PBB mengesahkan resolusi yang meminta Mahkamah Internasional menjabarkan kewajiban negara-negara dalam melindungi iklim bumi, dan konsekuensi hukum yang akan mereka hadapi jika tidak melakukannya.
Iklan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Rabu (29/03) mengeluarkan resolusi penting, yang mendesak Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menjabarkan kewajiban hukum bagi negara-negara yang terkait dengan penanggulangan bencana perubahan iklim dan dampaknya terhadap masyarakat yang rentan.
Resolusi tersebut - yang disponsori bersama oleh sekitar 132 negara - diadopsi secara konsensus.
Perdana Menteri Vanuatu Ismael Kalsakau menyebutnya, "kemenangan bagi keadilan iklim dengan proporsi yang luar biasa."
Siapa yang mengusulkan resolusi tersebut?
Pemerintah Vanuatu mulai melobi untuk langkah tersebut pada tahun 2021, setelah sekelompok mahasiswa dari sebuah universitas di Fiji memprakarsai untuk menggelar kampanye keadilan iklim pada tahun 2019.
Vanuatu, negara kepulauan kecil berpenduduk sekitar 319.000 jiwa, merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Masa depannya terancam oleh naiknya permukaan air laut. Negara kepulauan ini telah menghadapi serangkaian bencana baru-baru ini, termasuk topan Kategori 4 yang beruntun melanda, yang menyebabkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Cynthia Houniuhi, pemimpin "Kelompok Mahasiswa Kepulauan Pasifik yang Memerangi Perubahan Iklim", memuji adopsi resolusi tersebut.
"Ini adalah kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, lebih besar atas ketakutan kita, sesuatu yang penting untuk masa depan kita," katanya.
Iklan
Apa artinya bagi aksi iklim?
Resolusi tersebut meminta ICJ untuk menjabarkan kewajiban negara-negara dalam melindungi iklim bumi, dan konsekuensi hukum yang mereka hadapi jika tidak melakukannya.
Opini pengadilan tidak mengikat, namun Vanuatu dan para pendukungnya berharap pada opini yang diperkirakan akan keluar dalam waktu sekitar dua tahun mendatang, akan mendorong pemerintah negara-negara untuk mempercepat aksi iklim mereka.
Opini ICJ sering dipertimbangkan oleh pengadilan nasional dan memiliki bobot moral dan hukum yang besar.
Adopsi ini mengirimkan "pesan yang keras dan jelas tidak hanya di seluruh dunia tetapi juga jauh ke masa depan," kata Kalsakau.
Mengapa resolusi ini diusulkan?
Sebagai bagian dari Perjanjian Paris 2015, negara-negara penandatangan sepakat untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius dengan batas atas 2 derajat Celsius. Namun, pemerintah tidak memiliki kewajiban hukum di bawah kesepakatan 2015 untuk memenuhi target pengurangan emisi karbon mereka.
Para pendukung resolusi baru ini berharap, instrumen lain, termasuk Konvensi Hukum Laut PBB, dapat memberikan jalan bagi penegakan hukum.
Seminggu sebelumnya, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) juga telah memperingatkan bahwa tindakan iklim segera, kini diperlukan karena meningkatnya suhu rata-rata global.
Mereka memperingatkan, tingkat kenaikan temperatur global dapat mencapai 1,5 derajat Celsius di atas era pra-industri pada tahun 2030-2035 mendatang.
"Resolusi baru ini akan membuka jalan bagi aksi iklim yang lebih berani dan lebih kuat yang sangat dibutuhkan dunia," pungkas Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
ap/as (reuters, ap, afp)
Tahun 2022: Krisis Iklim Melanda Seluruh Dunia
Tahun 2022 seluruh dunia dilanda cuaca panas yang ekstrem, kekeringan, kebakaran, badai dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim. Berikut sejumlah peristiwa cuaca yang terjadi tahun 2022.
Foto: Peter Dejong/AP Photo/picture alliance
Eropa: Lebih panas dan lebih kering dari sebelumnya
Musim panas di Eropa ditandai cuaca panas ekstrem dan kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Lebih 500 orang tewas akibat gelombang panas di Spanyol, dengan suhu hingga 45 derajat Celsius. Di Inggris, cuaca panas juga mencapai lebih 40 derajat Celsius. Sebagian benua Eropa jadi wilayah paling kering selama lebih dari satu milenium, sehingga banyak daerah terpaksa menjatah air.
Foto: Thomas Coex/AFP
Kebakaran hutan melanda seluruh Eropa
Mulai dari Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, Siprus, hingga Siberia, dilanda kebakaran hutan. Bencana itu telah menghanguskan 660.000 hektar lahan pada pertengahan tahun 2022 — kebakaran terbesar sejak pencatatan iklim dimulai pada tahun 2006.
Hujan monsun yang ekstrem menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu menewaskan lebih dari 1.100 orang, menyebabkan 33 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan memicu penyebaran penyakit. Hujan lebat juga melanda Afganistan. Banjir besar menghancurkan ribuan hektare lahan, memperburuk bencana kelaparan yang sudah akut di negara itu.
Foto: Stringer/REUTERS
Gelombang panas ekstrem dan topan terjang Asia
Sebelum dilanda banjir, Afganistan, Pakistan, dan India alami panas dan kekeringan ekstrem. Cina juga alami kekeringan terburuk dalam 60 tahun dan gelombang panas terburuk sejak pencatatan dimulai. Awal musim gugur, 12 topan telah mengamuk di seluruh Cina. Badai besar juga melanda Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Bangladesh. Perubahan iklim membuat Intensitas badai semakin kuat.
Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance
Krisis iklim memperburuk kondisi Afrika
Afrika memanas lebih cepat dibanding rata-rata global. Itu sebabnya benua ini secara tidak proporsional dilanda perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir. Somalia sedang menghadapi kekeringan terparah dalam 40 tahun. Krisis itu telah memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan kawasan mereka.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Bencana kelaparan di Afrika
Banjir dan kekeringan telah membuat pertanian dan peternakan praktis tidak mungkin dilakukan di beberapa bagian Afrika. Akibatnya, 20 juta orang mengalami kelaparan. Banyak yang meninggal karena kelaparan di Etiopia, Somalia, dan Kenya.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Kebakaran dan banjir di Amerika Utara
Badai dahsyat menerjang sejumlah negara bagian AS, seperti California, Nevada, dan Arizona. Gelombang panas menghanguskan ketiga negara bagian dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di akhir musim panas. Sebaliknya, hujan lebat di awal musim panas menyebabkan banjir parah di Taman Nasional Yellowstone dan di negara bagian Kentucky.
Foto: DAVID SWANSON/REUTERS
Badai menghancurkan Amerika
Pada September lalu, Badai Ian menghancurkan Florida. Otoritas setempat menggambarkan kerusakan itu sebagai "peristiwa bersejarah." Sebelumnya, badai itu melewati Kuba, di mana penduduknya hidup tanpa listrik selama berhari-hari. Badai Fiona juga menjadi topan tropis terburuk yang melanda Kanada setelah pertama kali menghantam Amerika Latin dan Karibia, mengakibatkan kerusakan parah.
Foto: Giorgio Viera/AFP/Getty Images
Badai tropis dahsyat landa Amerika Tengah
Badai Fiona bukan satu-satunya badai yang melanda Amerika Tengah. Pada Oktober lalu, Badai Julia menghantam Kolombia, Venezuela, Nikaragua, Honduras, dan El Salvador, menyebabkan kehancuran yang meluas. Pemanasan global meningkatkan suhu permukaan laut yang memperkuat intensitas badai.
Foto: Matias Delacroix/AP Photo/picture alliance
Kekeringan ekstrem di Amerika Selatan
Kekeringan yang terus-menerus melanda hampir seluruh Amerika Selatan. Cile, mengalami merosotnya curah hujan ekstrem sejak 2007. Di banyak daerah, sungai-sungai menyusut antara 50 dan 90%. Meksiko juga hampir tidak pernah mengalami hujan selama beberapa tahun berturut-turut. Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Panama, sebagian Ekuador, dan Kolombia pun mengalami kekeringan.
Foto: IVAN ALVARADO/REUTERS
Selandia Baru dan Australia tenggelam
Curah hujan yang intens menyebabkan rangkaian banjir ekstrem di Australia. Antara Januari dan Maret, pantai timur negara itu menerima curah hujan sebanyak yang dialami Jerman dalam setahun. Selandia Baru tidak luput dari banjir. Fenomena cuaca La Nina berada di balik peristiwa ekstrem tersebut. Atmosfer yang lebih hangat menyerap lebih banyak air, membuat curah hujan lebih deras. (ha/as)