1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Respons Kematian Mahsa Amini, UE Jatuhkan Sanksi kepada Iran

13 Oktober 2022

Pasukan keamanan Iran secara sewenang-wenang menangkap aktivis, jurnalis, dan siapa saja yang memprotes rezim sebagai upaya membendung kerusuhan sejak kematian seorang perempuan muda dalam tahanan polisi.

Demonstrasi di Teheran, Iran
Anak-anak termasuk di antara mereka yang tewas dalam aksi demonstrasiFoto: AFP/Getty Images

Negara-negara anggota Uni Eropa pada Rabu (12/10) menyetujui sanksi baru terhadap Iran atas tindakan keras negara tersebut, berkaitan dengan aksi protes atas kematian Mahsa Amini, kata para diplomat.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mencuitkan: "Perempuan Iran pemberani menuntut kebebasan dan kesetaraan, nilai-nilai yang diyakini dan harus diperjuangkan Eropa. Kekerasan harus dihentikan. Perempuan harus bisa memilih."

Tidak ada rincian spesifik tentang sanksi yang mungkin dikenakan, tetapi kantor berita AFP dan EFE mengatakan bahwa kesepakatan telah dicapai di antara para diplomat UE dan akan diratifikasi pada pertemuan menteri luar negeri berikutnya yang akan diadakan di Luksemburg pada hari Senin (17/10).

Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada telah secara terpisah menargetkan sektor keamanan rezim Iran sebagai bagian dari sanksi mereka terhadap Republik Islam setelah kematian Amini. Perempuan berusia 22 tahun itu meninggal setelah ditangkap oleh polisi moral Iran bulan lalu.

Di antara mereka yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat adalah Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi dan Menteri Komunikasi Eisa Zarepour, serta lima pejabat lainnya. Presiden AS Joe Biden mengatakan Washington akan meningkatkan tekanan pada pejabat Teheran terkait dengan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Demonstrasi di seluruh penjuru negeri

Sementara itu, menurut aktivis, protes atas kematian Amini berlanjut di setidaknya 19 kota di seluruh Iran pada hari Rabu (12/10). Demonstrasi disambut dengan pengerahan besar-besaran polisi anti huru hara dan petugas berpakaian preman di seluruh Teheran dan kota-kota lain, ketika pihak berwenang bergerak untuk memadamkan kerusuhan.

Menurut Associated Press, para saksi juga menggambarkan gangguan yang memengaruhi layanan internet seluler mereka.

Kelompok advokasi NetBlocks mengatakan bahwa lalu lintas internet Iran telah turun menjadi sekitar 25%. Langkah ini "kemungkinan akan semakin membatasi arus informasi yang bebas di tengah protes," kata NetBlocks.

Para pengacara juga berdemonstrasi di depan Asosiasi Pengacara Pusat Iran di ibu kota, meneriakkan: "Perempuan, hidup, kebebasan," sebuah slogan yang identik dengan protes.

Mereka kemudian melarikan diri dari pasukan keamanan setelah pihak berwenang menembakkan gas air mata, kata Pusat Hak Asasi Manusia di Iran.

Setidaknya tiga pengacara termasuk di antara sekitar 24 orang yang ditangkap di Teheran, kata lembaga itu. "Pengacara yang bersedia membela tahanan yang ditangkap karena protes damai adalah penyelamat terakhir bagi warga negara yang diserang oleh pemerintah Iran," kata Hadi Ghaemi, Direktur Eksekutif Center for Human Rights. "Protes harus diizinkan tanpa ancaman kekerasan negara yang mematikan atau penangkapan sewenang-wenang."

Apa yang memicu kerusuhan?

Amini ditangkap di Teheran bulan lalu karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat Iran untuk perempuan dengan mengenakan jilbabnya terlalu longgar. Dia meninggal pada 16 September, tiga hari setelah dia koma setelah ditangkap.

Pengacara keluarga Amini mengatakan dokter meyakini dia dipukul dalam tahanan setelah ditangkap oleh "polisi moral" Iran. Mereka juga diberitahu oleh tahanan lain bahwa Amini dipukuli dengan kejam. Keluarga tidak diizinkan untuk melihat tubuhnya.

Pekan lalu, Organisasi Forensik Iran mengatakan kematiannya "bukan disebabkan oleh pukulan ke kepala dan organ vital serta anggota tubuh."

Polisi sebelumnya mengklaim Amini menderita serangan jantung setelah dibawa ke kantor polisi untuk "dididik."

Kelompok hak asasi mengatakan bahwa lebih dari 100 orang, termasuk anak-anak, tewas sejak protes pecah bulan lalu.

bh/ha (AFP, EFE, AP)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait