1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Reuni Keluarga Korea Setelah 65 Tahun Terpisah

20 Agustus 2018

Puluhan kakek dan nenek warga Korea Selatan akhirnya bisa kembali bertemu dengan keluarga mereka di Korea Utara untuk kali pertamanya. Jutaan orang terpisah dari kerabat yang mereka cintai sejak Perang Korea.

Familienzusammenführungen Nord- und Südkorea
Foto: Reuters/Yonhap

Suasana di resor Gunung Kumgang (Gunung Berlian) Senin (20/8) sore hari di Korea Utara dipenuhi airmata dan tangisan. Setelah puluhan tahun, para lansia dari 89 keluarga yang tinggal Korea Utara dan Selatan itu akhirnya bisa kembali saling menyapa.

Lee Keum-seom, nenek berperawakan kecil dan rapuh yang telah berusia berusia 92 tahun, bertemu putranya untuk kali pertama sejak ia dan putrinya yang waktu itu masih bayi terpisah dari suami dan anak lelakinya itu.

Sang putra lalu menunjukkan foto keluarganya di Korea Utara, termasuk foto mendiang suami dari nenek tersebut. "Ini foto ayah," katanya.

Lee pun menjawab: "Tidak pernah terbayang hari ini akan tiba. Saya bahkan tidak tahu dia masih hidup atau tidak."

Konflik berkepanjangan

Jutaan orang mengungsi karena perang di tahun 1950-an itu. Konflik itu sendiri berakhir dengan gencatan senjata, bukannya perjanjian damai. Dengan demikian, secara teknis, kedua Korea masih tetap berperang.

Oleh karenanya pertukaran surat antarwarga atau panggilan telepon pun dilarang.

Bagi banyak orang, reuni ini mungkin yang terakhir mengingat usia mereka telah senjaFoto: Reuters/Yonhap

Para kerabat yang telah puluhan tahun terpisah ini akan bertemu sebanyak enam kali dengan total waktu pertemuan selama 11 jam dalam waktu tiga hari, demikian menurut kantor berita Korea Selatan Yonhap.

Untuk bisa melakukan reuni, warga Korea Selatan harus terlebih dahulu mendaftar lalu dipilih dengan sistem lotere yang terkomputerisasi.

Sementara sistem pemilihan yang dipakai di Korea Utara tidak begitu jelas, tetapi diyakini warga dipilih sesuai dengan kesetiaan mereka kepada pemerintah otoriter Pyongyang.

Pertama dan mungkin terakhir

Daftar tunggu untuk ikut reuni sangatlah panjang, dan banyak pelamar yang akhirnya kehabisan waktu.

Tahun lalu saja ada 3.800 warga Korea Selatan yang mengajukan permohonan ikut reuni akhirnya meninggal tanpa pernah melihat kerabat mereka.

Bagi banyak peserta, pertemuan ini kemungkinan akan menjadi yang terakhir mengingat betapa lanjutnya usia mereka. 

Awalnya ada 93 keluarga yang dipilih, tetapi kemudian ada anggota dari empat keluarga yang tidak dapat melakukan perjalanan dari Korea Selatan karena sakit.

Reuni kian jarang

Program reuni berawal dari pertemuan bersejarah antara kedua Korea tahun 2000 dan tadinya diadakan setiap tahun namun semakin jarang. Acara reuni terakhir diselenggarakan pada 2015.

Sejak itu Korea Utara gencar menguji coba senjata nuklir dan sistem peluru kendali yang diklaim bisa mencapai daratan Amerika Serikat.

Namun acara reuni tahun ini bisa kembali terjadi setelah mencairnya hubungan diplomatik antara kedua Korea dan pertemuan puncak bersejarah antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, April lalu.

Beberapa ahli mengatakan hubungan yang mulai mencair ini dapat mengalami kemunduran jika Korea Utara menolak menerima seruan pimpinan AS untuk melucuti seluruh persenjataan nuklirnya.

Agenda ini diperkirakan akan menjadi pembicaraan pada pertemuan puncak antar-Korea yang ditetapkan bulan depan di Pyongyang.


ae (AP, AFP, dpa)