Perempuan Jerman Yang Gabung ISIS Bisa Dihukum Mati
18 September 2017
Perdana Menteri Irak mengatakan, pengadilan Irak akan memutuskan apakah Linda W., 16 tahun, harus menghadapi hukuman mati karena keterlibatannya dengan ISIS.
Iklan
Linda W pergi dengan diam-diam ke Irak pertengahan tahun lalu, setelah berhubungan dengan kelompok ekstremis lewat internet. Dia kemudian bergabung dengan ISIS. Linda W. tertangkap oleh pasukan Iraq dalam serbuan ke Mosul.
PM Irak Raqi Haider al-Abadi mengatakan hari Sabtu (16/9) Linda W. akan diadili di Irak. Dia kini ditahan di sebuah penjara di Baghdad. Pengadilan Irak bisa saja menjatuhkan hukuman mati, kata PM Irak
"Remaja, di bawah undang-undang tertentu, bisa dituntut bertanggung jawab atas tindakan mereka, terutama jika tindakan tersebut adalah tindakan kriminal membunuh orang yang tidak bersalah," kata Raqi Haider al-Abadi.
Linda W. dittemukan pasukan Irak di sebuah ruang bawah tanah di Mosul bulan Juli lalu, saat tentara Irak menggempur kota Mosul yang dikuasai ISIS.
Pejabat intelijen Irak mengatakan kepada kantor berita AP, Linda W. diduga bekerja dengan polisi kelompok ISIS di kota Mosul.
Banyak keluarga anggota ISIS yang ditahan di kamp
PM Irak Raqi Haider al-Abadi juga mengatakan, pasukan Irak menahan 1.333 wanita dan anak-anak yang menyerah kepada pasukan Kurdi. Namun banyak dari mereka yang ditahan di sana tidak melakukan kejahatan apapun, kata al-Abadi.
Dia menambahkan, pemerintahnya berkomunikasi dengan negara asal mereka untuk "menemukan cara terbaik menyerahkan mereka." Sejauh ini, Irak telah memulangkan hampir 100 orang.
Linda W. ditahan di Baghdad bersama ratusan wanita asing lainnya yang bergabung dengan ISIS. Dia dituduh ikut melakukan serangan teroris, kata pejabat Irak kepada AP. Wanita non-Irak lainnya yang ditahan termasuk warga negara dari Perancis, Belgia, Suriah dan Iran.
Radikalisasi lewat internet
Linda W., yang baru berusia 15 tahun ketika dia melarikan diri dari rumahnya di Jerman bagian timur, mengatakan kepada wartawan bulan Juli bahwa dia menyesal telah pergi ke Irak.
"Saya ingin pulang ke keluarga saya," katanya saat itu. "Saya ingin keluar dari perang, jauh dari senjata dan kebisingan ini."
Remaja perempuan itu mengaku mengalami radikalisasi setelah berkomunikasi dengan ekstrimis IS lewat internet.
Linda W. mengatakan dia menghabiskan waktu satu bulan untuk melakukan perjalanan ke Turki, lalu melalui Suriah dan ke Irak untuk menikahi seorang pejuang IS. Mereka kemudian dikirim ke Mosul. Suaminya terbunuh tak lama setelah mereka datang ke kota itu.
Jaksa Jerman sebelumnya sudah memperingatkan bahwa Linda W. dapat diadili di Irak dan bisa dituntut hukuman mati jika terbukti melakukan pelanggaran terkait terorisme.
Kementerian Luar Negeri Jerman sebelumnya mengatakan bahwa mereka sedang berupaya mengembalikan remaja dan tiga perempuan Jerman lainnya yang tertangkap di Irak ke Jerman, namun hingga saat ini tidak ada perjanjian ekstradisi antara kedua negara.
Jika diadili di Jerman, Linda W. bisa menghadapi hukuman penjara antara satu sampai sepuluh tahun. Hukum Jerman tidak mengenal hukuman mati.
Penyesalan Para WNI Simpatisan ISIS
Mereka terbuai kemakmuran yang dijanjikan Islamic State dan memutuskan pergi ke Suriah. Janji surga tak sesuai kenyataan, mereka pun menyesal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Tergiur janji manis
Banyak keluarga tergiur dengan janji kekalifatan Islamic State alias ISIS di Suriah dan Irak yang ditawarkan lewat internet. Harapan mendapat pendidikan dan layanan kesehatan gratis, upah tinggi dan jalani keislaman kekhalifahan mendorong gadis Indonesia memboyong keluarganya ke Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sampai menjual properti
Keluarga Nurshardrina Khairadhania, bahkan sampai menjual rumah, kendaraan dan perhiasan untuk membiayai perjalanan mereka ke Raqqa, Suriah. Sesampainya di sana, kenyataan tak sesuai harapan. Tiap perempuan muda dipaksa menikahi gerilayawan ISIS. Semntara yang pria wajib memanggul senjata dan berperang. Nur dan bibinya masuk dalam daftar calon pengantin yang disiapkan buat para gerilyawan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Beberapa bulan penuh derita
Beberapa bulan setelah menderita di Raqqa, Nur dan keluarganya melarikan diri dengan membayar penyelundup buat keluar dari wilayah ISIS. Neneknya meninggal dunia, pamannya tewas dalam sebuah serangan udara dan beberapa anggota keluarga lainnya dideportasi sejak baru tiba di Turki. Bersama ibu, adik dan sanak saudara yang lainnya Nur berhasil masuk kamp pengungsi Ain Issa, milik militer Kurdi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Jalani interogasi
Para WNI pria yang lari dari ISIS pertama-tama diamankan militer Kurdi dan diinterogasi. Setelah perundingan panjang, kini mereka dipulangkan ke Indonesia dan jalani program deradikalisasi yang disiapkan pemerintah. Menyesal! Tinggal kata tersebut yang bisa dilontarkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Surga atau neraka?
Banyak relawan dari Indonesia yang ingin menjadi jihadis atau pengantin jihadis, untuk mengejar 'surga' yang dijanjikan Islamic State di Suriah atau Irak. Namun menurut mereka yang ditemui adalah 'neraka'
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Nur: IS tidak sesuai kaidah Islam
Dalam wawancara dengan Associated Press, Nur menceritakan perilaku jihadis ISIS tidak sesuai kaidah Islam yang ia pahami. "ISIS melakukan represi, tak ada keadilan dan tak ada perdamaian. Warga sipil harus membayar semua hal, listrik, layanan keseahatan dan lainnya. Sementara jihadis ISIS mendapatkannya secara gratis."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Proses pemulangan
Banyak kalangan yang tergolong naif atau garis keras atau gabungan keduanya bergabung dengan ISIS, pada akhirnya menyerahkan diri atau ditangkap aparat keamanan. Pejabat Kurdi di Raqqa menyebutkan proses itu interogasi diperkirakan berlangsung hingga enam bulan, sebelum diambil keputusan bagi yang bersangkutan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Termasuk dari Jerman
Banyak warga negera-negara lain yang juga terbuai janji ISIS. Termasuk dari Jerman. Majalah mingguan Jerman Der Spiegel melaporkan bulan Juli 2017, sejumlah perempuan Jerman yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gadis berusia 16 tahun dari kota kecil Pulsnitz dekat Dresden, menyesal bergabung dengan ISIS. Ed (ap/as/berbagai sumber)