Dalam jaringan terorisme, ada pelatihan-pelatihan tertentu. Tapi lone wolf bisa menyerang lebih cepat, ungkap Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto.
Iklan
Seorang lone wolf, seperti Zakiah Aini, penyerang Mabes Polri, disebut bisa nekat melakukan aksi terorisme dalam waktu yang tak lama setelah terpapar radikalisme. Rentan waktu lone wolf melakukan penyerangan usai terpapar disebut kurang dari satu tahun.
"Antara satu sampai enam bulan, biasanya ya. Sudah bergerak," ujar Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto, dalam diskusi Polemik MNC Trijaya FM yang digelar daring, Sabtu (3/4/2021).
Wawan menuturkan waktu tersebut berbeda dengan para teroris yang masuk ke jaringan atau kelompok ekstremis. Sebab, ada pelatihan-pelatihan tertentu di dalam jaringan teroris.
"Ada yang lebih panjang tapi biasanya itu pelatihan-pelatihan, kalau misalnya dia ada sisi pola serang. Tapi kalau yang lone wolfitu bisa lebih cepat," ucap Wawan.
Dia lantas menganalisis serangan Zakiah Aini di Mabes Polri. Wawan berujar tindakan lone wolf, seperti Zakiah Aini, juga sporadis.
"Seperti apa yang terjadi ZA ini kita melihat dia nggak mempelajari formasi tempur. Dia hanya menembak tanpa pelindungan, tanpa tiarap, tanpa mengendap di tempat-tempat yang bisa membuat dia tertahan kalau ada serangan balik. Dia lebih cenderung di tempat terbuka," kata Wawan.
Apa itu lone wolf dan bagaimana mereka beraksi?
Dalam arti aslinya, lone wolf adalah hewan atau orang yang menghabiskan hidupnya dengan menyendiri, bukan dengan kelompok. Hal ini merujuk pada perilaku serigala yang meninggalkan atau ditinggalkan kelompoknya.
Di dunia terorisme, lone wolf adalah seseorang yang beraksi sendirian tanpa dukungan dari organisasi terorisme. Demikian penjelasan Mark Hamm, profesor Indiana State University Amerika Serikat, seperti dikutip dari dokumen perpustakaan digital Kementerian Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (Homeland Security).
Mark Hamm mempelajari tentang terorisme lone wolf di Amerika Serikat. Dia menyebut lone wolf adalah pelaku yang beraksi tanpa arahan dari suatu struktur hierarki. Lone wolf membuat rencana dan metode sendiri tanpa ada bantuan dari pihak kedua dan ketiga.
Iklan
Daftar serangan lone wolf di Indonesia
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut pelaku penyerangan ke Mabes Polri, Zakiah Aini (25), adalah lone wolf. Sebelum Zakiah Aini, ada sejumlah teror lone wolf yang sempat menggegerkan Indonesia:
1. Serangan Bom ke Markas Polisi Medan
Rabbial Muslim Nasution dicurigai saat mencoba masuk ke Mapolrestabes Medan, Sumut, pada 2019. Rabbial, yang mengaku ingin mengurus SKCK, sempat diperiksa, namun akhirnya meledakkan bom di halaman Mapolrestabes Medan.
Anak Mantan Teroris Merajut Masa Depan di Pesantren al-Hidayah
Seorang mantan teroris mendidik anak-anak terpidana terorisme agar menjauhi faham radikal. Mereka kerap mengalami diskriminasi lantaran kejahatan orangtuanya. Kini mereka di tampung di pesantren al-Hidayah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Ujung Tombak Deradikalisasi
Seperti banyak pesantren lain di Sumatera, pesantren Al-Hidayah di Deli Serdang, Sumatera Utara, didirikan ala kadarnya dengan bangunan sederhana dan ruang kelas terbuka. Padahal pesantren ini adalah ujung tombak program deradikalisasi pemerintah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Mantan Teroris Perangi Teror
Perbedaan paling mencolok justru bisa dilihat pada sosok Khairul Ghazali, pemimpin pondok yang merupakan bekas teroris. Dia pernah mendekam empat tahun di penjara setelah divonis bersalah ikut membantu pendanaan aktivitas terorisme dengan merampok sebuah bank di Medan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Tameng Radikalisme
Bersama pesantren tersebut Al-Ghazali mengemban misi pelik, yakni mendidik putra mantan terpidana teroris agar menjauhi faham radikal. Radikalisme "melukai anak-anak kita yang tidak berdosa," ujar pria yang dibebaskan 2015 silam itu. Jika tidak dibimbing, mereka dikhawatirkan bisa terpengaruh ideologi teror.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Derita Warisan Orangtua
Saat ini Pesantren al-Hidayah menampung 20 putra bekas teroris. Sebagian pernah menyaksikan ayahnya tewas di tangan Densus 88. Beberapa harus hidup sebatang kara setelah ditinggal orangtua ke penjara. Menurut Ghazali saat ini terdapat lebih dari 2.000 putra atau putri jihadis yang telah terbunuh atau mendekam di penjara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Uluran Tangan Pemerintah
Pesantren al-Hidayah adalah bagian dari program deradikalisasi yang digulirkan pemerintah untuk meredam ideologi radikal. Untuk itu Presiden Joko Widodo mengalihkan lebih dari 900 milyar dari dana program Satu Juta Rumah untuk membantu pembangunan pondok pesantren yang terlibat dalam program deradikalisasi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Perlawanan Penduduk Lokal
Meski mendapat bantuan dana pemerintah buat membangun asrama, pembangunan masjid dan ruang belajar di pesantren al Hidayah tidak menggunakan dana dari APBN. Ironisnya keberadaan Pesantren al-Hidayah di Deli Serdang sempat menuai kecurigaan dan sikap antipati penduduk lokal. Mulai dari papan nama yang dibakar hingga laporan ke kepolisian, niat baik Ghazali dihadang prasangka warga.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Peran Besar Pesantren Kecil
Al-Hidayah adalah contoh pertama pesantren yang menggiatkan program deradikalisasi. Tidak heran jika pesantren ini acap disambangi tokoh masyarakat, entah itu pejabat provinsi atau perwira militer dan polisi. Bahkan pejabat badan antiterorisme Belanda pernah menyambangi pesantren milik Ghazali buat menyimak strategi lunak Indonesia melawan radikalisme.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Trauma Masa Lalu
Melindungi anak-anak mantan teroris dianggap perlu oleh Kepala BNPT, Suhardi Alius. Abdullah, salah seorang santri, berkisah betapa ia kerap mengalami perundungan di sekolah. "Saya berhenti di kelas tiga dan harus hidup berpindah," ujarnya. "Saya dikatai sebagai anak teroris. Saya sangat sedih." Pengalaman tersebut berbekas pada bocah berusia 13 tahun itu. Suatu saat ia ingin menjadi guru agama.
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Bakkara
Stigma Negatif Bahayakan Deradikalisasi
Stigma negatif masyatakat terhadap keluarga mantan teroris dinilai membahayakan rencana pemerintah memutus rantai terorisme. Terutama pengucilan yang dialami beberapa keluarga dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada kondisi kejiwaan anak-anak. Ghazali tidak mengutip biaya dari santrinya. Ia membiayai operasional pesantren dengan beternak dan bercocok tanam, serta menjual hasil panen.
Bom panci meledak di kediaman perakitnya, Agus Wiguna, di Bandung pada 2017. Polisi kala itu menyebutnya sebagai teroris tipe lone wolf.
4. Teror Bom di Mal Alam Sutera
Pada 2015, publik digegerkan oleh teror bom di Mal Alam Sutera. Tim gabungan Polda Metro Jaya kemudian menangkap pelaku, yaitu Leopard Wisnu Kumala (29), yang ternyata tidak terkait dengan jaringan terorisme yang selalu diidentikkan dengan aksi teror bom. (ae/)