Sekitar 3.000 orang dievakuasi dari kawasan terakhir Aleppo yang dikuasai pemberontak Senin pagi, setelah penundaan berjam-jam. Ribuan lainnya masih menunggu untuk diberangkatkan.
Foto: picture-alliance/AA/E. Eymen
Iklan
Sekitar 20 bus yang membawa warga Aleppo tiba di lokasi yang sudah disepakati, demikian Dr. Ahmad Dbis, yang memimpin tim dokter dan sukarelawan yang mengkoordinir evakuasi. Kurang dari dua jam setelahnya 25 kendaraan berikutnya tiba. Sehingga Senin pagi (19/12) jumlah orang yang dievakuasikan sekitar 3.000.
Dbis mengatakan, ia melihat sejumlah keluarga yang membungkus diri dengan selimut untuk menahan dingin turun dari bus dan menerima bungkusan makanan serta botol berisi air minum. Sebelumnya, lebih dari 30 bus yang berisi warga menunggu sepanjang malam dalam suhu di bawah nol untuk meninggalkan Aleppo, berdasarkan kesepakatan evakuasi yang sangat rumit.
Menurut organisasi HAM, Syrian Observatory for Human Rights, hanya 350 orang bisa meninggalkan Aleppo setelah Rusia dan Turki mendesak pemerintah Suriah untuk mengijinkan lima bus melewati pos pemeriksaan terakhir. Bus-bus lainnya ditunda keberangkatannya sampai ratusan orang bisa dievakuasi dari dua desa Syiah di sebelah barat laut Aleppo, al Foua dan Kafraya, yang dikepung pemberontak.
Evakuasi dua desa ke wilayah pemerintah
Organisasi Syrian Observatory melaporkan sekitar 500 orang diangkut dari kedua desa itu Senin dini hari. "Sepuluh bus yang mengangkut sekitar 500 orang sudah meninggalkan dua desa itu dan dalam perjalanan menuju kawasan Aleppo yang dikuasai pemerintah," demikian kepala organisasi itu, Rami Abdel Rahman.
Foto: picture-alliance/Photoshot/A. Safarjalani
Kesepakatan evakuasi Aleppo diupayakan Rusia, yang jadi sekutu Presiden Bashar al Assad, dan Turki yang mendukung pemberontak. Pelaksanaan kesepakatan itu juga di bawah pengawasan Komisi Internasional Palang Merah. Petugas PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura memperkirakan, sampai Kamis pekan lalu (15/12) sekitar 40.000 warga sipil, dan mungkin sebanyak 5.000 pemberontak berada di bagian Aleppo yang dikuasai pemberontak.
Saat ini diperkirakan ribuan orang masih menunggu untuk diungsikan dari kawasan itu. Banyak orang dilaporkan tidak punya rumah lagi, karena sudah mengungsi di dalam kawasan Aleppo sendiri akibat tambah sengitnya pertempuran dan serangan udara dalam beberapa pekan belakangan.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
Militer Suriah unggul dengan dukungan Rusia
Militer Suriah dan sekutu-sekutunya maju dengan cepat mulai 24 November, dan berhasil menguasai kembali sebagian besar Aleppo timur yang berada di tangan pemberontak dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah Suriah unggul berkat dukungan serangan udara yang dilancarkan Rusia di Aleppo timur.
Keberhasilan Bashar al Assad dalam menaklukkan pemberontak di Aleppo adalah kemenangan terbesarnya sejauh ini, dalam perang saudara yang sudah berlangsung sejak 2011. Aleppo dulunya kota terbesar Suriah. Perang di Suriah diawali dengan protes massal terhadap Assad.
ml/vlz (rtr, afp)
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.