Rencana Ambisius India Ancam Kelestarian Lingkungan
9 September 2021
India ingin mengurangi ketergantungan kebutuhan minyak kelapa sawit dari negara lain. Namun, proyek ambisius NMEO-OP dikhawatirkan dapat merusak kelestarian lingkungan hidup, serta mengancam hak masyarakat adat.
Iklan
Pemerintah India mengeluarkan rencana baru pada bulan Agustus lalu untuk meningkatkan produksi minyak kelapa sawit. India merupakan salah satu negara pengguna terbesar minyak kelapa sawit beserta produk turunannya — mulai dari sabun hingga keripik. Tetapi negara itu masih mengimpor sebagian besar kebutuhan minyak tersebut.
India juga memproduksi beragam jenis minyak nabati lainnya, seperti mustard atau minyak kedelai. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, permintaan akan kebutuhan minyak kelapa sawit di India mengalami lonjakan.
Guna mengurangi ketergantungan terhadap negara lain dan memotong biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan impor, India akhirnya memutuskan untuk meningkatkan produksi minyak kelapa sawit dalam negeri. Harga yang meroket tahun ini pun menjadi alasan pemerintah India mengambil langkah strategis tersebut.
Apa ‘misi' minyak kelapa sawit India?
Proyek produksi minyak kelapa sawit India terbaru, National Mission on Edible Oils - Oil Palm (NMEO-OP — Misi Nasional Minyak Konsumsi - Minyak Kelapa Sawit), bertujuan untuk meningkatkan produksi minyak tersebut di wilayah dengan curah hujan tinggi. Tanaman sawit membutuhkan curah hujan sepanjang tahun agar bisa tumbuh dengan baik.
India ingin menargetkan wilayah timur laut dan wilayah timur kepulauan Andaman dan Nicobar yang ada di negara tersebut sebagai lokasi pelaksanaan proyek itu. Namun, area tersebut dinilai sensitif secara ekologis, dan merupakan rumah bagi beragam jenis flora dan fauna.
Proyek NMEO-OP ini digadang-gadang sebagai "gebrakan baru” oleh Perdana Menteri India Narendra Modi, sekaligus menambahkan bahwa proyek ini akan memberi manfaat bagi wilayah tersebut.
Pemerintah juga berharap agar inisiatif ini bisa membantu para petani meningkatkan pendapatan mereka. Karena tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan lebih banyak minyak nabati dibandingkan tanaman penghasil minyak tradisional lainnya, seperti kacang atau bunga matahari.
India tetapkan target baru produksi minyak kelapa sawit
Saat ini India memiliki lebih dari 300.000 hektar perkebunan sawit yang aktif berproduksi, dan berencana melakukan penambahan lahan perkebunan seluas 650.000 hektar di tahun 2025-26.
M.V. Prasad, peneliti dari Indian Institute of Oil Palm Research, menjelaskan bahwa India membutuhkan sekitar 25 juta ton minyak kelapa sawit setiap tahunnya. Kini, India memproduksi sekitar 10 juta ton, sementara kebutuhan 15 juta ton lainnya diimpor dari negara lain.
Ekspansi perkebunan sawit yang dilakukan India nantinya diprediksi akan membantu meningkatkan kapasitas produksi sebanyak 1,12 juta metrik ton, sebut Prasad kepada DW. Pemerintah India diperkirakan akan mengucurkan dana sebesar lebih dari 10 juta dolar AS (Sekitar 142 juta rupiah) untuk menjalankan proyek baru kelapa sawit tersebut.
Iklan
Apa dampak proyek ini bagi keanekaragaman hayati?
Pemerintah India menginginkan agar perkebunan kelapa sawit yang dibangun nantinya hanya berada di atas lahan yang sebelumnya telah digunakan para petani. Namun, pernyataan tersebut menuai skeptisisme dari kalangan pecinta lingkungan. Dampak yang akan ditimbulkan proyek tersebut terhadap satwa liar di India pun menjadi perhatian khusus.
Minyak Sawit Dimana-mana
Keterangan minyak nabati biasanya menunjukkan minyak sawit. Peluasan perkebunan sawit seringnya berarti pengalihgunaan kawasan hutan.
Foto: DW
Minyak Sawit Dalam Permen Coklat
Permen coklat tak hanya mengandung kakao, tapi juga minyak sawit. Organisasi lingkungan Greenpeace, tahun 2010 meluncurkan kampanye anti produk Nestle.Tahun itu juga Nestle berjanji akan membeli minyak sawit yang diproduksi sesuai standar sosial dan lingkungan, agar tidak semakin banyak hutan tropis yang musnah.
Foto: Fabrice Coffrini/AFP/Getty Images
Tersembunyi Dalam Kue
Hampir semua kue menggunakan minyak sawit. Pabrik roti dan kue menggunakan minyak sawit karena murah dan tahan lama. Karenanya, minyak sawit lebih umum digunakan daripada minyak kedelai. Organisasi Pangan Dunia, FAO memperkirakan, sampai tahun 2030 pemakaiannya akan berlipat ganda.
Foto: Fotolia/Andrea Klinger
Minyak Sawit Dalam Penganan Siap Saji
Yang dimaksud dengan minyak nabati pada etiket penganan siap saji adalah minyak sawit. Sebagian besar hasil minyak sawit dunia digunakan untuk memproduksi bahan pangan. Minyak sawit meleleh pada suhu rendah dan mudah diolah, karenanya merupakan bahan dasar yang diminati banyak industri.
Foto: picture-alliance/dpa
Margarin Atau Mentega?
Margarin adalah mentega buatan yang mengandung campuran produk susu dan minyak nabati, seperti minyak sawit. Mentega produk industri di awal abad ke-19 menggunakan minyak paus, kini sebagai campuran digunakan minyak sawit. Ini melindungi populasi paus, di pihak lain mengancam hutan tropis.
Foto: picture-alliance/dpa
Minyak Sawit Untuk Kecantikan
Mulai dari lipstik hingga krem untuk kulit; minyak sawit amat penting bagi pembuatan semua produk kosmetika. Bahkan lilin, produk rumah tangga dan bubuk cuci, semua mengandung minyak sawit. Permintaan bahan dasar ini sangat besar, pada tahun 2010 produksi minyak sawit dunia mencapai 53 juta ton. Seperempatnya digunakan untuk produksi kosmetik, lilin dan sabun cuci.
Foto: Fotolia/VILevi
Bensin Bio Berkadar Sawit
Layanan pompa bensin Jerman tidak lengkap tanpa tawaran bensin-bio, yang merupakan bensin yang berkadar bahan bakar dari tumbuhan. Untuk itu Uni Eropa mengimpor minyak sawit yang murah, dan bukan minyak dari tumbuhan lokal sebagai campuran bensin.
Foto: dapd
Sejauh Mata Memandang
Permintaan minyak sawit, baik itu untuk bahan pangan, kosmetika atau bahan bakar - dari tahun ke tahun terus meningkat. Uni Eropa berkomitmen untuk turut melindungi hutan-hutan tropis di dunia, Namun pemakaian minyak sawit Uni Eropa dari tahun 1990 hingga 2008 turut menyebabkan musnahnya 9 juta hektar kawasan hutan di dunia.Kawasan yang seluas Irlandia.
Foto: CC/a_rabin
Ancaman Bagi Fauna
Musnahnya hutan menyebabkan punahnya binatang. Organisasi lingkungan, WWF memperingatkan, bahwa baik orang utan di Sumatra dan Borneo, maupun macan Sumatra terancam punah akibat pembabatan hutan, yang merupakan habitat mereka.
Foto: picture alliance/dpa
Membakar hutan, meluaskan perkebunan
Bukan hanya hutan yang menjadi korban perkebunan sawit, tapi juga berbagai kota besar Asia. Setiap tahun berbagai kota Indonesia dan Malaysia diselimuti asap tebal yang berdampak pada kesehatan, akibat pembakaran hutan. Indonesia dan Malaysia adalah negara pengekspor minyak sawit terbesar dunia.
Foto: Getty Images/Afp/Str
9 foto1 | 9
Sudhir Kumar Suthar, asisten profesor ilmu politik Jawaharlal Nehru University di New Delhi, mengatakan bahwa mengganti ekosistem hutan lindung dengan perkebunan kelapa sawit akan dapat mengancam keanekaragaman hayati.
Menurutnya, wilayah timur laut India, yang menjadi lokasi proyek NMEO-OP, merupakan rumah bagi 51 jenis hutan — keberadaan perkebunan sawit akan menghancurkan ekosistem itu.
Sebuah riset yang dilakukan kelompok peneliti Malaysia di tahun 2020 menunjukkan bahwa konversi area hutan menjadi perkebunan sawit berdampak pada peningkatan emisi karbon. Tercatat sejak tahun 1990 hingga 2005, sekitar 50% hingga 60% perluasan area perkebunan sawit dilakukan dengan membabat kawasan hutan.
Vinita Gowda, ahli biologi evolusi yang mempelajari wilayah timur laut India secara mendalam, memperingatkan pemerintah India bahwa mereka seharusnya belajar dari apa yang terjadi terhadap negara pemroduksi kelapa sawit raksasa, seperti Indonesia dan Malaysia.
Dua negara di Asia Tenggara itu memproduksi sekitar 80% hingga 90% kebutuhan minyak kelapa sawit dunia dari lahan perkebunan yang sebelumnya merupakan kawasan hutan. Namun, kelompok konservasionis kini tengah mendesak pemerintah Indonesia untuk memperpanjang moratorium perluasan perkebunan sawit yang telah dicanangkan pada tahun 2015 silam.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) melarang impor minyak sawit dari dua perkebunan milik Malaysia karena diduga terdapat penyiksaan terhadap para pekerjanya.
Menurut Suthar, perkebunan kelapa sawit juga akan berdampak buruk terhadap air tanah dan pemanfaatan lahan oleh para petani serta masyarakat adat.
Suthar mencontohkan wilayah timur laut India Arunachal Pradesh yang sebagian besar lahan dimiliki masyarakat adat. Peneliti politik itu memperingatkan bahwa keberadaan perkebunan sawit akan berdampak pada hak hutan yang dimiliki masyarakat adat di sana.
th/gtp
Muncul Tanda Bahaya SOS Raksasa di Perkebunan Sawit Sumatera
Seniman Lithuania 'mengukir' bekas perkebunan sawit jadi bertanda “SOS” di tepi hutan lindung Sumatera Utara sebagai ekspresi keprihatinannya atas kehancuran hutan di Indonesia.
Foto: All Is Amazing/Ernest Zacharevic
Berdampak buruk bagi masyarakat dan spesies langka
Proyek 'Save Your Souls' karya seniman Lithuania, Ernest Zacharevic ini merupakan bagian dari kampanye keprihatiannya atas dampak perkebunan kelapa sawit terhadap komunitas dan spesies langka di Indonesia. Huruf “SOS” membentang setengah kilometer di lahan seluas 100 hektar di Bukit Mas, Sumatera Utara, dekat ekosistem Leuser.
Foto: All Is Amazing/Nicholas Chin
Tanda darurat di perkebunan sawit
"Saya ingin menyuarakan besarnya masalah dampak kelapa sawit," ujar Zacharevic yang membuat proyak tulisan tanda SOS raksasa di perkebunan di Sumatera Utara. "Proyek ini merupakan upaya untuk menarik kesadaran khalayak yang lebih luas." Proyek ini, bekerja sama dengan kelompok konservasi Sumatran Orangutan Society (SOS) yang berbasis masyarakat dan perusahaan kosmetik Lush.
Foto: All Is Amazing/Nicholas Chin
Mengumpulkan dana kampanye
Mereka mengumpulkan dana untuk membeli perkebunan melalui penjualan 14.600 sabun berbentuk orangutan tahun lalu. Tujuannya adalah, benar-benar menghijaukan kembali lahan itu, yang sekarang dimiliki oleh sayap organisasi SOS di Indonesia, The Orangutan Information Center (OIC), dengan bibit pohon asli. Akhirnya menghubungkan kawasan itu dengan lokasi penghijauan OIC terdekat.
Foto: All Is Amazing/Ernest Zacharevic
Mengolah konsep dan bertindak
Zacharevic berbagi ide kreatif yang sangat berani: Ia bersama kami saat itu dan kebetulan saja tanah yang baru kami beli itu adalah kanvas instalasi yang sempurna, tulis SOS di situsnya. Sekitar seminggu, seniman ini bekerja di lahan itu, menyusun konsep dan akhirnya menebang 1.100 sawit untuk menguraikan pesan ini.
Foto: Tan Wei Ming
Menanam kembali hutan
Setelah menghijaukan kembali lahan itu,sayap organisasi SOS di Indonesia, The Orangutan Information Center (OIC), menanaminya lagi dengan dengan bibit pohon asli di habitat tersebut sebagai upaya penghijauan.
Foto: Skaiste Kazragyte
Jadi sorotan dunia
Sementara itu sang seniman mewujudkan konsep yang digodok bersama sebagai penanda daruratnya kondisi hutan di Indonesia yang banyak digunduli: SOS. Indonesia telah menjadi pusat perhatian dunia dalam upaya mengendalikan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh penggundulan hutan lahan gambut untuk dijadikan perkebunan bagi industri seperti minyak sawit, pulp dan kertas.
Foto: Tan Wei Ming
Komitmen perusahaan-perusahaan
Tanda SOS ini muncul di tengah tekanan yang terus bergulir pada perusahaan kelapa sawit. PepsiCo dan perusahaan kosmetik Inggris Lush telah berkomitmen untuk mengakhiri penggunaan minyak kelapa sawit - yang ditemukan dalam beragam produk mulai dari sabun hingga sereal .
Foto: picture-alliance/dpa/V. Astapkovich
Meningkatkan transparansi
Sementara, awal tahun 2018 ini perusahaan raksasa Unilever mengatakan telah membuka informasi rantai pasokan minyak sawitnya untuk meningkatkan transparansi.
Foto: Getty Images
Masyarakat adat yang tersingkirkan
Hutan-hutan ini sering berada di daerah terpencil yang telah lama dihuni oleh masyarakat adat, yang mungkin tidak memiliki dokumen yang bisa membuktikan kepemilikan lahan atau dapat bersaing dalam akuisisi lahan di negara Asia Tenggara yang kaya sumber daya.
Foto: Skaiste Kazragyte
Flora dan fauna yang makin menghilang
Perluasan hutan juga menyebabkan berkurangnya populasi satwa liar. Cuma sekitar 14.600 orangutan yang tersisa di alam liar di Sumatera, demikian perkiraan para pemerhati lingkungan. "Kita semua berkontribusi terhadap dampak merusak dari minyak kelapa sawit yang tidak berkelanjutan, apakah itu dengan mengkonsumsi produk atau kebijakan pendukung yang mempengaruhi perdagangan," papar Zacharevic.
Para ahli lingkungan mengatakan pembukaan lahan untuk perkebunan pertanian di Indonesia, penghasil minyak sawit terbesar di dunia, bertanggung jawab atas kerusakan hutan. Penutupan hutan telah turun hampir seperempat luasnya sejak tahun 1990, demikian menurut data Bank Dunia. (ap/vlz/Ernest Zacharevic/SOS/rtr/leuserconservation/berbagai sumber)