1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Resolusi PBB Soal Perlucutan Senjata Nuklir dan KTT G20

28 September 2009

Media internasional menyoroti sejumlah topik, di antaranya resolusi PBB mengenai pengurangan senjata nuklir dan pertemuan puncak G20 di Pittsburgh.

Harian Inggris Independent yang berhaulan liberal kiri memuji upaya Presiden AS Barack Obama untuk mewujudkan dunia tanpa senjata nuklir. Selanjutnya harian ini menulis:

"Upaya pengurangan senjata nuklir Obama adalah isyarat niat baik, yang akan dibawa pemerintahan AS ke pertemuan dengan rezim Iran bulan mendatang. Sekarang akan lebih mudah bagi AS untuk membentuk aliansi yang mendukung sanksi bagi Teheran, jika pembicaraan terpaksa dihentikan tanpa membuahkan hasil. Obama memahami prinsip realpolitik yang tidak berguna dalam mencegah penyebaran senjata nuklir. Agar perlucutan senjata menjadi kenyataan, negara-negara ytidak boleh datang ke meja perundingan dengan hanya memikul kepentingan masing-masing dan pandangan yang sempit, tapi juga kesadaran mendalam akan kepentingan global. Masih harus ditunggu, apakah Obama akan berhasil, tapi semua pihak yang juga menginginkan dunia tanpa senjata atom, sebaiknya mulai memanjatkan doa."

Harian Spanyol El Pais mengomentari desakan DK PBB untuk memulai proses pengurangan senjata nuklir:

"Sidang DK PBB merupakan bukti nyata perubahan haluan dalam politik luar negeri AS. Presiden AS Barack Obama berpaling dari haluan politik pendahulunya dan mengumumkan, di masa depan, Washington akan bertumpu pada multilateralisme. Resolusi DK PBB memunculkan suatu harapan baru. Memang isinya hanya pernyataan niat baik, yang implementasinya sangat sulit. Tapi resolusi ini juga merupakan awal dari suatu era baru.

Dampak pertamanya adalah, Iran memilih untuk tidak merujuk pada program atomnya dalam Sidang Umum PBB. Adalah suatu kesalahan untuk mulai merasa skeptis dan berasumsi bahwa resolusi ini tidak memunculkan konsekuensi. Larangan penggunaan senjata kimia awalnya juga tampak seperti suatu mimpi. Tapi toh, larangan tersebut akhirnya menjadi kenyataan."

Topik lainnya yang disoroti media internasional adalah KTT keuangan kelompok G20 di Pittsburgh. Harian Italia La Reppublica menulis:

"Pertemuan puncak di G20 yang dibuka di Pittsburgh hari Kamis seharusnya membuka peluang untuk mereformasi kapitalisme global. Tapi, fase akut krisis ekonomi global tampaknya sudah lewat dan karena itu, tekanan untuk merumuskan peraturan baru, juga mengendur. Yang tersisa hanya urgensi untuk menangani drama tingkat pengangguran tinggi dan mengupayakan politik bantuan pembangunan yang lebih seimbang. Walaupun krisis ekonomi tampak mulai berakhir, tapi krisis ini masih menyebabkan ribuan orang kehilangan lapangan kerjanya di seluruh dunia, dan, seperti yang disampaikan sejumlah organisasi bantuan, kawasan selatan dunia melahirkan 100 orang miskin baru setiap menit."

Sementara harian Austria Der Standard yang terbit di Wina menulis:

"Para pengkritik pertemuan puncak G20 di Pittsburgh sepakat: ini adalah KTT penuh janji kosong. Bahkan, kalau para peserta membahas sesuatu yang ada isinya, mereka hanya mengusung kepentingannya masing-masing sehingga menyulitkan tercapainya suatu kesepakatan. Sebenarnya, G20 salah sendiri, di tahun krisis yaitu 2008 mereka berjanji untuk mewujudkan arsitektur finansial baru, tapi janji itu tidak dipenuhi. Tapi, para pengkritik juga salah menilai beberapa hal.

Kelompok G20 mewakili 90 persen produk domestik bruto seluruh dunia, tapi ke-20 politisi yang duduk mengelilingi meja perundingan tidak mungkin mereformasi ekonomi global. Kinerja politik dan ekonomi tidak seperti ini. Selain itu G20 di Pittsburgh berpotensi menghasilkan lebih dari sekedar janji kosong: pada dasarnya semua pihak sepakat untuk merumuskan regulasi lebih ketat mengenai persentase modal sendiri bank-bank. Kalau bank-bank memndapat bantuan miliaran dari negara, tapi lalu membayarkan bonus uang jutaan, maka debat mengenai sistem pemberian bonus ini hanyalah sandiwara belaka.

(ZER/HP/dpa)