Renovasi piramida di Giza, Mesir, menuai banyak kritik dan juga kecaman dari para ahli. Beragam komentar di media sosial mengecam proyek tersebut.
Iklan
Beredar sebuah video yang menunjukkan pekerjaan renovasi Piramida Menkaure di Giza, Mesir, telah memicu kritik di media sosial, di mana seorang ahli mengecam hal tersebut sebagai "absurditas".
Namun, Ketua Dewan Tertinggi Benda Antik Mesir Mostafa Waziri justru menjuluki renovasi itu sebagai "proyek abad ini".
Dalam sebuah video yang diposting di media sosial Facebook pada hari Jumat (26/01), Waziri menunjukkan para pekerja sedang memasang balok granit di dasar piramida, yang berada di samping sphinx dan piramida yang lebih besar, Khafre dan Cheops, di Giza.
Saat pertama kali dibangun, piramida ini telah dilapisi dengan granit. Namun seiring berjalannya waktu, sebagian lapisan itu makin menghilang. Renovasi kali ini bertujuan untuk mengembalikan bentuk asli bangunan dengan merekonstruksi lapisan granitnya.
Pekerjaan renovasi ini dijadwalkan akan berlangsung selama kurang lebih tiga tahun dan akan menjadi "hadiah Mesir untuk dunia di abad ke-21," kata Waziri, yang memimpin misi Mesir-Jepang yang bertanggung jawab atas proyek ini.
Seni Jalanan yang Menggambarkan Revolusi Mesir
Pada tahun 2011, di saat ribuan pengunjuk rasa menuntut hak yang lebih demokratis, seniman jalanan Mesir mengungkapkan perbedaan pendapat mereka melalui lukisan di tembok Kairo.
Foto: Khaled Elfiqi/dpa/picture alliance
Ada waktu untuk berharap
Awal revolusi pada tahun 2011, anak-anak muda Mesir bersatu menghadapi rezim mantan Presiden Hosni Mubarak.
Foto: Ben Curtis/AP Photo/picture alliance
Hari terdahulu
Sebuah grafiti yang dibuat pada awal masa perjuangan yang memiliki slogan "Revolusi ada di nadi kami."
Foto: Getty Images/AFP/K. Desouki
Kesengsaraan masyarakat
Mural yang dibuat oleh Ammar Abo Bakr dilukis di jalan Mohamed Mahmoud, menunjukkan seorang anak lelaki menangis sambil memegang sepotong roti.
Foto: Amr Nabil/AP Photo/picture alliance
Korban revolusi
Mural ini menggambarkan tindakan kekerasan brutal terhadap blogger Mesir Khaled Said pada tahun 2010.
Foto: Khaled Elfiqi/dpa/picture alliance
Harapan yang menipis
Lukisan jalanan ini menunjukkan potret mantan penguasa Mesir Hosni Mubarak, mantan panglima militer Mohamed Tantawy, dan mantan Presiden Mohamed Mursi. Kata-kata dalam bahasa Arab berbunyi, "Tidak, Konstitusi Persaudaraan itu Sah."
Foto: Reuters
Berbicara melalui seni
Seniman jalanan menggunakan gambar-gambar seperti ini untuk mengkomunikasikan ketidakpuasan mereka terhadap rezim dan juga untuk menciptakan kesadaran tentang penderitaan rakyat.
Foto: Khaled Elfiqi/dpa/picture alliance
Simbol protes
Seniman sering melukis di dinding di jalan Mohamed Mahmoud, yang merupakan pusat bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan di Kairo pada 2011.
Foto: Munir Sayegh
'Firaun' terakhir menang
Pada tahun 2014, Hosni Mubarak telah dibebaskan dari penjara. Akankah Presiden Abdel-Fattah el-Sissi kehilangan popularitasnya? Lukisan ini menunjukkan seorang pria bertopeng badut memegang tongkat kekerabatan Mesir kuno.
Foto: DW/R. Mokbel
'Revolusi tanpa harapan atau keputusasaan'
Mural karya Ammar Abo Bakr ini dibuat di Berlin pada tahun 2015, setelah kematian Shaimaa al Sabbagh, seorang penyair dan aktivis Mesir.
Foto: Don Karl
Tidak ada ruang untuk seni
Gambar terbaru yang dilukis oleh seniman Polandia Lukasz Zasadni menghiasi dinding pemakaman di Kairo. Mural jalanan tidak lagi umum di Mesir. (ha/yp)
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. El-Mofty
10 foto1 | 10
Para ahli mengkritik renovasi ini
Namun, viralnya video itu ternyata justru menuai komentar dan kritik dari puluhan orang yang kesal atas pekerjaan renovasi tersebut.
Iklan
"Mustahil!" tulis seorang ahli Mesirkuno, Monica Hanna. "Satu-satunya hal yang tersisa adalah menambahkan ubin ke Piramida Menkaure! Kapan kita akan menghentikan kekonyolan dalam pengelolaan warisan Mesir ini?" tanyanya.
"Semua prinsip internasional tentang renovasi melarang intervensi semacam itu,” tambah Hanna, seraya menyerukan kepada semua arkeolog untuk "segera bergerak."
Komentator lain juga memberikan reaksi sarkasme.
"Kapan proyek untuk meluruskan Menara Pisa akan direncanakan?" komentar salah satu orang. "Daripada ubin, mengapa tidak memasang wallpaper pada piramida?" tulis yang lain.
Penemuan Sensasional Kumpulan Mumi Terbanyak di Mesir
Penemuan sensasional kumpulan mumi di kota Luxor, Mesir. Peti mati berusia 3.000 tahun lebih masih memperlihatkan cat dan prasasti asli. Para arkeolog mengatakan, temuan ini tidak lama lagi akan bisa dilihat wisatawan.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Penuh warna-warni
Arkeolog Mesir memperlihatkan peti mati berusia lebih dari 3.000 tahun di pemakaman kuno di Luxor. Ilmuwan mengatakan inilah "kumpulan peti mati manusia terbesar yang pernah ditemukan" sejak tahun 1800-an.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Tersembunyi lebih 3.000 tahun
Ada 30 peti mati berisi mumi para pendeta lelaki dan perempuan dan anak-anak yang ditemukan. Mereka dimakamkan sekitar abad ke-10 Sebelum Masehi di bawah pemerintahan dinasti Firaun ke-22.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Jadi sensasi
Mesir mengumumkan serangkaian penemuan spektakuler dalam beberapa bulan terakhir, ketika negara itu sedang berupaya membangkitkan kembali industri pariwisata. Sektor pariwisata terjerembab sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak tahun 2011 dan kudeta militer tahun 2013.
Foto: Getty Images/AFP/K. Desouki
Menguak misteri
Peti mati yang ditemukan memperlihatkan ukiran-ukiran rumit dan dicat baik di bagian dalam maupun luar. Para ahli mengatakan "kondisi pelestarian, warna, dan prasasti" sangat baik.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Penemuan abad ini
Kota Luxor di selatan Mesir ibarat menyimpan harta karun bagi para ahli Mesir Kuno. Namun penemuan puluhan mumi di al-Asasif ini adalah peristiwa langka. Penemuan terakhir kumpulan mumi berasal dari tahun 1891.
Foto: Reuters/M. Abd El Ghany
Disiapkan jadi atraksi wisata
Para pekerja arkeologi menyiapkan peti mati dan mumi untuk menjalani restorasi menyeluruh. Peti-peti ini nantinya akan dipindahkan ke Museum Besar Mesir di sebelah piramida Giza, yang akan dibuka tahun 2020 dan dirancang sebagai salah satu lokasi tujuan wisata utama. (hp/ae)
Foto: AFP/Getty Images
6 foto1 | 6
Pelestarian peninggalan Mesir sering picu perdebatan
Masalah pelestarian warisan budaya di Mesir, yang menghasilkan 10 persen produk domestik bruto (PDB) dari sektor pariwisata, memang telah sering menjadi bahan perdebatan panas.
Penghancuran seluruh area bersejarah di Kairo baru-baru ini memicu aksi protes keras dari masyarakat sipil, yang sebagian besar dilarang melakukan aktivitas politik di negara itu.
Namun kini, masyarakat Mesir telah memusatkan sebagian besar perjuangan mereka kepada pemerintah, dalam hal perencanaan kota dan isu-isu warisan budaya lainnya.
Perdebatan akhir-akhir ini terfokus pada masjid Abu al-Abbas al-Mursi yang dibangun pada abad ke-15 di kota pesisir Alexandria, kota terbesar kedua di Mesir.
Pihak berwenang setempat mengumumkan penyelidikan setelah kontraktor yang bertanggung jawab atas renovasi masjid terbesar di kota itu justru memutuskan untuk mengecat ulang langit-langit berornamen, berukir, dan berwarna menggunakan warna putih.
kp/ha (AFP)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!