Residu Pilpres di Balik Tuduhan "Rekayasa" Penusukan Wiranto
11 Oktober 2019
Hanum Rais diadukan ke Kepolisian karena menyebut insiden penusukan terhadap Menkopolhukam Wiranto sebagai rekayasa. Dia tidak sendirian. Pengamat menilai gelombang komentar nyinyir itu adalah sisa residu Pilpres 2019.
Iklan
Hanum Rais tidak jengah menambun kontroversi. Kini puteri tokoh reformasi Amien Rais itu tertohok oleh kicauannya di Twitter yang mencibir insiden penusukan terhadap Wiranto sebagai sebuah sandiwara. Menurutnya serangan tersebut dibuat "agar dana deradikalisasi terus mengucur."
"Tak banyak yang benar-benar serius menanggapi," tulisnya. "Mungkin karena terlalu banyak hoaks framing yang selama ini terjadi." Media-media melaporkan, cuitan tersebut saat ini sudah menghilang dari linimasa Hanum. Dalam pembelaannya dia menulis tidak sengaja menghapus kicauan tersebut.
Tak perlu menunggu lama, Hanum kini dilaporkan oleh kelompok relawan Jokowi-Ma'ruf ke polisi atas dugaan ujaran kebencian. Kepada Tempo koordinator relawan Rody Asyadi menganggap cuitan Hanum berbahaya karena "memberikan efek negatif untuk masyarakat."
Residu Pilpres di Media Sosial
Pengamat intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta, menilai ujaran miring terkait penusukan Wiranto lahir "sebagai residu politik" pasca Pemilu Kepresidenan 2019 silam, yang "masih kuat."
Penusukan Wiranto dinilainya "menjai kesempatan oposisi mengutarakan kekesalan dengan membenarkan peristiwa itu sebagai sebuah skenario." Stanislaus menyayangkan sejumlah tokoh politik yang menggunakan pola komunikasi serupa, "yang kemudian dicontoh oleh publik," ujarnya kepada DW.
Salah satu cuitan nyinyir ihwal Wiranto diunggah Adamsyah Wahab, politisi Partai Demokrat. Dalam cuitannya tertanggal 11 Oktober, dia memuat video penusukan Wiranto sembari menulis "episode om Wir berakting." Cuitannya itu sampai-sampai ditanggapi kritis oleh rekan separtainya sendiri, Ferdinand Hutahean.
Netizen lain tidak kalah cepat. Serupa Hanum, beberapa mencurigai insiden di Banten itu sebagai cara untuk menyudutkan umat muslim. Komentar serupa sering bermunculan setiap kali tuduhan diarahkan kepada kelompok radikal.
Politik Pascakebenaran
Meski demikian Stanislaus tetap meyakini gelombang komentar miring terkait kabar penusukan Wiranto beraroma politis. Menurutnya upaya pembelaan oleh sebagian umat muslim "wajar, karena mereka tidak ingin stigma terorisme pada Islam itu menguat." Pada kasus Wiranto misalnya, tersangka pelaku diidentifikasi sebagai anggota aktif Jemaah Ansharut Daulah yang berafiliasi dengan Islamic State.
Maka yang menjadi tantangan adalah "politik pascakebenaran yang sedang mewabah di Indonesia" dan memperkuat bias konfirmasi masyarakat. "Jadi kalau mereka tidak suka dengan pemerintah, informasi apapun dari pemerintah tidak akan diterima." Fenomena ini turut berimbas pada upaya meredam geliat teror di tanah air. "Kalau ada aksi teror maka itu bisa dianggap sebagai rekayasa," katanya.
Stanislaus mendesak pemerintah untuk bertindak lebih tegas pada pernyataan-pernyataan sesat semacam itu. Hal ini dinilai penting karena bisa menjadi pelajaran kepada khalayak ramai agar tidak menyebarkan narasi-narasi tersebut. "Ketika dihadapkan pada langkah hukum, orang cendrung diam dan kasus-kasus semacam itu cendrung meredup."
rzn/vlz (dari berbagai sumber)
Daftar Serangan Teror JAD di Indonesia
Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan Islamic State alias ISIS adalah kelompok teror paling mematikan di Indonesia saat ini. Berikut serangan teror yang dilakukan anggota JAD di Indonesia sejauh ini.
Foto: REUTERS
Bom Thamrin, Jakarta
Serangkaian ledakan mengguncang Sarinah pada 14 Januari 2016 pukul 10.40 WIB. Para pelaku yang merupakan anggota JAD dan berjumlah tujuh orang membawa granat dan senjata api. Empat pelaku dan empat warga sipil tewas, sementara 24 lainnya mengalami luka-luka. ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut. Anggih Tamtomo alias Muhammad Bahrun Naim dicurigai mengarsiteki serangan di Jakarta
Foto: Reuters/Beawiharta
Serangan di Mapolres Surakarta
Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di gerbang Mapolres Surakarta pada 05 Juli 2016. Kapolri saat itu, Badrodin Haiti, mengatakan pelaku yang bernama Nur Rohman memiliki hubungan dekat dengan Bahrun Naim. Keduanya sempat aktif di organisasi teror Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara yang juga ikut membentuk JAD. Serangan di Solo mengakibatkan seorang petugas mengalami luka-luka.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Surya
Bom Molotov di Samarinda
Serangan bom Molotov di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda pada 13 November 2016 menyebabkan empat orang anak-anak mengalami luka bakar, salah seorangnya yang bernama Intan Olivia Marbun akhirnya meninggal dunia. Pelaku yang bernama Juhanda merupakan anggota JAD Kalimantan Timur dan pernah dipenjara terkait teror bom buku tahun 2011 di Tanggerang.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/P. Utama
Bom Kampung Melayu
Dua ledakan di Kampung Melayu pada 25 Mei 2017 menewaskan lima orang dan melukai belasan lainnya. Wakapolri Komisaris Jenderal Syafruddin saat itu mengklaim ISIS melalui JAD bertanggungjawab atas kebiadaban tersebut. Buntutnya polisi menggelar operasi penggerebekan di seluruh Indonesia dan menangkap 22 tersangka teroris yang sebagian merupakan anggota JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto
Ledakan di Bandung
Ledakan dahsyat mengguncang kawasan pemukiman penduduk di Jalan Jajaway, Bandung, 8 Juni 2017. Ledakan yang diduga berasal dari bom panci itu terjadi akibat kecelakaan, Polisi akhirnya menangkap lima terduga teroris lantaran memiliki bahan kimia untuk pembuatan bom. Mereka, termasuk Agus Wiguna, dipastikan berafiliasi dengan kelompok JAD Bandung Raya.
Foto: Reuters/Antara Foto/N. Arbi
Kerusuhan di Mako Brimob
Meski diklaim tidak direncanakan, pemberontakan narapidana teror di Mako Brimob, Depok, pada 9 Mei 2018 silam turut melibatkan anggota senior JAD. Aman Abdurrachman yang mendirikan organisasi teror itu bahkan sempat diminta menjadi mediator oleh para narapidana. ISIS sendiri mengaku bertanggungjawab dan mengklaim sudah merencanakan aksi yang menewaskan lima orang polisi dan seorang tahanan itu.
Foto: picture alliance / Photoshot
Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya
Tiga keluarga bertanggungjawab atas rangkaian serangan bom bunuh diri di tiga gereja dan mapolrestabes Surabaya, serta sebuah ledakan di Sidoarjo, pada Mei 2018. Para pelaku yang ikut mengorbankan anak-anaknya sebagai pelaku teror dikabarkan saling mengenal dan menjalin hubungan melalui jaringan JAD Jawa Timur. Salah seorang pelaku, Dita Oepriaro, adalah tokoh senior JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Risyal Hidayat
Gagal di Riau
Sejak lama JAD Riau sudah merencanakan serangan kepada kepolisian. Akhir 2017 Densus 88 menggagalkan serangan dengan menangkap sejumlah figur kunci, serta mengamankan senjata api dan bom. Namun bukan JAD, melainkan Negara Islam Indonesia yang akhirnya berhasil melakukan serangan pada 16 Mai 2018. Seorang petugas meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/D. Sutisna
Suami istri pelaku bom bunuh diri Makassar
Bom bunuh diri terjadi pada tanggal 28 Maret di gereja Katedral Makassar, saat umat merayakan Hari Minggu Palma. Dari hasil identifikasi polisi, pelaku merupakan pasangan suami istri berinisial LL dan EM dan merupakan bagian dari kelompok teroris JAD. Iniden itu dipicu oleh penangkapan terhadap 24 anggota JAD asal Sulawesi Selatan. (rzn/yf - detik, kompas, tribun, ap)