Remaja Putri Palestina Jadi Simbol Aksi Anti Israel
2 Januari 2018Ahed Tamimi (16) diajukan ke pengadilan militer Israel di Tepi Barat Yordan dan didakwa dengan 12 tuduhan. Penahanan remaja putri Palestina itu di selm polisi setempat juga berdasar perintah pengadilan Israel itu diperpanjang seminggu. Tuduhan militer Israel antara lain: melakukan aksi kekerasan kepada aparat keamanan, mengancam tentara, melempar batu dan melakukan penghasutan.
Remaja putri Palestina berambut pirang dan mata biru ini, bersama sepupunya ditangkap aparat keamanan Israel di desanya Nabi Saleh di Ramallah pada tanggal 19 Desember 2017. Saat aksi penangkapan, Tamimi melawan dan melakukan konfrontasi dengan dua tentara Israel bersenjata lengkap. Rekaman video saat ia menampar dan meninju seorang tentara Israel jadi viral di media sosial.
Kesaksian Serdadu Israel Tentang Pelanggaran HAM di Palestina
Organisasi HAM Israel, Breaking the Silence mengumpulkan kesaksian serdadu tentang berbagai insiden dan pelanggaran HAM di Palestina. Testimoni mereka mengungkap tindak tanduk militer yang semakin menyulut kebencian.
Nyanyian Senyap Para Serdadu
Israel kerap mengklaim militernya adalah yang paling bermoral di seluruh dunia. Namun kesaksian sejumlah serdadu membuktikan sebaliknya. Testimoni berikut diambil secara anonim tanpa menyebutkan identitas. Hampir semua pelanggaran yang dicatat oleh organisasi Breaking the Silence tidak pernah menyentuh meja pengadilan.
Darah Menjamin Pangkat
Seorang serdadu berpangkat sersan berkisah, ketika baru ditempatkan dalam unit patroli di tepi barat ia mendapat arahan dari seorang komandan berpangkat mayor jendral, "pangkatmu tidak ditentukan oleh seberapa banyak orang yang kamu tangkap, tetapi seberapa banyak kau membunuh." Menurutnya hampir semua perwira tinggi di militer Israel meniti karir dengan cara serupa.
Tameng Manusia
Seorang kapten dilaporkan mengikat seorang lelaki Palestina di kap mesin mobilnya untuk mencegah warga melemparkan batu ke arah konvoi tentara di sebuah desa di Bethlehem. Kesaksian tersebut dibuat oleh seorang serdadu berpangkat letnan. Kapten yang sama juga diklaim pernah memancing amarah warga desa Takoa di Tepi Barat agar "bisa menembaki kaki anak-anak dan remaja Palestina" yang melempar batu.
Aksi Beringas Pemukim Yahudi
Seorang sersan di Brigade Nahal bercerita suatu hari ia mendapati seorang bocah perempuan Palestina dengan luka lebar di kepala. Ia dilempar batu oleh bocah Israel di desanya di Hebron. Menurutnya, bocah di pemukiman Yahudi justru mendapat pujian oleh orangtuanya jika melukai warga Palestina. Tindak kriminal semacam itu jarang ditindaklanjuti oleh kepolisian dan cendrung dilindungi oleh militer.
Korban Sipil
Pertengahan 2014 militer Israel mendapat informasi pertemuan petinggi Hamas di sebuah rumah bertingkat di Khirbet Khuza’a, Jalur Gaza. Ketika pasukan pengintai mengkonfirmasikan target, angkatan udara Israel langsung menghancurkan gedung tersebut dengan bom. Warga sipil yang berada di dalam gedung cuma diberi waktu satu menit untuk melarikan diri. Tidak ada yang selamat dalam serangan tersebut.
Tubuh Berceceran di Tembok
Seorang sersan di Brigade Givati bercerita tentang operasi penggerebekan sebuah rumah di Jalur Gaza. Ketika pintu rumah tidak dibuka, mereka lalu memasang bom jenis Fox di gagang pintu. Pada saat bom meledak, penghuninya yang seorang ibu baru hendak membuka pintu. Anak-anak melihat bagaimana tubuh ibunya berceceran di tembok rumah. Insiden tersebut kemudian dianggap "lucu" oleh seorang serdadu.
Blokade Mengusir Bosan
Militer Israel sering memblokade pemukiman Palestina untuk alasan keamanan. Namun seorang serdadu berpangkat letnan berkisah bagaimana komandannya memblokir desa di dekat Qalqilya, Tepi Barat, cuma karena merasa bosan. "Tinggal kurung mereka. Anda menghancurkan mereka secara mental dan fisik. Mereka tidak bisa keluar dan tidak bisa bekerja," tuturnya mengutip ocehan sang komandan.
Penggusuran Rumah Sipil
Setiap kali Hamas meluncurkan roket Qassam, militer Israel akan merangsek ke pemukiman Palestina di Jalur Gaza dengan buldoser. Mereka bertugas menggusur rumah penduduk tak berdosa untuk membuka zona pengaman. Adalah serdadu berpangkat rendah seperti letnan yang memutuskan rumah siapa yang harus dirobohkan. Penghuninya diusir tanpa uang ganti rugi.
Salah Target
Sebuah operasi pembunuhan terhadap target teroris yang dilakoni pasukan elit Israel, Unit Shaldag, di Jalur Gaza berujung petaka. Seorang serdadu berkisah mereka menembaki mobil yang salah dan membunuh tiga orang warga sipil Palestina. Militer Israel kemudian mengklaim operasi tersebut berhasil. Keesokan harinya media melaporkan tentara berhasil membunuh tiga teroris.
Penganiayaan Sipil
Seorang sersan berkisah tentang seorang komandan di batalyon 35 yang berpatroli di sebuah pasar di Hebron. Dia lalu mendatangi seorang pedagang Arab berusia tua, menyeretnya ke halaman belakang dan memukulinya hingga babak belur. Sersan yang sama bercerita tentang serdadu lain yang ditugaskan menggeledah sebuah rumah, memotret penghuni perempuan saat sedang telanjang.
Dalam video terlihat, Ahed Tamimi menendang dan meninju seorang serdadu Israel bersenjata lengkap. Kedua serdadu saat diserang bersikap pasif dan tidak melawan dan kemudian mundur, setelah ibu Ahed melontarkan argumen. Kini Ahed, sepupunya yang berusia 20 tahun, Nur dan ibunya Nariman diajukan ke pengadilan dengan tuduhan melakukan penghasutan untuk "serangan teroris".
Intifada: Dari Pembangkangan Sipil Hingga Roket Qassam
Serangan brutal di sebuah Sinagoga di Yerusalem yang menewaskan beberapa warga sipil Israel baru-baru ini memicu kekhawatiran munculnya gerakan Intifada baru. Berikut sejarah perlawanan warga Palestina
Hilangnya Kesucian
Selasa, 18 Novermber 2014, dua pemuda Palestina menyerang Sinagoga Kehillat Bnei Torah di Yerusalem dan membunuh empat warga sipil. Serangan ini adalah serangan yang pertama terhadap rumah ibadah kaum Yahudi itu sejak dimulainya konflik Timur Tengah. Berbeda dengan tempat lain, Sinagoga di Israel adalah satu-satunya gedung publik yang bebas dari kawalan aparat keamanan.
Dendam Menuai Kebencian
Pemerintah Israel mulai merobohkan rumah milik pengemudi mobil yang secara sengaja menabrak warga sipil Israel di Yerusalem, Oktober silam. Perdana Menteri Netanyahu juga memastikan, pihaknya akan melakukan hal serupa terhadap kediaman pelaku serangan Sinagoga di Yerusalem, 18 Novermber. Reaksi Israel ini dikhawatirkan akan mewariskan kebencian kepada generasi mendatang Palestina.
Intifada Perorangan?
Serangkaian serangan warga sipil Palestina terhadap Israel baru-baru ini memicu kekhawatiran munculnya gerakan Intifada baru di Timur Tengah. Namun berbeda dengan gerakan sebelumnya yang terkoordinir, kali ini gelombang serangan terhadap warga sipil Israel dilakukan oleh individu yang tidak berafiliasi dengan organisasi teror di Palestina.
Perang Batu
Sejarah Intifada bermula dari pembangkangan sipil hingga penggunaan tindak kekerasan sejak 1987. Pemberontakan awalnya bermula di kantung-kantung pengungsi dan menyebar ke perkotaan. Syeikh Ahmad Yassin dan Yassir Arafat adalah dua tokoh Palestina yang memayungi gerakan tersebut.
Kunjungan Singkat Berbuntut Panjang
Adalah kedatangan Ariel Sharon ke tempat suci kaum Muslim, Al-Haram asy-Syarif, pada September 2000 yang kemudian memicu gerakan Intifada kedua atau yang lebih dikenal dengan Intifada al-Aqsa.
Pembangkangan Sipil Berganti Peluru
Tampak seorang ibu Palestina menghujat serdadu Israel di Jenin, Tepi Barat Yordan. Pembangkangan sipil yang menjadi wajah intifada damai kini berganti menjadi tindak kekerasan. 2002 silam Palestina menuding Israel melakukan pembantaian di kamp pengungsi Jenin. Israel menepis tudingan tersebut. Sebanyak 500 warga Palestina tewas dalam operasi perisai pertahanan Israel di Jenin.
Ketegangan Tak Berujung
Pelaku serangan Sinagoga dikabarkan berasal dari Yerusalem Timur. Sepotong wilyah Palestina yang diduduki Israel ini berulangkali menjadi lokasi pecahnya tindak kekerasan. Secara resmi Israel menduduki Yerusalem Timur, namun secara sistematis menganaktirikan wilayah yang didiami warga Arab tersebut. Akibatnya sebagian besar warga Yerusalem Timur tidak memiliki kewarganegaraan.
Batu dan Bedil
Batu dan ketapel menjadi simbol perjuangan warga Palestina setelah dua gelombang Intifada menghantam Israel. Namun kenyataan berbicara lain. Israel mengklaim selama 1558 hari gelombang kedua Intifada terjadi sebanyak 138 bom bunuh diri, 13.730 serangan bersenjata dan 460 serangan roket Qassam.
Kebencian yang Diwariskan
Anak-anak yang sering menjadi saksi sekaligus korban tindak kekerasan dan pembalasan dendam Israel adalah pihak yang paling ditelantarkan dalam konflik di Timur Tengah. Merekalah yang kemudian mewariskan dendam generasi sebelumnya dan memperpanjang konflik yang tak berujung itu.
Tembok Derita
Tembok sepanjang 759 Kilometer yang memisahkan Israel dari Tepi Barat Yordan ini dibangun sesaat setelah berakhirnya gelombang Intifada kedua, 2002 silam. Tembok ini dinyatakan melanggar hukum internasional oleh Pengadilan HAM di Den Haag.
Baca juga:
Sejumlah Kesalahpahaman tentang Israel dan Yahudi
Shimon Peres: Pejuang Perdamaian Pantang Menyerah
Ikon perlawanan anti Israel
Aksi berani remaja putri Palestina berusia 16 tahun itu memicu kontroversi. Di kawasan Palestina di Tepi Barat Yordan, Ahed Tamimi dipuji dan dijadikan simbol dan pahlawan dari perlawanan terhadap pendudukan Israel atas kawasan Palestina itu.
Sejarah Proses Perdamaian Israel-Palestina
Lima puluh tahun berlalu sejak Perang Enam Hari tahun 1967, namun sengketa antara Israel dan Palestina belum juga terpecahkan. Berikut sejarah singkat upaya menghadirkan damai di Timur Tengah.
Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB, 1967
Resolusi Dewan Keamanan PBB 242 tanggal 22 November 1967 menyerukan pertukaran tanah untuk perdamaian. Sejak itu, banyak upaya untuk membangun perdamaian di wilayah mengacu pada Resolusi 242. Resolusi itu ditulis sesuai dengan Bab VI Piagam PBB, di mana resolusi itu bersifat rekomendasi, bukan perintah.
Perjanjian Perdamaian Camp David, 1978
26 Maret 1979, foto diambil setelah Presiden Mesir Anwar Sadat, presiden Amerika Serikat Jimmy Carter dan PM Israel Menachem Begin tandatangani perjanjian perdamaian di Washington, AS. Koalisi negara-negara Arab, yang dipimpin Mesir & Suriah berjuang dalam Yom Kippur (Perang Oktober 1973). Perang ini akhirnya mengarah pada pembicaraan damai yang berlangsung 12 hari & menghasilkan dua kesepakatan
Konferensi Madrid, 1991
Amerika Serikat dan Uni Soviet bersama-sama menyelenggarakan sebuah konferensi di ibukota Spanyol, Madrid. Konferensi di Madrid melibatkan Israel, Yordania, Lebanon, Suriah, dan Palestina. Inilah untuk pertamakalinya mereka bertemu juru runding Israel. Di sini tak banyak pencapaian ke arah perdamaian. Namun pertemuan tersebut membuahkan kerangka dasar untuk negosiasi lanjutan.
Perjanjian Oslo, 1993
Negosiasi di Norwegia berlangsung antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Inilah kesepakatan pertama antar kedua belah pihak yang disebut Perjanjian Oslo & ditandatangani di Amerika bulan September 1993. Isinya antara lain penarikan pasukan Israel dari Tepi Barat dan Gaza. Palestina mendapat kewenangan membangun sendiri otoritas pemerintahan selama masa transisi 5 tahun
Perjanjian Camp David, 2000
Presiden AS saat itu, Bill Clinton, mengundang Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, dan Ketua PLO, Yasser Arafat, untuk membahas perbatasan, keamanan, pemukiman, pengungsi, dan Yerusalem. Meskipun lebih rinci daripada sebelumnya, dalam negosiasi ini tidak tercapai kesepakatan. Kegagalan untuk mencapai kesepakatan di Camp David tahun 2000 diikuti oleh pemberontakan Palestina.
Inisiatif Perdamaian Arab, 2002
Negosiasi berikutnya di Washington, di Kairo dan Taba, Mesir. Namun, juga tanpa hasil. Kemudian, Inisiatif Perdamaian Arab diusulkan di Beirut pada Maret 2002. Inisiatif menyatakan jika Israel mencapai kesepakatan dengan Palestina tentang pembentukan negara Palestina berdasarkan garis batas 1967, maka semua negara Arab akan tandatangani perjanjian perdamaian dan hubungan diplomatik dengan Israel.
Peta jalan damai, 2003
Dalam kerangka Kuartet Timur Tengah, AS, Uni Eropa, Rusia & PBB mengembangkan peta jalan damai. Pada bulan Juni 2003, Perdana Menteri Israel Ariel Sharon dan Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, menerima peta jalan damai itu, dengan persetujuan Dewan Keamanan PBB pada November. 2003. Jadwal kesepakatan akhir sejatinya bakal berlangsung tahun 2005. Sayangnya, hal itu tidak pernah terlaksana.
Annapolis, 2007
2007, Presiden AS, George W. Bush jadi tuan rumah konferensi di Annapolis, Maryland, yang bertujuan meluncurkan kembali proses perdamaian. PM Israel, Ehud Olmert & Pemimpin Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas ambil bagian dalam pembicaraan dengan pejabat puluhan negara-negara Arab. Disepakati, negosiasi lebih lanjut akan dilakukan dengan tujuan mencapai kesepakatan damai pada akhir tahun 2008.
Washington 2010
Tahun 2010, atas upaya utusan khusus AS George Mitchell, PM Israel Benjamin Netanyahu menyetujui dan menerapkan moratorium 10 bulan untuk permukiman di wilayah yang dipersengketakan. Kemudian, Netanyahu dan Abbas setuju untuk kembali meluncurkan negosiasi langsung guna menyelesaikan semua masalah. Negosiasi dimulai di Washington pada September 2010, namun dalam beberapa minggu terjadi kebuntuan
Siklus eskalasi dan gencatan senjata
Babak baru kekerasan pecah di dan sekitar Gaza akhir tahun 2012. Gencatan senjata dicapai antara Israel dan mereka yang berkuasa di Jalur Gaza berakhir Juni 2014. Penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel pada Juni 2014 mengakibatkan kekerasan baru dan akhirnya menyebabkan peluncuran operasi militer Israel, yang berakhir dengan gencatan senjata pada tanggal 26 Agustus tahun 2014.
KTT Paris, 2017
Utusan dari lebih dari 70 negara berkumpul di Paris, Perancis, membahas konflik Israel -Palestina. Netanyahu mengecam diskusi itu sebagai bentuk "kecurangan". Baik perwakilan Israel maupun Palestina menghadiri pertemuan puncak. "Sebuah solusi dua negara adalah satu-satunya kemungkinan," kata Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, dalam acara tersebut. Penulis: Aasim Saleem (ap/as)
Ahed Tamimi terkenal di kawasannya sebagai bersikap keras melawan pendudukan Israel. Remaja putri ini di tahun-tahun sebelumnya juga berkali-kali melakukan aksi perlawanan aparat keamanan Israel. Antara lain pada tahun 2015 dengan aksi berani mati, mencegah penangkapan adiknya Muhammad Tamimi (ketika itu 12 tahun) yang patah tangannya dalam aksi protes menentang pendudukan Israel di Ramlaah. Tamimi juga terkenal dengan aksinya melempari batu pada kendaraan warga Israel yang melintas.
Rawabi: Melawan Israel Dengan Bata
Proyek swasta terbesar dalam sejarah Palestina: Pembangunan kota Rawabi di Tepi Barat. Tak jauh dari situ berdiri banyak permukiman yang dibangun Israel untuk warga Yahudi. Sebuah harapan bagi terciptanya perdamaian?
Kota berbukit
Rawabi artinya bukit-bukit. Kawasan ini memang berada di atas perbukitan. Rawabi menjanjikan komunitas baru bagi keluarga Palestina untuk memiliki rumah modern dengan harga terjangkau. Di sekitar kota ini, banyak pemukiman yang dibangun Israel.
Kota baru di Tepi Barat
Berlokasi di kawasan yang tak putus dirundung konflik. Rawabi berada di antara Ramallah dan Nablus.Kota ini berjarak sekitar 25 km dari Yerusalem dan sekitar 9 kilometer dari Ramallah.
Proyek percontohan modern
Mulai dibangun pada 2010, secara bertahap, Rawabi akan menjadi sebuah kota lengkap dengan fasilitas perbelanjaan, sekolah, universitas, rumah sakit, pusat kebudayaan, restoran, ruang hijau, serta rumah-rumah ibadah.
Membangun komunitas baru
Tersedianya lapangan kerja, pendidikan, rekreasi dan lingkungan diharapkan menyokong pertumbuhan komunitas di sini. Keluarga Khateeb bersantai di teras apartment baru mereka, menyongsong masa depan baru. Kota ini bukan sekedar pemukiman, namun juga simbol 'aspirasi bernegara' setelah puluhan tahun pendudukan Israel.
Menyediakan ribuan unit rumah
Pada tahap awal, disediakan 5000 rumah bagi sekitar 25.000 penduduk. Rumah-rumah itu tersebar di 23 blok, masing-masing dengan estetika tersendiri. Semua kawasan didukung fasilitas modern yang indah termasuk parkir bawah tanah, taman bermain, trotoar dan toko-toko ritel. Konstruksi berikutnya dibangun untuk menampung lebih dari 40.000 warga.
Dari tradisional ke modern
Sejak dibuka jelang akhir tahun 2015, sudah lebih dari 1200 orang menempati unit-unit rumah di Rawabi.Apartment tersedia dalam jenis studio hingga unit keluarga. Tipe rumah semacam ini berbeda dengan budaya tradisonal Palestina yang biasa menempati rumah besar dengan didiami oleh keluarga besar dari berbagai generasi di bawah satu atap.
Mengawinkan pemukiman dengan bisnis
Bintang film barat dan Arab terlihat dari jendela bar dan restoran. Di pusat kotanya dibangun ritel-ritel bisnis, hotel, bioskop dan lain-lain, yang didukung oleh teknologi terbaru dan jaringan internet berkecepatan tinggi. Sebagai kota swasta terbesar dalam sejarah Palestina, Rawabi akan memperluas hubungan ekonomi lokal dan global.
Hiburan juga penting
Gambar artis legendaris Amerika Serikat, Marilyn Monroe tampak pada dinding sebuah bangunan pertunjukan yang dipersiapkan bagi warga. Sejumlah pusat hiburan dipersiapkan.
Theater terbuka
Ada pula theater terbuka ala Amphitheater Romawi yang bisa menampung ribuan pengunjung yang ingin datang menyaksikan pertunjukan.
Penasaran lihat dalamnya?
Ini ruang tamu salah satu apartment yang disediakan oleh pihak developer. paling tidak, mebel-mebel yang paling sering digunakan sudah tersedia di dalam rumah. Apakah cukup nyaman?
Serba modern
Seorang pria tampak berjalan di dalam sebuah apartment. Tampilan luar dan interior dalam tiap rumah terlihat sangat modern.
Mendorong investasi asing
Janina dari Ramallah bertanggung jawab urusan investasi. Perusahaan internasional, terutama di bidang berteknologi tinggi, kesehatan dan energi terbarukan terus dijajaki untuk diajak ambil peran penting dalam memperkuat kegiatan ekonomi di Rawabi, yang berencana membuka lebih dari 5.000 lapangan pekerjaan tetap untuk mendukung kualitas hidup jangka panjang.
Perusahaan pengembang
Bayti Real Estate Investment Company, pengembang Rawabi, adalah perusahaan milik Qatari Diar dan Massar Internasional. Investasi di Rawabi diperkirakan akan melebihi volume satu miliar US Dollar.
Tokoh di balik pembangunan Rawabi
Bashar Al-Masri lahir di Nablus, Palestina. Menempuh pendidikan di Mesir dan Amerika, ia kemudian menjadi pengusaha yang sangat sukses. Pengusaha di balik pembangunan Rawabi ini berharap, kota baru Palestina itu akan mendekatkan orang-orang, termasuk pihak Israel sendiri. Theglobeandmail menulis, Masri melawan Israel bukan dengan peluru melainkan dengan bata.
Dibangun putra putri Palestina
Hanan Khalaf adalah seorang teknisi bangunan yang baru lulus kuliah dari Universitas Bir Zeit. Kini ia mengabdikan ilmunya untuk membangun kota baru Rawabi.
Diserang dua belah pihak
Masri dan para investor lainnya menghadapi tekanan baik dari Israel maupun Palestina. Kelompok garis keras Palestina menganggap pembangunan ini hanya sebagai ilusi atas hubungan Israel dan Palestina, dimana meski kemajuan ekonomi akan tercapai, Israel masih tetap bercokol di Tepi Barat. Dari pihak Israel, problem utamanya: air.
Semua lengkap, kecuali air
Hampir 60 persen Tepi Barat, termasuk pemukiman, akses jalan, dll, berada di bawah administrasi Israel. Kebutuhan pasokan air di Rawabi sangat tergantung pada Israel. Setelah negosiasi alot, Israel menyetujui pasokan air untuk Rawabi. Pembangunan Rawabi sendiri bertahun-tahun banyak terhadang konflik Palestina-Israel.
Harapan baru
Meski pembangunan belum usai, ratusan keluarga sudah mulai bermukim di kota baru ini. Dengan tawaran modernitas dan harga rumah lebih murah dari di Ramallah, penduduk berharap dapat hidup normal. Hal yang sulit mereka peroleh di kota-kota Palestina lainnya. Penulis: Ayu Purwaningsih Editor: Agus Setiawan
Terkait insiden tersebut, pihak Israel memuji serdadunya yang bersikap menahan diri terhadap serangan Ahed Tamimi. Sebaliknya Tamimi dikecam sebagai provokator pemicu kekerasan.
as/ap(rtr,ap,afp,dpa)
10 Fakta Tentang Rebutan Yerusalem
Yerusalem salah satu kota tertua di dunia dan paling diperebutkan sejak ribuan tahun. Ini kota suci bagi tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam. Berikut 10 fakta pemicu konflik Yerusalem
Yerusalem Kotanya Nabi Daud
Perjanjian Lama menyebut, Raja Daud dari dua kerajaan Judah dan Israel, merebut kota Yerusalem dari tangan kaum Jebusit pada 1000 tahun SM. Daud menjadikan kota sebagai pusat kerajaan dan keagamaan. Menurut Injil, Raja Sulaiman, anak Raja Daud membangun kenisah Yahweh pertama di sini. Yerusalem menjadi pusat agama Yahudi.
Rebutan antara Babylonia dan Persia
Raja Babylonia, Nebuchadnezzar II (duduk di takhta) dua kali merebut Yerusalem tahun 597 dan 586 SM. Ia memenjarakan Raja Jehoiakim dan kaum elite Yahudi dan menghancurkan kenisah mereka. Kisah Injil menyebutkan Raja Cyrus Akbar dari Persia menumbangkan Babylonia (540 SM) dan membebaskan kaum Yahudi serta membangun kembali kuil mereka di Yerusalem.
Pendudukan Romawi dan Byzantium
Yerusalem berada di bawah kekaisaran Romawi sejak 63 M. Perlawanan kaum Yahudi mencetuskan perang pada 66 M, yang dimenangkan Romawi. Kuil mereka di Yerusalem kembali mengalami aksi penghancuran. Romawi dan Byzantium menguasai Palestina selama 600 tahun.
Diduduki Kaum Muslim
Di bawah pimpinan Kalifah Umar (naik onta), tentara Muslim mengepung dan menguasai Yerusalem 637M. Di era pendudukan Muslim, penguasa yang saling bermusuhan dan dari berbagai mazhab Islam silih berganti menguasai Yerusalem.
Perang Salib
Kekalifahan Seljuq mulai 1070 M terus meluaskan kekuasaan. Akibatnya kaum Kristen merasa terancam. Paus Urban II kemudian mencanangkan Perang Salib. Dalam 200 tahun seluruhnya ada lima kali perang memperebutkan Yerusalem. Tahun 1244 pasukan Kristen kalah total oleh tentara Muslim yang kembali menguasai Yerusalem.
Kekaisaran Ustmaniyah dan Pendudukan Inggris
Setelah menaklukan Mesir dan Arabia, Kekaiasaran Ustmaniyah memasukan Yerusalem ke dalam administratif distriknya pada 1535. Kota ini kembali mencapai kejayaannya. Tapi tahun 1917 tentara Inggris mengalahkan pasukan Ustmaniyah. Palestina diduduki Inggris dan Yerusalem jatuh tanpa pertempuran apapun.
Kota Yang Terbelah
Setelah Perang Dunia kedua usai, Inggris mengembalikan mandat Palestina kepada PBB, yang kemudian memilih opsi membagi dua negara. Tujuannya untuk menciptakan negara bagi kaum Yahudi yang selamat dari Holocaust. Sejumlah negara Arab bergabung memerangi Israel dan menguasai sebagian Yerusalem. Sejak 1967 kota ini terbelah menjadi Israel barat dan Yordania timur.
Yerusalem Timur Dikuasai Israel
Pada 1967 dalam perang 6 hari, Israel mengalahkan aliansi Mesir, Yordania dan Suriah. Israel menguasai Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat Yordan, Dataran Tinggi Golan dan bagian timur Yerusalem. Untuk pertama kali sejak 1949, Israel kembali menguasai Tembok Ratapan di kota tua Yerusalem. Israel menyebut sepihak, mereka tidak menganeksasi Yerusalem timur, melainkan mengintegrasikan administratifnya.
Kaum Muslim Bisa Berziarah ke Israel
Israel tidak menutup akses kum Muslim ke tempat suci mereka. Bukit Shakrah berada di bawah admistrasi otonomi Muslim. Umat Islam diperbolehkan berziarah ke Bukit Zaitun, Kubah Shakrah dan mesjid Al Agsa serta beribadah di sana.
Sengketa Status Berlanjut
Yerusalem hingga hari ini tetap menjadi hambatan terbesar dalam perdamaian antara Israel dan Palestina. Tahun 1980 Israel mendeklarasikan, seluruh kota sebagia bagian tak terpisahkan ibukota mereka. Sementara tahun 1988 negara Palestina diproklamirkan dan juga mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukota mereka. Penulis:Ines Eisele (as/yf)
Baca juga:
Dunia Kecam Keputusan Amerika Serikat Akui YerusalemPembakaran Bendera Israel Bukan Bagian Kebebasan Berpendapat