Indonesia diminta membuat komite nasional yang mampu menangani COVID-19 secara lebih sistematis dan terintegrasi. Ahli lintas kesehatan, ekonomi, dan hukum perlu dilibatkan untuk merespons berbagai isu yang berkembang.
Iklan
Lembaga Kajian Konsultasi Pembangunan Kesehatan (LK2PK) mengusulkan dibentuknya komite nasional penanggulangan virus corona (COVID-19). Komite ini nantinya akan diisi para pakar kesehatan hingga ahli ekonomi dan hukum.
"Indonesia perlu ada panel ahli atau komite nasional yang bisa lead atau drive penanggulangan COVID-19 di Indonesia secara lebih sistematis dan terintegrasi, serta merespons berbagai isu yang berkembang dari berbagai sisi, bukan hanya kesehatan," kata peneliti LK2PK, dr. Halik Malik, kepada detikcom, Kamis (05/03).
Sebab menurutnya kompleksitas permasalahan dan dampak dari penyakit ini membutuhkan penanganan lintas sektoral.
"Komite ini harus bicara di segala lini, libatkan semua orang, gunakan semua saluran, mengacu pada strategi komunikasi risiko dari pemerintah. Saat ini masyarakat takut naik kendaraan umum, panik belanja, saling sangka, dan silang pendapat," tuturnya.
Meredam kepanikan
Dia menyebut Indonesia memiliki pengalaman ketika menghadapi pandemi SARS dan flu burung. Dikatakannya, saat ini sedang terjadi krisis komunikasi risiko yang ditandai dengan kekosongan info dan data yang mendorong publik untuk berspekulasi dan mencari sumber informasi lain yang kerap kali tak kompeten.
Akibatnya, berbagai hoax bermunculan dan menyebar mengalahkan fakta. Halik Malik menyebut juru bicara pemerintah yang ada saat ini baru berbicara dalam konteks kesehatan saja. Dia pun mengusulkan komisi khusus yang sifatnya ad hoc di bawah presiden.
Jokowi tunjuk jubir soal COVID-19
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menunjuk juru bicara khusus terkait virus corona, yakni Sekretaris Ditjen P2P Kemenkes Achmad Yurianto. Kini Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tak lagi bicara soal virus corona.
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmadmendukung keputusan Jokowi dan mengatakan Terawan harus fokus bekerja.
"Lebih baik dilakukan satu pintu, karena banyak informasi yang nanti akan, misalnya dari sumber yang berbeda, akan membuat masyarakat bingung dan panik. Padahal kita ingin bahwa penanganan corona ini terus dilakukan, tapi situasinya kondusif dan masyarakat tidak panik," papar Dasco. (Ed: pkp/rap)
Inikah Cara Baru Bersalaman untuk Hindari Sentuhan?
Untuk mengurangi risiko tertular virus corona (COVID-19) orang-orang di seluruh dunia mengubah gaya salam mereka. Perbedaan budaya ini ternyata memberikan alternatif baru untuk saling menyapa.
Foto: picture-alliance/AA/A. Hosbas
Tak lagi berjabat tangan?
Berjabat tangan adalah gaya menyapa yang paling umum di dunia bisnis. Tapi di tengah merebaknya virus corona COVID-19, para pakar kesehatan merekomendasikan untuk membatasi sentuhan fisik demi mengurangi risiko tertular COVID-19. Mendagri Jerman menanggapi saran itu dengan serius dan menolak berjabat tangan dengan Kanselir Angela Merkel. Tak tersinggung, Merkel justru tertawa sebelum duduk.
Foto: picture-alliance/AA/A. Hosbas
Salam kaki
Baru-baru ini muncul sebuah video viral di Cina yang menunjukkan alternatif lain dari berjabat tangan. Orang-orang menyebutnya ''Jabat Tangan Wuhan.'' Bersentuhan lewat kaki yang kotor sekali pun masih lebih aman daripada menyentuh tangan.
Foto: DW/S. Bartlick
Menepuk bahu
Menteri Kesehatan New South Wales Australia Brad Hazzard merekomendasikan gerakan ini: "Sudah saatnya warga Australia saling menepuk bahu untuk sementara waktu - tidak berjabat tangan,'' ujarnya. Gerakan menyapa dengan menepuk bahu disebut mentransmisikan lebih sedikit bakteri dibanding gerakan lainnya. Namun, bagi sebagian orang gerakan ini dapat dianggap merendahkan.
Foto: Colourbox
Melambaikan tangan
Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip melambaikan tangan dari balkon Istana Buckingham. Gerakan ini berawal dari tradisi ksatria abad ke-18 yang saling memberi hormat satu sama lain, setelah melepas pelindung kepala mereka untuk mengungkapkan identitas dan menunjukkan bahwa mereka datang dengan damai. Namun, gerakan ini dapat dianggap ofensif di beberapa negara.
Foto: Reuters/K. Doherty
Perpaduan kepalan tangan dan salut
Di Cina, tempat yang menjadi pusat wabah COVID-19 gerakan menyapa yang direkomendasikan adalah gong shou tradisional atau kepalan tangan dan salut. Gerakan itu seperti yang ditunjukkan pada gambar ini oleh aktris Miya Muqi pada pemutaran di Cannes "Ash Is The Purest White" pada 2018.
Gerakan sedikit menunduk dengan telapak tangan ditekan bersamaan dalam posisi seperti berdoa. Salam Thai wai dikenal luas di berbagai negara Asia Tenggara atau juga dikenal sebagai namaste di India atau mingalar di Myanmar.
Foto: Imago Images/ZUMA Press/J. Kurtz
Salam membungkuk ala Jepang
Salam tradisional warga Jepang dengan membungkuk telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Salam ini aman karena tidak ada sentuhan sama sekali. Belajar membungkuk dengan elegan adalah bagian penting untuk menjadi orang dewasa yang terhormat. Di Jepang, karyawan sebuah pusat perbelanjaan di Tokyo mempraktikkan salam mereka menjelang dimulainya penjualan Tahun Baru.
Foto: picture-alliance/dpa/MAXPPP/Kyodo
Senyum
Tentunya cara termudah dan paling aman untuk tidak menularkan kuman ketika menyapa seseorang adalah dengan tersenyum. Gerakan ini bisa dilakukan dengan menatap mata orang lain sambil menyapa secara lisan. (Ed: pkp/rap)