. Tetapi latihan kali ini agak berbeda. Dua pria muda berdiri di depan dan menerjemahkan perkataan dirigen, dalam dua bahasa, Arab dan Kurdi. Terjemahan diberikan bagi anggota Orkestra Remaja Nasional Irak. Orkestra terdiri dari orang Kurdi dan Arab, dan datang dari berbagai kota di Irak. Para musisi muda tampak berkonsentrasi tetapi tidak tegang, mereka sering tersenyum selama latihan.
Keanekaragaman Etnis
Murid-murid sekolah di Bonn itu bisa dibilang mencerminkan keanekaragaman etnis di daerah Tannenbusch. Di jalanan tampak beberapa perempuan Afrika sedang berbelanja. Mereka berceloteh dalam bahasa mereka, sambil menggandeng anak. Di dekat mereka seorang perempuan Pakistan yang mengenakan baju tradisional berwarna kuning terang, menyeberangi jalanan. Ketika ditanya, berapa negara terwakili di sekolah itu, Arnt Böhme, dirigen dan guru musik di sekolah itu menjawab, "Saya hanya bisa memperkirakan, tetapi jelas 30 negara terwakili di sekolah ini. Di orkestra sendiri tidak sebanyak itu. Tetapi saya rasa setidaknya 15 negara."
Kunjungan Orkestra Remaja Nasional Irak ke sekolah multi etnik itu adalah kesempatan bagi para murid untuk mengetahui hidup sehari-sehari di Irak. Lewat kontak dan pembicaraan dengan musisi Irak, para murid akan mendapat gambaran lebih baik tentang Irak. Kirstin Albrecht-Klein adalah ibu dari seorang anggota orkestra sekolah tersebut. Ia menilai positif kesempatan itu.
"Ini menjadi pelajaran musik, sejarah dan politik. Semua tercakup di dalamnya. Saya pikir, dengan cara itu, pendekatan bagi anak-anak berjalan dengan baik, dan bukan hanya kata-kata yang isinya tidak dapat dibayangkan. Jika orang hanya membaca lewat koran, saya pikir tidak terlalu bisa dirasakan, lain jika orang melihat atau mendengar sendiri," papar Albrecht-Klein.
Keberanian dan Kebolehan Bermain Musik
Anggota orkestra muda Jerman itu mendengar penuturan tentang situasi sulit yang harus dihadapi para musisi muda Irak untuk memainkan musik klasik Barat di negara mereka. Di Irak, akibat perang yang berlangsung puluhan tahun, kesempatan untuk mendapat pendidikan musik hampir tidak ada, demikian cerita para musisi Irak. Banyak komponis dan guru musik meninggalkan Irak, lagi pula instrumen musik yang baik tidak mudah ditemukan.
Beberapa musisi muda berlatih di rumah, di balik pintu tertutup, agar tetangga tidak tahu musik kesenangan mereka. Perasaan takut akan reaksi negatif terlalu besar. Mereka bercerita bahwa orang-orang tertentu, terutama yang termasuk kelompok teror, tidak menerima musik klasik Barat. Para murid sekolah di Bonn sangat terkesan dengan cerita mereka. Seorang murid perempuan berkata, ia kagum dengan keberanian para musisi Irak. Seorang murid lainnya terkesan akan kebolehan mereka memainkan musik, walaupun mereka tidak dapat sering berlatih.
Murid-murid sekolah Jerman menikmati penawaran pendidikan yang sangat banyak, baik di bidang musik, bahasa, atau olah raga. Keterbatasan tidak dikenal sama sekali. Martina Theobald, yang juga jadi guru musik di sekolah itu mengatakan, murid-murid Jerman mendapat penawaran yang sangat banyak, sehingga tidak dapat memutuskan dan tidak menghargai kesempatan untuk belajar. Sedangkan mereka yang selama ini tidak mendapat kesempatan, haus untuk belajar. Walaupun berbeda, dalam latih bersama, satu hal mampu mempersatukan mereka semua. Musik.
Mehrnoosh Entezari / Marjory Linardy
Editor: Andriani Nangoy